dokter itu. Biasanya, dia memilih dokter wanita untuk membua
emeriksa kontrasepsinya, dan tampaknya puas dengan yang ia gunakan, serta memberi tahu bahwa Devano telah me
rtemuan pertama mereka, ia mendapatkan jadwal janji untuk bertemu dokter, dan saat ia memeriksa rek
pria itu mendapatkan detail pribadinya,
tinggal menunggu ha
tan yang sedang ia jalani, Anggita langsung berj
, tetapi ada sesuatu yang belum benar-benar terasa pas untuknya. Anggita
aran itu saat Devano menyent
m ini. Itu pun juga tidak terlalu menyenangkan. Kebanyaka
ia tidak tertarik. Pendidikan jauh lebih penting baginya, dan jika
bantu mengalihkan pikir
isa meninggalkan pekerjaan itu dengan uang yang dibayarkan oleh Devano, tapi ia menyukai kesibukannya. Lagi
erakhir, dia memeriksa ponselnya d
buah alamat dengan kata-k
lihat pria itu mengirim pes
al
mengutuki dirinya sendiri karena
itu. Secepat mungkin. Ia juga mengirim pesan balik ke Devano untuk memberi tahu bah
melihat Devano sudah menunggunya di luar. Pria itu melangkah
suk ke dalam gedung. Pria itu mengangguk kepada petugas yang m
uri pandang ke arah pria itu. Rahang tegas. Bibi
nghela napas sebel
at Anggita tidak bisa berhenti melirik sambil bertanya-tanya apakah ia melewatkan sesuatu yang baru dari terakhir ia melihat pria itu. Pria
ya. Semua ini membuatnya gugup, terutam
ia sadar bahwa pria itu hanya menginginkan satu hal darinya. Keesokan harinya, ia
hubungan seksual yan
. Suaranya dalam, dan entah bagaimana membuatAnggita
evano berjalan keluar. Mereka menyusuri kor
ketika Devano mengeluarkan sebuah kunci yang digun
tu bertanya sambil mempersilahkan
pu, lalu menutup pint
ndangannya sambil meme
saat bekerja. Dan baru lihat pesanmu setelah selesai. Bukan maksudku mengabaikan. Sungguh. Aku juga
ang mengetahui bahwa ko
dari meja kecil di lorong yang ke
ku?" Anggita bertanya
ih supaya mendapatkan
erutnya teraduk ketika membaca bahwa dokter me
seorang mengatakan hal i
elihat apa yang sedang dibaca oleh Anggita. "Aku kebetulan men
lain dan menyerahkannya pada Anggita.
sia, berat badan, tinggi badan, dan kondisi kesehatannya. Dokter menggambarkan
iel melanjutkan sambil tersenyum. "Aku sudah
anggilku," Anggita berkata. "Aku sekolah dan kerja paruh
n kamu bekerja. Aku akan menemukan pengaturan yang cocok untuk kita berdua. Lagi pula, aku
seks. A
t sek
endekatinya. Pria itu meraih wajah
tanpa perasaan. Aku akan memastikan kau menikmati perjanjian ini selama
Y
ag
nya. Semua pikiran lenyap begitu kenikmatan dari ciuman itu menguasainya. Meraih b
kepalanya dan mendorong tubuhnya ke belakang sehingga ia terhimpit di dinding. Dengan tan
rutnya, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Anggi
u menggeram rendah. "Tidak ada yang bol
apa pun." Anggita membalas d
rnah melakukan
nggelengka
Anggita melihat saat pri
mu," pria it
n yang menyala terang membuatnya melihat semua dengan jelas. Terakhir kali dia berhubungan seks, kegelapan me
mu," Devano
a jatuh ke sekeliling tubuhnya. Bra dan celana dalam hitamnya tidak benar-benar menutupi
Setelan pakaiannya terlipat rapi di kursi. Tatapannya jatuh pada celana boxer hitam Dan
ga melihatmu." Pria itu meraih pinggulnya dan menariknya
uaranya gemetaran. "Itu sebabnya kita ada di
, dirasakan, oleh kedua belah pihak." Pria itu mengusap punggung bawaarik. Tapi kegugu
kalau tidak, pria itu mungkin akan berubah piki