img Di Sudut Memori  /  Bab 2 Pemuda Berambut Ikal | 8.33%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Pemuda Berambut Ikal

Jumlah Kata:1974    |    Dirilis Pada: 17/10/2024

tengnya berhati-hati, takut kalau isinya bisa saja tumpah dan mere

u tertiup angin dan menggabungkan diri bersama yang lain. Aku mengambil tempat duduk te

ini. Sebuah taman kota yang terletak di pinggir jalan Gatot Subroto. Persis sama

luas. Setiap kali ke sini, aku selalu membawa serta rantang plastik dengan b

daan. Ibu selalu sibuk dan harus bekerja setiap hari. Itulah mengapa aku yang mengerjakan semua urusan rumah termasuk memas

n pasti memberitahu lokasinya. Tadi sewaktu sampai di sini, langsung mengirimkan pesan singkat kalau menunggu di depan lampu tam

n janji karena latihan band sepulang kuliah. Aku mulai kesal karena janji-janji tidak tertepati olehnya. Selalu saja alasa

ah l

pemutar musik ini dimilikinya sejak dua tahun lalu. Saat berulang tahun ke tujuh belas. Bundanya memberikan hadiah

sang wajah sangat memaklumi tindakan Dwiyan. Yang selalu melupakan jan

lan puncak kepalaku. "Kalau itu sih lama, Citra. Maaf

wa lepas. Padahal sebuah perasaan sedih tengah bersarang di hati. Mendengar kalimat barus

ciptakan?" Ia bertanya d

um pernah bermain musik dengan lembut karena menyukai musik keras seperti rock. Tapi, petikan gitar

i sesuatu?" tanyaku penuh kecemasan. Aku bahkan

has milik Dwiyan. Namun, seorang pria dengan suara beratnya dan sedikit serak. Ada yang diubah. Kata-kata di dalam lagu yang diciptakan oleh Dwiyan adalah beberapa kalim

nya kukira cuma kebetulan. Namun, panitia lomba mendisku

ar kecewa dan marah. Aku bingung. Orang yang telah menjiplak lagunya tahu dari mana? Tapi, kenapa panitia jus

u. Pasti Dwiyan kecewa. Apalagi ini adalah perlombaan pertama yang d

i kami. "Lagu itu mewakili perasaanku terhadapmu, Citra.

erangan. Raut wajah itu begitu terluka. Selama mengenalnya dua tahun lalu, ia mampu menyembunyikan se

telapak tangan kami yang tengah bertautan penuh kasih. Aku mengusap punggung tangannya

a. Hanya saja, lagu ini kutulis untuk membahasakan perasaanku. Betapa hari

iya

unyai banyak waktu menemaniku setiap hari. Tapi, mendengar pengakuannya seperti menyadari sebuah ruang di hatinya yang s

dengan menatap wajahmu bisa menenangkan segala keresahan yang kurasakan. Aku jadi

oleh Dwiyan. Setelah berpacaran, ia jarang menunjukkan kepeduliannya. Membuatku berpikir kalau

Sekarang orang lain memang menjiplak karya pertama Dwiyan, tapi aku yakin dengan kemampuan yang dimil

i pun terlintas di benakku untuk melakukan tindakan kecil barusan. Aku

ang kulakukan hari ini, aku memilih menunduk. Menahan segala perasaan di dalam

undakku berulang kali. Namun, aku masih tetap menundu

n rambut panjang. Aku masih belum berani memandang Dwiyan. Karen

ggoda. Sekarang, jemarinya justru mencoba menggelitiki pinggang. Memb

asih kurasakan. Kenapa hari ini Dwiyan iseng sekali? Padahal

sini. Asalkan bisa melihat tawa bahagianya. Raut wajahnya berubah sumringah seakan menggodaku saja bisa mengembalika

mang sup

li menanyakannya, ia selalu saja memicu pertengkaran kecil. Dan, aku pasti mendiamkannya seharian. Mengabaik

. Aku penasaran cukup lama mengartikan maksud kata-kata Dwiyan. Justru m

heran. "Aku akan memberitahukan artinya jika kit

idak ada di dalam benakku. Aku takut berandai-andai kalau kami pergi ke jalan masing-masing. Tanpa me

putus. Meski pun nggak ada hal yang mustahil di dunia ini. Namun, sebisa m

asih bisa tersenyum jika ia berpaling dan meninggalkanku demi gadis lain. Banyak sekali pemikiran-pemikiran buruk berseliweran di dalam pikiran

emudian mengambil rantang yang kubawa dan tersenyum leb

n menaruhnya di pangkuan. Ia tersenyum menghirup aroma dari masakanku. Kala

perasan air jeruk nipis untuk menambah aroma dari masakan. Ia bahkan sudah men

il yang berhasil mendapatkan permen setelah mer

perlu waktu lama belajar. Beberapa kali kegagalan. Di mana hanya terasa pedas atau sangat asin. Menu

deh. Biar

nak.." jawabku membela diri. Padahal aku l

n tersaji di dapur. Karena kakaknya sibuk bekerja, begitu pula ayah

, aku mulai sering memasak makanan sehat. Dan, masakan yang berhasil selalu kubawa untuk

juga sayur cah kangkung yang pedasnya cukup untuk membuatku berurai air mata. Karena aku sama sekali tidak menyukai makanan

an pedas?" tanyaku keheranan. Aku juga sering menanyakan

edas itu enak," j

ia lebih banyak diam. Alasannya tidak menawariku makan arena aku sudah lebih dahul

Aku tidak mungkin memberikan masakan gagal, karena itulah ak

kubawakan hari ini. Sudah sangat lama ia tidak memakan masakan bundanya. Apalagi bertemu. Berbulan-bulan Dwiya

akarta, biasanya orang-orang di sana memakan gudeg. Gud

u. Apalagi jika rasanya terlalu manis. Ya, aku memang orang Yogyakarta tapi l

Mungkin tergantung sele

das atau ikan cakalang bumbu sambal matah. Aku masih mengamatinya makan dengan lahap. Sebenarnya, hatiku tidak benar-benar tenang. Masih memikirkan

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY