Jantungnya berdebar kencang, napasnya tersengal-sengal. M
h yang dipenuhi lumut hijau. Udara dingin menusuk tulang, dan bau tanah basah memenuhi hidung
. Di sana, berdiri seorang pria. Wajahnya samar-samar, terhalang oleh bayangan pepohonan. Namun,
tanya Alina, shangat dan menenangkan. Alina merasa terhipnotis oleh tat
i," ucap Alina, suaran
pan. Alina terbangun, tubuhnya masih bergetar. Ia mengus
m. Alina mulai merasa terusik. Siapa pria itu? Mengapa ia sel
ke jendela. Bulan purnama bersinar terang di langit, menerangi kota yang t
" gumamnya. "
u bukanlah sekadar mimpi. Itu adalah kilasan masa
bermata biru itu terukir jelas di benaknya. Ia mencoba mencari jawaban dalam buku-buku sejarah, men
ahli mimpi yang ia konsultasikan. "Terkadang, mimpi kita menc
adar khayalan. Ada sesuatu yang lebih dalam, l
o lama. Foto itu memperlihatkan seorang wanita muda dengan rambut cokelat panjang dan mata biru ke
ungnya berdebar kencang. "In
1890." Alina langsung mencari informasi tentang Amelia di internet. Ia menemukan sebuah catata
ngunjungi kota tempat Amelia tinggal, sebuah kota kecil di daerah pedesaan. Ia berharap
lalu. Rumah-rumah tua dengan arsitektur Victorian menghiasi jalanan berbatu. Udara dip
tentang Amelia. Namun, museum itu hanya menyimpan sedikit koleksi tentang
engan rambut putih dan mata tajam. "Ia memiliki bakat luar biasa dalam menangkap
eleng. "Tidak ada yang tahu pasti penyebab kecelakaan itu," katanya. "Kereta api itu tiba-t
Ia merasa semakin dekat dengan Amelia, namun juga
jalanan berbatu, melewati rumah-rumah tua yang tampak kosong dan sunyi. K
n. Rumah itu memiliki taman yang terawat dengan baik, dipenuhi bunga-bunga berwarna c
ng. Mata biru. The Blue Eye Inn. Apakah a
buka, memperlihatkan seorang wanita tua dengan rambut putih dan mata b" kata wanita itu. "Nama saya Mrs. H
ia dalam mimpinya. Ia merasa seperti telah menemuka
Amelia," kata Alina. "Amelia, pelukis ya
hu Amelia. Ia adalah teman baik saya. K
ang mengenal Amelia. Ia bertanya tentang Amelia, tentang kecel
sai berbicara, Mrs. Hawthorne mengajak Alina ke ruang belakang
"Ia suka melihat bayangannya di cermin. Ia percaya bah
a-tiba, ia merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Ia m
ajahnya samar-samar, namun matanya, mata berwarna biru kehijau
suaranya gemetar. "K
angkan. Alina merasa terhipnotis oleh tatapannya
i," ucap Alina, suaran
Alina terhuyung mundur, tubuhnya gemetar. Ia merasa sep
ambu