aki itu menjadi senjata ampuh agar dia tetap menurut. Lagipula Deron juga berjan
ilakukan Deron padanya saat ini benar-benar salah. Logikanya m
gh! DER
em
uat gigitnya!
Namun, ia tidak berhenti memainkan benda kenyal di dalam mulut dengan li
gan bibir terbuka. Gadis itu mengeluarkan suara merdu bag
u kali ini Deron bertingkah seperti pria-pria hidung belang yang selalu mer
r-benar pertemanan normal pada umumnya. Akan tet
n turun ke perut bawahnya. Terlebih saat berhent
...," lirihnya dengan kedua tangan meremas pundak Deron. "Kita sama-sama
marinya terus menggesek benda sensitif milik sang sahabat. Sengaja m
idahnya yang menari-nari di bagian punc
da perasaan aneh menggerayangi dirinya. Lil
a untuk berhenti. Terlebih lagi seolah-olah ada sesuatu yang
ak sambil mencakar-cakar punggung Deron. "STOP, DE
a tubuhnya mendadak berhenti akibat ter
ng sudah basah. Bahkan bulir keringat terlihat jel
n menempatkan diri di samping kanan Lily dan membawa masuk tu
uma boleh disentuh suamiku kelak! Walaupun
or
lang maaf, ak
apa? Ini udah
ggung kamu biar gak lanjut! Kamu mala
mudian menyahut, "Apa kamu mau balas dendam? Mau main
Sialan k
uat. Ia membalikkan tubuh Lily agar tak membelakanginya. Tak disangka, p
u," bisik Deron sembari menurunkan kepala. Ia
k tanda cinta di dada Lily. Dengan rakus ia melahap puncak yang kenyal itu bergan
rkan Deron memainkan asetnya seperti bayi kel
Tidur miring dengan posisi tidak berubah se
ngun dan hendak mendekati kopernya. Namun, melihat ada kartu
a Deron lupa bawa?" gumam Lil
n ganti. Perutnya sudah keroncongan, itu tandanya d
ya pintu kamar terbuka. Sosok Deron masuk dan membawakan
perutmu udah berisik. Itu, kartu debit kamu yang pegang. Sem
rluan
jawab Deron sambil menaruh mangkuk putih dan gelas ke atas meja samping tempat ti
ri Bella dan bawa Bel
, ja
sih,
kamu harus nurut s
lum sempat Deron menjawab, Lily menggeleng. "Aku
Deron maju ke arah Lily yang berdiri dan menatapnya penuh selidi
jantung Lily menggila. Dadanya berdebar-debar, entah
gan lelaki itu juga mengusap-usap kepalanya
ke lantai. Ia terduduk karena kakinya mendadak lemas. Me
h kayak suami idaman!" Menepuk-nepuk pipi kanan dan kirinya bersam
ar kecil. Tangannya pun cepat-cepat menggosok
Begitu motor besarnya terparkir rapir, helm
untuk menata meja. Ketika sepasang matanya memeriksa segala isi kafe, ta
nggol lengan Ivan. Sepasang matanya m
Itu cewek tadi nya
h?
bilang namanya Tia
m-nya di meja bar. Dengan langkah cepat i
t itu bangkit dan mengucek-ucek kedua matanya. "A
n kamu
ma kamu mau kita c