tuk menghidupkan bumi melalui cahaya terangnya. Namun saat malam telah tiba, segala keindahan bumi
sinar, tetapi belum s
i berkenan singgah untuk menyinari meski sebentar. Dia hidup, namun tidak lebih dari sekedar ber
ni oleh kesendirian, kes
di belakang. Veen tidak tahu apakah mereka benar-benar menyukainya, ata
dalah pemimpin dunia, sedangkan makhluk lemah tidak mampu berbuat
keras yang telah dia lalukan, pujian yang paling dia tunggu adalah pujian dari Aster. Akan
nsa kamar pribadinya. Sepasang mata ungu redup-melihat foto p
Sebagai keturunan setengah Iblis, sebagai seorang putra terlantarkan, dan sebagai s
u tetap bertekad melahirkan bayi yang akan membuatmu menutup mata teruntuk se
dulunya merupakan tempat pribadi Jurina karena perempuan itu begitu menyukai tanaman bunga. Set
git, senyuman lembut melebihi manisnya ratusan permen. Sosok begitu sempurna dan
a keturunan Iblis lebih kuat, sehingga dia memiliki mata ungu keturunan Kekaisaran. Andaikan warna matanya
aran ini. Jika Veen mewarisi mata biru Jurina, mungkin saja .... mun
Tanpa permisi terlebih dahulu, bayangan senyuman lugu Sallya
hkan tidak bisa makan sendiri, anehnya, senyuman imutnya yang murni seakan bisa menyinari seluruh
rusaha menghindar. Sallyana selalu berusaha mengajaknya berkomunikasi meski
pernah tidur ditemani orang lain, waktu dia sakit parah Madam juga pernah mene
t saat tertidur bersama orang lain cukup menyenangkan. Yah, meskipun Veen
Dia anak yang cantik dengan surai bergelombang semerah api dan bola mata hijau seindah surai Ibunda
kat untuk menutupi wajah bagian atas. Sudut bibirnya tersungging ke atas sedi
ta dan kasih sayang yang terlampau kuat mampu membuat seseorang rela mengorbankan nyawa d
lam. Veen beranjak dari zona nyaman, berjalan p
ndisi lingkungan tempatnya tumbuh. Veen pun sama, dia bukan monster, dia bukan hama berbahaya, dia sama seperti manusia lainnya. Ingin hidup norma
mata berkaca-kaca. Ia ingin menyerap kehangatan dari senyuman Jurina. Meskip
a ingin bertahan dari pada memilih ma
ri seratus pigura. Aster memerintahkan Cillian mencari pelukis berbakat supaya datang ke rumah setiap hari dan
dinding. Lukisan ini diambil ketika dia dan Jurina
ki kursi putih-tersenyum tulus sembari memegang salah satu lengan sang suam
da menghabiskan lebih banyak waktu bersamaku. Jika kau masih hidup, ak
kandungnya. Awal kelahiran Veen, Aster sangat membenci putranya sendiri. Sering mengabaikan Veen
sa melewati celah jendela. Rambut hitam sepanjang bahu yang di kunci
pada lukisan mendiang sang istri, menekan perasaan pilu usai kehilangan sosok tercinta. Aturan
menderita separah ini. Perasaan kehilangan terlalu menyakitkan hingga
bulkan lara tak berujung. Terluka namun tidak mengeluarkan darah sama s
nuhnya karena telah berani membuat kau pergi dariku selamanya. Tetapi saat itu juga aku t
dengan suara bising itu sedikit pun. Ia terbelenggu dalam genangan samudera kesedihan, s
lantaran surat terakhir dari Jurina
melihatnya tumbuh dari kecil hingga dewasa. Berjanjilah padaku, kau tidak akan me
ina
er. Aku
g terkejut pada roh menyerupai
mastikan ini bukan imajinasi semata karena rasa rindu
ng mendekati Aster. Jurina memeluknya erat, dia berbisik tepat di
i cintamu padaku!" Serunya merasa tidak adil. Kini Aster terlihat bagaikan anak
mnya sekilas. Baru kemudian berkata lembut, "Aku mencintai Veen, karena dia adalah bukti dari cinta kita suamiku .... putra tunggal kita, sesuatu yang aku tingg
ingin sekali Aster ketahui, Ju
ter mengalir kian tak terbendung, "Tidak! Tidak! Jangan menghilang lagi! Aku mohon jangan tinggalkan aku!" Raung Aster dengan tubuh bergetar heba
sepenuhnya, "Aster, kau mencintai putra kita. Kau hanya belu
a tetap pergi mening
RIN
a mengorbankan diri demi menahan kekuatan Iblis pada tubuh Ve
bagai seorang Ayah. Namun sayangnya, dalam novel, Veen tidak mengetahui Aster meninggal karena dirinya. Veen hanya tahu Aster meninggal