da dirinya sendiri dengan nada penuh keputusasaan
angnya kepada atasannya itu. Dia menampar pipinya berkali
si Erlangga saat melihat video yang menampilkan percintaan mereka semalam. Rasa malu dan penyesala
sendiri. Tanpa berpikir panjang, dia mengambil keputusan untuk pergi ke r
ki ratusan tangga sampai kakinya terasa sakit dan dadanya terasa pa
tubuhnya tiba-tiba terjatuh ke dalam pelukan Erlangga.
anya terasa sesak oleh hembusan napas Erlangga yang memburu di d
an Erlangga membuat Venina tersadar dari lamunan gelapnya. Ap
ujung gedung, mengukur ketinggian seolah sedang mempertimbangkan pilihan hi
mengembalikan dirinya pada kenyataan. Matanya terasa panas ketika
ampai akhirnya dia bisa memandang wajah Erlangga yang kembali membuatnya membeku.
pkan pertanyaan itu sedatar mungkin. Dan sepertinya dia
bicara tentang
tak berdaya. Ingatan tentang malam yang mereka habiskan bersama mengalir deras dalam
seakan-akan tercekik oleh kata-kata itu. Bagaimana jika
ya Venina dengan ragu-ragu. Dia memaksaka
amu harapka
ya, kan? Venina sudah membuka mulutnya, tetapi dia mengurungkan niatnya itu. Dipandangnya wajah Er
an apa-apa, Pak. Saya
pi Venina tidak bisa menebak ap
mu inginkan?" tan
ini terjadi. Ingin sekali Venina meneriakkan kat
n, Nina?" ulang pria i
kirannya yang kacau. "Saya hanya ingin tetap bekerja dan melanjutkan hidup saya,
a sesuatu yang bergetar di dalam dirinya, namun dia menyembunyikan dengan cermat di balik
gusik pikirannya. Apalagi saat menatap wajah Erlangg
a?" ucapnya dengan ragu, matanya menatap
gurkannya, saya akan menerima semua pilihanmu." Suara Erlangga terdengar begitu mantap, nam
kan ucapannya dengan menggebu-gebu, "Dan juga dari semua opsi yang ada
tapi kata-katanya menusuk tajam ke dalam hati Venina. "Saya benar
s menjawab apa. Semua ini terjadi terlalu ce
wab. Kamu tidak perlu khawatir, Nina," lanjut Erlan
utkan Venina. "Tanggung jawab?" guma
lupa bernapas. Dia ingin segera mendengar mak
saya akan menanggung semua biaya hidupmu dan anak itu. Kamu bisa t
kekurangan apapun. Hidup kalian akan terja
ina. Butuh waktu sepersekian detik b
apa yang kamu pikir akan dia berikan? Sampai mati pun dia akan berpikir seribu kali untuk
atir." Venina mendorong tubuh Erlangga, berusaha untuk menyingkir dan mencari temp
kesalahan yang saya buat supaya kamu tidak menderita karena harus mengurus bayi itu sendiri." Jema
karang," sergah Venina dengan getir. Dia mencoba melepaskan diri dar
tolong jangan mempersulit segalanya!" se
g jawab saya. Biar saya yang menanggung semuanya." Sesaat Venina bis
nginkan, Nina? Pernikahan?