ren. Dan lo..
sedikit lebih nyaman. "Iya
bawa kantung buku. Keduanya nggak ngobrol sambil jalan, tap
*
ber
arren sambil tiba-tiba menarik lengan Al
lainnya berdiri di depan. Dua cowok
. Tapi ketika Alina lihat Arion lagi fokus ngel
ya yang kaku bikin wajahnya yang tegas jadi keliatan makin garang.
uku buat kelas hari ini," jawab Darren d
ih, Bro. Dia bisa gabung sama kita-kita sem
dengan tatapan tajam. Darren s
kasih sama Direktur karena
rion ketawa. "Clarissa.
atanya ke arah Alina. "Dan gue belum sel
ah kalau dia dapet bantuan dari sekolah ini. Kenapa Clarissa ngehu
ngobrol sama kita," kata Arion sambil meli
o, sisanya kita dan Direktur b
ina. Sementara Ari
yuruh dua kali, anak beasis
itu cowok baik, tapi sekarang sika
tanya. "Gue janji baka
udah hampir sampai. "Kayaknya keputusan gue dat
erdiri di tengah-tengah mereka. Tatapan mer
angsung ke Direktur Eric karena udah nerima gue di sin
di lehernya keliatan. "Lo bisa ketemu dia l
, jauh lebih dew
alin Alina sendirian. Selain itu, Arion juga kaptennya yang harus dia horma
yang pastiin lo bayar nant
pali sambil ngelipat tangan di dada, sia
. Nggak ada yang bisa ngelind
dangan yang oke kok. Lo bisa digantiin kapan aja," cele
gue pindah dari sekolah lama g
Arion tersentak. Matanya makin dingin. D
lih ke Alina. "Memanfaatin kesempatan buat datang
. Dia nggak pernah nyangka Arion, yang selama i
"Gue bukan ayah gue. Gue nggak bakal biarin siapa pun manfaa
pada terdiam. Bebe
wa dari Direktur Eric. Dia benci banget sama Arion dan Clarissa
o ngajarin gue tentang aturan. Gue tahu banget cara mainnya. Tapi, lo gak bisa
kir di wajahnya. "Gue cuma bilang yang bene
uara. "C'mon, Arion. Jangan buang waktu sama mereka. Mer
ng apa sih, Clarissa? Jangan sok banget. Lo pikir lo siap
hirnya bicara. "Jangan terlalu serius
ian. "Lo pikir gue takut sama lo? Gue b
ai gue ngomong yang lebih parah l
erasain atmosfer tegang di sekitar mereka. Di
gue tunggu d
Alina akhir
e. Direktur sebentar lagi dateng, lo bisa per
k. "Oke. Sampai
, meskipun dia pengen banget p
e Arion. Dia betulin ranselnya dan senyum sinis, sambil
padanya. Jantungnya berdetak cepat, dan perutnya terasa mual. Dia
arren. "Ayo pergi, sebelum Arion
n di kelas
lo nggak mau ada permusuhan di antara pemain. Tapi hati
i para murid karena guru yang Alina d
langkah percaya diri, keluar dari kela
yang baru aja terjadi. Di sekolah elit ini, aturan kayakn