img Godaan Liar Sang Ustazah  /  Bab 1 Godaan - 1 | 14.29%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Godaan Liar Sang Ustazah

Godaan Liar Sang Ustazah

Penulis: Fajar Merona
img img img

Bab 1 Godaan - 1

Jumlah Kata:1597    |    Dirilis Pada: 23/04/2025

Riana dengan busana muslimah dan kerudung syar'I yang besar, duduk seo

estiansi paling damai untuk melepaskan lela

unung menjulang tinggi di kejauhan, dan sungai berkelok yang memisahkan dua

di dapur, dan Arga, suaminya masih di ladang bersama puluhan pegawainya. Sibuk mempersi

membuka kontak. Ia menatap nama di layar sejenak sebelum akhirnya menget

u menung

ng langsung menyapa ceria, khas Erlin

m kecil. "Lagi

l maskeran, tahu gak, Ri. Pake lumpur laut mati.

"Enak ya hidup kamu,

ng dinas luar kota, anak-anak makin cerewet, asisten malah k

mu glowing

hati, Bu Ustazah. Gimana kab

Aku lagi di bawah pohon nangka, tempat pavor

pohon nangka, pasti curhatnya d

diri. Seperti yang sering aku omongin, Mas Arga kayaknya makin parah banget. Kayak nggak ada tenaga sama

in hanya ber

uh, gairahku masih menggebu-gebu. Masih ngerasa pengen di

ab. Ia tahu benar, ini bukan curhat bias

asa. Istri yang masih muda, sehat, cantik. Punya kebutuhan, punya gairah. Yang gak

a. "Tapi aku malu, L

ius itu aseksual. Kamu bukan malaikat, Ri. Kamu manusia biasa, istri, dan ibu.

lama-lama meledak, Lin.

.. kalau Mas Arga gak berubah, dan kamu terus nyangkal perasaan kamu sendiri,

nya tampak begitu damai, tapi dadanya ses

rus menyakiti siapa pun. Kalau kamu butuh liburan, kabur sebentar, atau sekadar nginep ke Batam, di tem

r kalimat kayak gitu. Yang bikin aku ngerasa gak sendirian. Aku ka

alau saat ini kita jauh, a

Riana yang sebagian melayang-layang. Ia masih duduk di bawah pohon nangka, ponsel menempel di telinga, sua

ari keluhan jadi ibu dua anak, tren skincare terbaru, gosip artis yang viral,

serem. Udah kayak sinetron strip

u juga kan suka drama. Bedanya

ku main juga. Tapi bukan sebagai p

nggeleng sambi

a Riana terdengar lebih pelan. "Lin... sebenernya aku

n cepat, nadanya berubah jad

pian, atau karena... ya gitu deh. Tapi aku ngerasa...

ntusias. "Mantan SMA? Jangan bilang si Reihard?

a langsung me

impunan kampus yang suka anter

k tahu dimana dia sekarang..."

rti sedang menahan tawa. "Kalau buk

Apaan sih... Dodi

juga udah kaya pendekar, tinggi, tegap. Pasti suka curi-curi pandang p

memijit pelipisnya, sep

Duloh loh! Yang sering kamu bangga-banggain itu. Yang kamu bilang

lii

ong... jangan bilang kamu

anjang yang menutupi lututny

.. sumpah kamu tuh k

cuma bercanda and nebak. Tapi cara kamu

ang apa. Yang jelas bukan mereka. Aku cuma lagi...

akan maksa. Tapi kamu

pa

tempat yang salah cuma karena kesepian. Terus be

ama. "Aku tahu, Lin. Ma

umahku selalu terbuka. Dan mulutku... ya biasanya sih g

up, bukan karena topik selesai, tapi karena anak-anak su

. Entah kenapa, tebakan Erlin soal Dodi terus bergema di kepalanya. Padahal ia tidak bilang apa-

dengan aktivitas ringan. Ia mengambil selang dari samping rumah, mulai menyiram bunga-bunga di halaman de

kelopak-kelopak bunga yang bermekaran. Tapi p

os oblong yang dikenakannya sudah agak basah, menempel di tubuh. Keringat bercamp

ali rambut depannya ia sapu ke belakang karena terhalang pandangan. Bahkan tonjolan

rak-gerik pemuda 25 tahun itu. Nafasnya tak seirama dengan irama sela

seperti tangan kanan dalam mengelola kebun dan para pekerja. Disiplin, cekatan, dan dikenal jujur. Dan Riana tahu betul, di a

pung sembarangan, dia

eras Dodi. Tapi postur tegapnya, sorot matanya yang tenang, dan cara ia menyeka pelipis d

nya sedikit basah karena terpental dari tanah. Ia buru-buru mematikan keran,

ersenyum sopan. "Bu, airnya muncrat k

um kaku. "Maaf, Dod,

mah... saya ikhlas," jawab Dodi cepat, lalu

ngar seperti godaan yang dibungkus canda. Tapi juga bis

rumah, padahal belum

a mengapa akhir-akhir ini godaan itu seolah

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY