img Memori Seorang Santri  /  Bab 2 Menetap | 40.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Menetap

Jumlah Kata:1090    |    Dirilis Pada: 21/11/2021

at me

ku, entah mengapa perasaanku seakan kosong saat ini. Antara ingin p

ilmu agama dan mendalaminya. Meski saat itu aku dengar ayahku berbicara bahwa pesantren

terlalu dangkal memikirkan sebuah tempat bernama pesantren, pada

endapat rangking 3, juga di sekolah ngaji mad

aku suka, aku suka belajar terutama belajar agama itulah ya

ehidupanku kedepannya, karena sebentar lagi aku akan d

dari stasiun, melewati beberapa pepohonan bahkan kampung-kampung. Hingga tiba di seb

bengkel, tetapi aku salah. Ternyata i

bodoh, melirik kanan dan kiri dengan wajah bingung, hingga akhirny

yanya ramah kepada ayahk

ianya ya, pak?" tanpa basa basi aya

arkan si adek sementara bapak tetap berada disini t

lewati gang kecil yang sempit untuk menuju halaman luas

k sementara aku berdiri menatap sekeliling. Aku melihat dari kamar paling ujung se

n rambut sepanjang pantat dan gigi y

bu?" tany

Sian

a ya, bu. Adek ini ana

n?" Ibuku balas bertany

pemerintah dengan gratis. Ibu datang kesini

a ...

ek?" kini ia ber

sudah menjawabnya terle

dengan

enanggapi, aku tidak m

ek." Perintahnya sembari membantu

gan jemuran, kamar yang bagus karena tampaknya baru

a memanggil nama yang kat

dan tinggi besar keluar dari arah kamar mandi, menyugar ram

endek, nampak seperti anak kampun

nghampiriku lalu menyalami ibuku dan juga aku dengan

kamar sehingga yang awalnya tidak menyadari kedatanganku kini menoleh dan menghampiriku serta ibuku.

engenalkan orang-orang yang akan berada di kamar yang sama denganku. Dan sebagian

t di urutan terbawah. Barang bawaanku yang terlalu banyak itu kandas setelah disusun.

bulan, bu?" nada heran ke

badan yang besar serta kesuburan yang

paling kecil nggak pernah kerja di rumah, main saja taunya. Nyapu

aibku di tempat baru ya

mpuan-perempuan gi

tidak terlalu fokus mendengarkan ibuku yang kala itu membuka aibku, ikutan m

angkat galon dulu." Fathimah nama ke

perti itu, ya. Dia belum pernah kerja di rumah, ibu t

bahas hal yang tid

dikit pirang yang tegang bercabang di hadapanku, sedari tadi

u. Itu kebiasaanku dari kecil bila berada di tempat asing, aku ak

a satu?" pintanya

kembali mengangguk, dia tampak senang. Sialnya perbuatan dia memi

unyai hati dan tidak meyisakan satu untukku. Seharusnya mereka sadar aku tidak bisa m

k apa, am

nar menyesali kepu

harinya aku harus mengikuti mereka memasuki kelas, tepat setelah berada di

gatakan bahwa ternyata di dalam kelas tadi membutuhkan banyak buku, tetapi saat a

ku ditinggalkan tanpa mengucapkan kata

kedua mataku berkaca-kaca, keinginan untuk mele

ambu

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY