ada seorang perempuan muda berpakaian hitam putih dengan style rapi mengangkat satu tangannya di atas keningnya, menghalau cahaya matahari yang menerpa wajahnya, sembari melirik
sil berteduh, sembari matanya melirik kiri dan kanan, memper
si. Usianya sudah mencapai 27 tahun bulan ini, baginya masih muda,
ni
daknya, cinta atau tidak, sudah waktunya atau belum, tapi soal kesiapan diri masing-masing, dan Amelia belum siap untuk hal itu. Baginya, menikah itu butuh persiapan yang matang jika ingin hubungan rumah tangga terus berlanjut hingga hari tua. Amelia tidak ingin hu
belum siap menikah. Antara
a, karena dia memiliki pria idamannya sendiri. Mana tahu harapan Amelia bisa bersama pria idamannya itu terkabul esok, lusa, atau
waktu itu
i
pesan masuk di sana. Segera Amelia membuka dan melihat pesan chat dari Aron, dire
senyum Amelia tak bertahan lama. Perlahan, tapi pasti senyu
erapa detik Amelia memandang ke depan dengan tatapan kosong, otaknya masih mencerna apa yang baru saja dia baca. Karen
ikan lagi layar ponselnya dan mengulangi reaksi y
tu foto kartu undang berwarna merah yang bertuliskan 'Pertunangan Aron Adyen dan Celsia Rika', yang mana satu foto itu pertanda satu kehancuran besar bag
ng diberikan Aron padanya hanya lah sebuah kebohongan? Ah, atau hanya rasa kepedulian
an se
ks
merasa seperti dikhianati atau mungkin lebih tepatnya dipermainkan, selama ini Amelia menganggap kedekatannya dengan Aron bukan sekadar atasan k
ng Celsia padaku, ternyata, ternyata ... hiks, huaa ... au ah, gelap!" Amelia mengusap air matanya, cemberut, tanpa peduli orang di sekitarnya tengah men
eduli dengan sekitarnya, atau mungkin Amelia-nya saja
te! Keponakan
halte bus, menyeberangi jalan tanpa memeriksa
klise ala sine
Tin
bunyikan klaksonnya berkali-kali, memberi tanda pada Amelia agar segera menepi. Tentu hal itu membuat Amelia tersadar, tapi entah ap
i akhir
Tin!
in memekikkan di telinga para pendengarnya. Orang
a yang aku
elia melangkahkan kakinya menghindari mobil hitam itu, tapi naas dia tidak se
terser
, satu mobil lain muncul dari sisi kiri, menabraknya dengan keras, bahkan bunyi tubrukan antara ke duanya terdengar j
r
Cepat telep
ertolongan
ikan burung, lalu jatuh dengan keras di jalan sepe
tengah jalan lalu terdiam seperti orang bodoh.
rasa Amelia berbicara, tapi mulutnya terasa sangat berat untuk terbuka. Amelia
medulikanku, sekarang apa? Bahkan untuk mendapat cinta dari pria yang kusuka pun tidak bisa. Semiris inikah hidupku?' Samar-samar Amelia tersenyum kecut, mentertawakan kehid
k aku mati dari pada harus
lagi kesempatan, di mana aku bisa mengenal cinta