keluar ruangan, Vidwan memintaku untuk memanggilnya dengan nama saja, tanpa embel-embel guru. A
manggil Anda seperti itu khus
ke, tapi ketika kita hanya berdu
tangan dengan dua jemari terac
menunduk. Ia mendekatkan wajahny
dengar sangat jelas karena heningnya keadaan sekitar.
tu menggoda, Grisse." Bisik Vidwan sambil me
Puji Vidwan t
tuk menggoda Vidwan. Air muka laki-laki itu seketika beruba
engutuk lidah dan bibirku
menatapku dingin. Sungguh, ta
agi. Kali ini aku me
gin, tapi dengan sigap Vidwan mencengkeram daguku. Secepat kilat, bibirnya menyergap bibirku. Tangannya yang tadi berada di daguku pun berpindah ke area tengkuk. Kurasakan Vidwan men
e!" Tuntutnya den
m pernah
a. Ini adalah pengalaman pertamaku. Vidwan menatapku dengan sorot
sambil mengetatkan pelukan. Kurasaka
ung saat ini. Aku bingung dengan perlakuan V
idwan lebih dulu berjalan menuju pintu. Setelah pintu terbuka, ia mela
ri Vidwan. Sekilas, setelah melihat senyum dan binar mata Grace, aku
. Dengan enteng, Vidwan menggeleng kemudian mengatakan tidak. Vidwan menjelaskan pada Grace bahwa ia ingin kembali ke
khawatir, Grace kembali bertanya pada Vidwan, mengkhawatirkan
dian berpamitan pada Grace. Tak lupa aku meminta maaf pada Grace karena tidak jadi mengikuti latihan. Aku menggunakan ra
Tentu saja
i, tapi aku lebih memilih untuk kembali ke kamarku. Kuharap Vid
ku. Refleks aku menghentikan langkah. Aku sengaja tidak membalik badan agar b
Vidwan kembali mengulang kal
akut kembali berduaan dengan guruku yang tampan. Apalagi ingatan tentang sentuhan V
gipula, aku tidak mau kakimu kembali kram akib
gguk. Aku memandang laki-laki di depanku tak percaya. Namun, belum sempat aku kembali berkata-kata Vidwa
agi-lagi dari sikapnya Vidwan seolah tidak ingin membiarkanku tertinggal di belakangnya. Dengan santainya, Vidwan melingkarkan tangannya ke pinggangku. Aku tidak bisa menolak lagi, terlebih rasa asing itu kembali muncul. Menghadirkan desiran di hatiku, yang anehn
dwan sambil tersenyum.
an aku berpikir bahwa inilah takdir.
kd
rangan yang d
kata yang tadi hanya t
ni dan kita terhubung oleh kesamaan-kes
idwan....
dengan jodoh. Sepertinya sentuhan dan ciu
Ada apa?" Suara Vidwa
dak ada." A
pikirkan?" Aku tersentak mendengar su
u mencoba memal
menggerakkan wajahku kembali. Kubayangkan jika aku seperti itu, yang ada Vidwan akan kembali menciumk
h seperti itu?" Tidak kurasakan l
rnya dia
ngung. Entah aku merasa lega atau justru kecewa. Kulihat
erakkan kakiku perlahan. Vidwan menuntunku pada sofa berwarna
bilkan
perlu
up Vidwan sa
ai
sa menonton televisi dulu s
la
ndapati diriku memikirkan hal lain selain belajar, membuatku malu. Entah kenapa setelah masuk ke aparte
*