an tangan. Keputusan yang baru saja ia buat tidak membawa ketenangan, malah membawa lebih banyak keraguan. Di satu sisi,
nya menenangkan, Aeliana merasa seperti ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang seharusnya ada, tetapi kini hanya ada kekosongan yang menunggu untuk d
uka, namun entah apa yang menantinya di balik pintu itu. Zorian membimbingnya masuk denga
a. "Selama ini, aku hanya tinggal di tempat yang jauh dari kenyat
dalamnya, hanya ruangan-ruangan yang kosong, seolah-olah mencerminkan kehidupan Zorian yang tera
ini, dunia yang aku pilih... tidak mudah, Aeliana. Mungkin kamu akan merasa keh
Apa maksudmu?" tanyanya, suaranya bergetar. "Aku memili
a banyak yang menginginkan kita terpisah. Mungkin bukan hanya Orion yang akan datan
daripada yang ia bayangkan. Setiap langkah yang mereka ambil akan membawa mereka lebih dekat dengan ancaman yang tak
i ini?" Aeliana bertanya, matanya mulai berkaca-kaca
u tidak bisa menjamin bahwa dunia ini akan selalu memberi kita kebahagiaan yang kita cari. Ki
yang terus mengganggu pikirannya-Orion, dan dunia yang telah ia tawarkan. Apa yang akan terjadi ji
yang Aeliana tahu pasti-bahwa ia tidak bisa lagi mundur. Pilih
rdiam. Aeliana merasa jantungnya berdegup kencang. "S
. Di luar, berdiri seorang pria dengan mantel hitam yang terlipat rapi. Tatapan mata pria itu penuh dengan
gan suara rendah namun tajam.
dalam ruangan. "Mereka siapa?" tanyanya, mesk
arga Valen," jawabnya, matanya tajam. "Mereka tahu bahwa Ael
tarnya. "Apa yang mereka inginkan dariku?"
n mengungkapkan lebih banyak. "Mereka tahu betul siapa kamu, A
atap Aeliana dengan penuh kekhawatiran. "Aku har
ita tidak bisa bersembunyi selamanya, Zoria
elawan mereka, Aeliana. Kita akan berjuang bersama. Ak
benar-benar bisa bertahan? Dunia yang ia pilih tidak hanya dipenuhi oleh janji dan cinta, tetapi juga oleh bayang-bayang
yang lebih gelap m
empuh-semuanya akan membawa mereka