uju ruang rapat di hotel yang sedang direnovasi. Kepalanya penuh dengan be
seperti terjebak dalam perang batin yang tak kunjung reda. Di satu sisi, dia ingin menjadi anak yang patuh, memenuhi harapan
terlihat tenang seperti biasa, tetapi bagi Karina, ketenangannya justru memicu rasa frustrasi. Bagaimana
sapa Karina be
Karina, termasuk Henry. "S
el, dan Karina berusaha fokus. Mereka berdiskusi tentang detail desai
inya. Dia tidak bisa melepaskan pikiran bahwa Henry ada di sini bukan hanya seba
ada tajam, menghentikan diskusi yang sedang berlangsung. Matanya menatap
iaya sekaligus menjaga estetika desain sesuai visi yang kita sepakati," ja
au visimu sendiri?" balas
ntara dua pemimpin mereka. Karina dan Henry, yang biasanya bisa menyelesaikan per
ni sebelumnya. Kita sepakat untuk membuat perubahan yang mendukung kebutuhan op
untuk membuat keputusan seolah-olah pendapatmu yang paling benar," jawab Karina denga
berusaha menjaga profesionalisme. "Aku tahu ini proyek keluargamu, Karina. Tapi kita ada di sini
eperti yang keluargamu lakukan dengan hidupku?" Karina melontarkan kata-kata itu tanpa berpi
mendengar pernyataan Karina. Kalimat terakhirnya jelas bukan tentang proye
ng lebih dalam, mencoba memahami apa yan
ry akhirnya, suaranya lebih pelan. "Ini tentang
mpur dalam hatinya terlalu sulit untuk ditahan. "Ya, Henry. Ini bukan hanya tentang proyek ini. Ini tentang bagaimana keluargamu dan
Karina, aku juga tidak menginginkan ini. Aku tidak pernah meminta dijodohkan dengan siapa pun. Tapi ini bukan sesuatu
berarti aku harus menerima semuanya begitu saja. Aku ingin memil
tim, Mr. Edwards, mencoba mencairkan suasana. "Mungkin kita bisa melanjutkan diskusi ini
ngangguk. "Kalian bisa lanjutkan pekerjaan tanpa kami untuk saat
permisi." pamitnya dan di
uasana tegang, dan berjalan menuju salah
henti dan berbalik menghadap Henry. "Aku tidak
u mengerti perasaanmu, Karina. Aku juga merasa terjebak. Tapi kita tidak bisa terus seper
eka mengacaukan proyek yang seharusnya berjalan profesional. Namun, di dalam hatinya, Karina masih merasa marah dan kecewa. Tidak hanya kepada
enang meskipun masih terdengar kecewa. "Aku butuh waktu untuk me
i aku harap kita bisa tetap bekerja sama dengan baik. Apa pun
ya ketika dia menjawab. "Ya, proyek ini tetap prioritas. Kita tidak bisa mem
k pelan. "Hem,
anjutkan pekerjaan dengan sikap profesional. Namun, Karina tidak bisa menghilangkan perasaan terjebak yang terus menghantui di
k akan mudah diselesaikan. Pilihannya adalah antara menerima harapan keluarganya atau memperjuangkan ke
ya terus melayang pada kata-kata Henry, pada tekanan keluarganya, dan pada keputusan yang harus dia buat.
memutuskan apakah dia akan mengikuti harapan kelu