tu salah satu pasien ruqyah yang pingsan. Wanita bertubuh besar, berwajah cantik itu terlihat pias. Keringat bercu
f, Budhe!" teriak wanita itu. Matanya dipejam
endengarku. Matanya berulang kali ditutup rapat-rapat. Seakan ada penampakan
g ambil kalung budhe, bukan
ayat-ayat ruqyah di sampingnya. Kondisinya lemah sekali. Napasnya mulai putus-pu
ngan ganggu dia! Aku yang kal
siapa yang menarik jilbabku. Wanita kurus itu berdiri di depanku. Matanya nyalang menatapku. Matanya me
idak apa-apa?"
engge
Kok dia ta
ngan dengan jawaban y
an berani-beraninya ikut campur urusanku!" s
ita di depanku ini. Tubuh wanita kurus ini terlihat begitu kuat di depanku. Matanya terlihat kosong dan penuh kemarahan. Aku menghela napas panjang. Jantungku
nis. Tapi begitu banyak kerutan di wajahnya, menunjukkan dia lebih tua dar
ak sekarang, tetaapi segera," bisik
erapa wanita
k! Sadar," seru ibu-ibu itu sam
Aina berge
, biar Mbak Tum cepat sadar. M
gat apa yang dikatakan Mbak Tum barusan. Kenapa dia bilang bahwa kami akan segera bertemu? Aku se
mang bereaksi dengan bacaan ayat-ayat ruqyah dikumpulkan oleh Ust
ng dengan t
mana
jawabku
irik kepadaku dan ada juga yang berbisik-bisik. Aku m
enali. Wanita yang pingsan dan Mbak Tum. Hatiku mencelos, ketika tiba-tiba Mbak Tum men
khwat segera ambil al Quran, jangan be
a sama seperti tadi. Ada yang pingsan, dan ada yang berteriak-teriak. Hanya satu yang diam tak bereaksi
h pada jin itu. Minta perlindungan
ut aku segera mengangguk.
uling-guling, pingsan, tapi lama kelamaan menjar berikutnya. Tapi pasien satu itu beda. Dia hanya memandang Ustadz Irfan bosan, ses
rapi ruqyah berikutnya. Tapi Mbak Tum tidak mau pergi. Dia tetap duduk d
ulang, Bu,"
nggelengkan
ru Mbak Tum den
a, Bu?" ta
Saras!" teriaknya sam
ulai bermunculan di dahiku. Aku merasa seperti pencuri ya