sa. Mas sama sekali tidak tau kalau kedua orang tua Mas tela
n mantan pacarnya itu sukses besar. Hatinya hancur porak poranda tak bersisa. Tadinya Seruni mengira kalau Bian tiba
nerima. Apa itu bi
. Mungkin kita mema
lakukan bukan? Berteriak atau menangis meraung-raung? Maaf-maaf saja. Saat ia dicampakkan pun, ia ak
ada Mas? Tidak ingin berteriak
pak bingung. Beribu tanya ter
kan?" ucap Seruni datar. Kepala laki-laki gagah yang selama lima tahun ini memacariny
dak mungkin mempermaluka
an pacar, mungki
umahnya. Terlalu lelah untuk mendengar pembelaan diri dari laki-laki yang lima tahun lalu mengaku mencintainya lebih dari ap
Mendengar pacar sendiri tiba-tiba akan dinikahkan saja, hatinya bagai diiris-iris. Apalagi saat tau bahwa calon istri
tangan Pak Hasto dan Bu Sari. Makanya Bapak ingin membalas budi dengan meminang Nastiti sebagai menantu. Hanya itu yang Mas tau," guman Bian lirih. Selama ber
ta pilihan orang tua Mas maksudnya," ralat Seruni pura-pura salah berbicara. Merahnya pipi Bian mengindikasi
Uni masuk dulu." Seruni menggeser din
g merasa belum selesai berbicara, m
di hati Mas ini, hanya kamu wanita yang paling Mas cintai. Percayalah, Uni," s
bur Seruni seraya menepis kasar tangan Bian. Ia tidak habis pikir dengan sikap Bian yang begitu kekanakan. Bian seperti
unsur itu? Cinta model apa itu namanya, Mas?" sindir Seruni getas. Entah mengapa mendengar pengakuan cinta Bian tadi, membuatnya muak a
ikah dengan Nastiti. Tidak sama sekali. Mas tau kenapa?" cecar Seruni lagi. Bian
laki-laki yang tidak punya pendirian. Tidak punya tujuan dan tidak punya d
k terakhir kalinya. Ia berjanji, setelah hari ini, ia tidak akan pernah
i, U
ernah menemui Uni lagi tanpa ada Nastiti di samping Mas. Uni bukan penghia
embuka dan menutupnya sekaligus di depan hidung Bian. Selesai sudah. Tidak ad
. Di ruang tamunya yang sederhana, ibu dan ayah tirinya duduk bersisian. Tidak perlu orang pintar untuk menebak ma
ia begitu capek saling berbalas sind
orang, kamu dicampakkan begitu saja seperti seonggok sampah. Begini ini laki-laki
imat itu memang pernah keluar dari
itu di luar kuasa Uni. Uni bukan Tuhan yang Maha membolak-balikkan perasaan seseorang," jawab Seruni datar.
ahut saja!" Ayah tirinya menggebrak meja. Wa
ni tidak mendengarnya sama sekali." Gebrakan di meja bertambah kencang. Dan seperti bias
gini. Lag
ngan apapun lagi dengan Bian, sebaiknya kamu terima saja lamaran Pak Nyoto. Pak
ga berjejer-jejer di
dan yang lainnya. Teman-temanmu yang dulunya melarat, kini
kata Ayah. Dibalik kemewahan hidup mereka, tidak ada ketenangan hidup di dalamnya. Mereka semua saling fitnah, saling tikung da
ena ingin hidup enak, mereka merendahkan diri menjadi benalu, alih-alih berus
orang yang mau melamar kamu lagi? Si Bian saja lebih memilih Nastiti yang normal dari pada kamu yang cacat!" amuk ayah tirinya. Kali in
gumi Pak Nyoto, kenapa tidak Ay
pipi kanannya. Seperti biasa, jika ayah tirinya tidak b
un, Bu. Ibu lihat sendiri 'kan, betapa kura
skan pada ibunya. Dan seperti biasa, ibunya pasti akan membel
terus di sini, bisa-bisa darah tinggi A
ini agar bisa berbakti pada orang tua. Dan salah satu car
nting pintu. Sejurus kemudian suara motor tuanya terdengar meninggalka
ang ajar begitu
ek terus disalahkan dan tidak sedikit pun diberi keadilan. Budaya patriaki telah begitu
mpar Uni. Apa Ibu tidak sakit hati
aimana pun, dia kan ayahmu. Sudah seharusnya kamu
yang kebetulan Uni panggil ayah. Ayah Uni yang
Ya, apalagi yang bisa ibunya bantah kalau apa yang
i ia melupakan perasaan terluka anak kandungnya sendiri? Mungkin inilah contoh kalau seorang perempuan telah menghambakan kebahagiaannya pada manusia lain yang kebetulan ia sebut suami. Mereka jadi tidak tau lagi mana yang salah dan mana yang benar secara akal sehat. Yang mereka ikuti hanyalah ajaran masa lalu. Ajaran yang men
an Seruni. Ia kembali menarik napas panjan
. Drama ap
a Nastiti sedang mengumpulkan alibi untuk me
tahui semuanya. Mas Bian bilang, ia s
kem
lau aku juga terpaksa menjal
uruti keinginan kedu
Uni. S
. Selamat menempuh hidup baru ya, Ti? Semoga jodoh kalian berdua tetap jodoh sampai maut memisahkan. Oh
astiti kaget saat mende
wabannya? Aku tutup dulu teleponnya ya, Ti? Tidak ada gunanya juga membicarakan masalah yang tidak penting. Buang-b
ahnya setelah seharian bekerja di pabrik. Saat tidur-tidur ayam, ia mendengar suara ketukan pintu diiringi panggilan
k, Mbak?" tanya
angkan pelukan. Adik kecilnya langsung berlari kan memeluknya erat. Waja
Seruni. Anak tetangganya itu memang kerap menjahili Din
sudah tidak sayang pada Mbak Uni lagi. Kata mereka Mas
irullah
runi membanjir tak kala Dini memeluk erat lehernya. Setelah seharian dikecewakan, dihina dan dihianati oleh orang-orang yang mengaku menci
Mbak ini walau pengkor kan tetap strong. Mbaknya siap
Semoga saja di hari-hari ke depan, hatinya akan tetap ikhlas menerima cobaan, dan punggungnya tetap kokoh dalam menerima segala beban. Karena ia yakin, bah
te
ebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemi
, anak-anak dan harta benda. Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintaha