k keluarga Varela. Cahaya matahari sore menembus masuk, menciptakan bayang-bayang lembut di lantai marmer yang dingin. Di depannya, hi
rnama Camille, memberinya panduan singkat tentang segala hal yang perlu dilakukan, namun Sephia merasa tera
aan yang kecil. Namun sekarang, ia merasa seperti seorang tahanan yang tak tahu kapan akan dibebaskan, atau bahkan a
tanya Camille, dengan nada suar
a sekali tidak merasa lapar. "Ya, terima kasih," j
di pintu. "Nona, saya tahu ini sulit, tapi percayalah, Anda tidak send
gin. Setiap sudutnya tampak seperti sebuah pameran kemewahan, tak lebih dari sekadar lapisan yang menutupi kenyataan pahit yang
mendekat. Sephia menegang, dan tanpa bisa menahan
nya terlihat lebih tinggi dan lebih menakutkan. Wajahnya yang keras, dengan ma
tanyanya, suaranya datar, tid
an kegelisahannya. "Tidak... belum ter
idak perlu terbiasa. Ini rumah Anda sekarang. Anda tidak punya pilihan selain beradaptasi." Kata-katanya datar, t
kenapa saya harus terjebak dalam situasi ini. Ibu saya sudah menderita cukup banyak, dan kini saya dip
memilih ini. Keputusanmu yang membuatmu berada di sini. Ingatlah, saya hanya melakukan ini karena ibu A
rintah dan dihukum atas kesalahan yang tak seharusnya ia lakukan. Namun, apa yang bisa ia
Sephia," ujarnya, suaranya rendah dan penuh kekuasaan. "Di sini, saya yang memegang kendali. Kam
dihadapi Sephia. Sebuah ancaman, namun disampaikan dengan cara yang be
bersalah?" tanya Sephia, masih berusaha m
lah? Saya hanya melakukan apa yang diperlukan. Terkadang, dalam hidup, kita harus mem
tidak peduli terhadap orang lain, terutama seseorang yang sudah memberi begitu banyak pada hidupnya
a kenyataan yang kini ia hadapi. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah semuanya. Ia hanya bisa berharap, deng
an bertahan. Dalam kurungan ini, ia