"Tidak repot kok ma," Renata menata cangkir teh satu persatu diatas meja beserta camilannya. Renata duduk disebelah Adi. Namun Adi terlihat menghindar. Rio berjalan dari belakang untuk menyusul.
mu yang selalu profesional dalam bekerja." balas tuan Hilman. Terlihat keromantisan dari mereka, meskipun sudah berumur sekitar 45 tahun lebih, mereka masih tetap harmonis seperti pasangan yang baru saja menikah. Wajah dan postur mereka bahkan masih seperti berusia 30 tahunan. Masih fresh dan segar. Renata termenung. Ia tahu pasti s
erjaan dikantor yang harus disiapkan untuk besok. Beso
a tidak biarkan asisten atau sekretarismu saja yang menyia
u aku pergi dulu. Maaf ya ma, pa!" Adi mencium kedua pipi dan tangan kedua orang tuanya. Kemudian pamit dengan kakaknya ya
idak jadi main catur d
ergi. "Hmm dasar, benar-benar mirip sepertimu Andrea, sangat pekerja keras. Sampai-sampai tidak memperdulikan keluarga." ucap tuan Hilman sambil menggelengkan kepalanya. "Iya, dia memang mirip denganku." uc
dirumah, kadang-kadang aja pe
ka kamu selalu ditinggal ti
saja? Kenapa tidak duduk? Panta
Lengan yang kekar tercetak jelas dibalik kaos hitam yang ia kenakan. Belum lagi urat-urat yang meliuk-liuk ditangan dan jari-jarinya. Kalau penampilan luarnya saja begitu bagaimana penampilan dalamnya. Juga terlihat jelas bagian menonj
gkin sudah gi
besok kita harus bangun pagi dan m
h lelah ingin segera tidu
disini kan Rio?" t
g dipindahkan ke apartemen juga, jadi aku tidak mau tinggal di tempat yang belum siap ku huni." jawab Rio. "Ba
t ke Bandung dari sini." ucap Renata yang kesepian ditinggal sang mama. M
esa. Ya sudah kita pergi dulu, see you!" Renata dan Rio mengantar orang tuanya sampai didep
*
ahat. Aku pergi dulu," ucap Renata kemudian pergi tanpa menunggu jawaban dari Rio. Rio hanya mengangguk dan merebahkan dirinya di ranjang empuk. Renata pergi ke kamarnya dan berganti baju tidur mini. Siapa tahu Adi akan segera pulang
jamkan matanya sambil mendongak keatas. Ia membayangkan dirinya dan Adi tengah b3rc*nta. Ia membuka kaitan kancing baju secara perlahan se
us mencubit dan memilin puncak bukit besarnya hingga mengeras, sambil satu
terus masss .
*
k. Terbukti dengan des4han yang terdengar, tidak ada henti-hentinya. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya dan memilih untuk tidak memperdulikannya. Namun baru beberapa langkah, ia tersadar. "Tunggu dulu! Adi kan tidak ada dirumah. Jika Adi tidak ada dirumah, lalu istrinya main sama siapa?" Kemudian Rio kembali kekamar sang adik. Memang ia tertarik dengan istri adiknya, tetapi jika istri adiknya itu membawa pria lain, ia juga tidak terima. Kebetulan pintunya juga terbuka sedikit, membuatnya sedikit leluasa untuk mengintip. Namun, alangkah terkejutnya dia melihat istri adiknya tengah asik bermain single tanpa partner. Rio bisa melihat ke
*
nya kekamar untuk persediaan. Ia langsung pergi kekamar mandi untuk menuntaskan hasr4tnya. Karena
bercecer dikamar mandi. Dengan lemas ia berjalan menuju ranjangnya. "Hah ... sial, kenapa bayangan Renata selalu berputar-putar di otakku. Tubuhnya benar-benar indah. Shit! Aku sudah gila, jika benar-benar mengingink
*
dari tidurnya. Pikirannya masih t
menyegarkan tubuhnya. Sementara itu, Renata dan bik Inah sedang memasak di dapur. Ses
ni say
telepon ke rumah bik? Dia tidak meng
singkat. Ia merasa iba kepada Rena
oyo setan. Tiba-tiba Ono tiba-tiba ngilang, jiambul!" racau bik Inah yang memang khas dengan logat jawanya. "Esok-esok kok yo wes nesu-nesu to bulik, aku gur ngomong biasa lho." jawab Budi seorang tukang kebun yang tidak lain adalah keponakan bik Inah. Mereka merantau dari solo Jawa ten
*
beberapa kali namun tidak ada jawaban. Sehingga ia memutuska
g melingkar di pinggangnya. Renata terbelalak melihat Rio, begitu juga Rio yang terkejut karena Renata ada dikamarnya. "Aaarrhhgghh, m-maaf a-aku tidak sengaja masuk." t
Rio. Renata membuka matanya dan hanya mengangguk. Bau harum dari sabun dan wajah Rio yang sangat tampan dilihat dari
" tanya Rio pada Renata. Renata
aikan pada Abang kalau sarapa
u akan turun. Aku akan be
elum Renata pergi, Rio mencekal tangannya seh
aian?" desis Rio disamping telinga Renata yang memu
h menyentuhmu kan? Jadi kamu butuh seorang pria
sendirian tadi malam. Seandainya kamu memintaku mungkin aku akan m
penuturan Rio. Rio kembali mendek
anggurin begitu aja." Rio meniup telinga dan menj*l4t
ku .
sam