u tangan menopang dagu, matanya tampak bosan melihat
ya Angela, Angela dan Angela. Bagaimana keadaan kekasihnya itu sekarang?
nya hanya bisa saling pandang bingung, karena CEO mereka masih asi
segera datang, dan CEO mereka malah asik dengan fa
my cukup membuat
pada pria yang sedang berdiri di seberang mejanya saat ini. Darre
ini? Kenapa kal
ana yang sedang mengulum senyumnya. Tampaknya CEO
dah berdiri sekitar lima belas menit, menunggunya
lusa nanti, dan beberapa klien penting dari Jerman akan datang siang ini," jawab Jeremy yan
nnya. Lalu memusatkan mata untuk memeriksa semuanya. Jeremy men
yang dibelikan Angela saat mereka berlibur di Beijing dua bulan yang lalu. Bolpoint dengan warna gold da
diah atas keberhasilan Darren yang telah
mahal hanya untuk sebuah bolpoint. Namun, Darren memang menyukai barang-barang yang ber
Darren sembari men
karena para klien dari Jerman sudah memasuki lob
an. Tangannya masih me
ana segera pergi sambil membawa berkas-b
s bersandar pada sandaran bangkunya. Dipandangi bolpoint yang
a tidak bisa membuat ibunya merestui hubungannya dengan Angela? Dan kini se
idak, tidak mungkin dia tak sanggup kehilangan Angela.
h baginya, tapi juga sosok saha
inya. Sangat tahu bagaimana peras
e idealnya. Ibunya memang pandai mencarikan calon istri untuknya. Nam
rmintaan ibunya untuk menikahi Xavia. Lagi pula, mau menolak bag
tap bertunangan, bahkan menikah
nar-benar kehilang
gan Angela, bahkan jatuh cinta padanya? Bila pada akh
mang pria brengsek. Pria yang tak pernah bisa tegas pada hidupnya sendiri. Sekar
*
ai petang. Di tepi jalan tampak seorang pria musisi jalanan yang sedang
bahkan mendayu-dayu di telinga Xavia ya
jendela mobil Limousin
berhenti sejenak. Dia ingin m
l oleh dua orang pria berpakaian rapi, mungkin pengawalnya. Mereka b
tar 40 tahun dan penampilannya sangat lusuh. Sepertinya pria itu b
xico. Pria itu tersenyum padanya lalu sedikit membungk
n." Xavia
itu menjawab deng
, "Aku sangat menyukai lagumu,
ar,
l ayahku pernah mengajakku ke sana. Negaramu s
kasih, Nona. Namun sudah lama sekali aku tak b
nya heran. "W
ng untuk kembali, bahkan visa-ku ikut hilang dirampas pe
enatap pria itu. Benar, tak semua orang bernasib baik sepertinya.
kembali ke negaramu." Xavia menyodorkan sebuah kartu nama yang dir
." Pria itu menerim
li merogoh pada tas mewah yang dipegangnya itu. "Tuan, terimalah
itu dibuatn
ak untukku," ucapnya ta
, ini rizkimu petang ini," ucap
senyum lanta
tertangkap oleh pandangan Darren yang kebetulan sedang berdir
apa yang dilihatnya di bawah sana. Ternyata Xavia tak seperti yang