. Pandangan pemuda itu masih sesekali
h. "Tenang aja, Sayang. Kamu akan kudapatkan dengan
aja. Bermain di belakang dengan Tante Silvi saja sudah membuat Andra kalang
n Tante Silvi, sudah cukup membuat rekening pemuda itu men
yani sebentar Tante Siska tadi, membuat Andra menyerah. Dia
amun, telinganya dapat mendengar suara
Ca!" Itu pekik
, gue udah bilang, kan, yang kalah berhak mengabulkan permi
k tau kalo l
Kenapa aku dibawa-bawa?
elamanya. Ayolah. Andra begitu menggoda. G
engar lagi suara sesia
t." Tante Siska mengaju
baru saja dijadikan bahan pe
Zus Ica pen
aja ama Andra. Gue ik
ni
Ica membuat Andra
buka. Andra kembali memejamkan mata. Dia
a gak boleh ganggu dia." Tante Siska
a membuat dia s
enuhi kamar. Semakin mendekat ke arah ran
ipi Andra. Menjalar terus ke lehe
arga. Mau tidak mau Andra bergelinjang kaget. Dia mengucek mata, Andra pura-
e? Ad
." Zus Ica mengacungkan pergelang
ni? Aku gak nger
ska memberikan sorot mata penuh
ih menata
u, Sayang. Hanya untuk malam ini aja." Zus
celana Andra dengan paksa. Menarik celana jeans
at tubuh Zus Ica. Lekukan indah dengan gunung kembar dibalut bra hitam bere
a kenakan. "Lu mau ikut atau gue sendirian, nih?" Dia
celana dalam pemuda itu. Tak munafik, tubuh polosnya
us Ica mendekatkan sepasang gunung kenyalnya dan meletak
gunung kembarnya sembari menjulurkan lidah yang menggelitik u
ndra mengulurkan tangan pada Tante Siska, memberi sorot mengiba. Melihat Andra di
arkan aja Zus Ica dengan keinginannya. Aku tetap menginginkan tubu
epas seluruh pakaiannya. Andra segera menyambar dada yang mengelantung di sampingnya it
a yang semakin perkasa. Kedua wanita itu mema
r telentang saja. Dia bilang ak
um telinga dan leher pemuda itu. Lidah Tante Siska tanpa segan menjil
it milik wanita itu. Jemari Andra berhasil menemukan secuil daging. Dia memelintir sedikit. Tante Siska mendesah. Dengan d
pemuda itu yang saling bersentuhan. Tubuh Zus Ica bergerak cepat. Matanya terpejam. Mulutnya setengah
tuk kembali mengatur napasnya yang masih memburu. Rudal mi
da, hingga ke perut Andra. Namun saat mendekati
uga, Tante Siska mendorong kasar tubuh Zus I
ngg
n antara kesakitan dan
enggantikan posisi Zus Ica. Namun, Andra seg
aku yang mens
merangkak, membelakangi. Tangan Andra mengu
ra menepu
il masuk. Tanpa jeda Andra menggempurnya. Bahkan ketika kewanitaan Tante Siska b
ntih, memohon supaya Andra berhenti. Tangannya mengga
Napas Andra memburu. Akan dibu
ra. Iya. Ahh ..
Namun, Andra tidak langsung mencabut rudalnya. Dari belakang Andra mengecup leher Tante Siska. Meng
elahnya, Andra genjot lagi. Sebagai pegangan, rambut Tante Si
e Siska. "Gimana? Ini sebagai bukti ba
anpa mereka duga, sepasang tangan men
rjanjian kita
emuda itu kembali telentang. Tan
, Andra tidak ingin kedua wanita itu berte
Terserah apa yang kalian ingin lak
aja pada aksi kedua wanita itu. Semoga hanya unt
an. Hebatnya, Zus Ica sanggup memasukkan seluruh bagian rudal itu sepenuhnya. Dapat An
ar gunung Tante Siska dan meremasnya gemas. Tante Siska l
elah masing-masing mendapat lima ronde dari Andra. Andra sendiri pun letih
*