pa cinta itu menatapku dengan kedua mata yang sembab. Waja
lancang," ujarnya lirih sem
rap banyak da
nya hanya satu hal, tidak ada cinta. Ya, berbeda dengan pasangan suami istri lain, aku dan Azizah menikah karena Almarhum Ibu. Ibu sangat ingin melihatku menik
ila. Lima belas hari lamanya aku mengurung diri di kamar Ibu. Aku hanya makan makanan yang diberikan Azizah setiap har
siap memperkenalkan Azizah. Aku bilang, aku saja yang datang ke rumahnya karena juga ingin ke
ki aku sudah menjadi mahromnya. Hal itu ia lakukan sebab aku belum siap menjal
, aku memiliki pendirian teguh dan tidak mudah dekat dengan sembarang orang. Almarhumah
*
nya Maulana Syarif. Teman sekol
ntahlah, aku pun sampai sekarang belum terim
ku kenal. Malik ya
Ayah meninggal pun, aku masih bisa tertawa setelah beberapa hari, tapi sekarang, aku mengurung diri 15 hari, ba
k. Tidak seharusnya
membawa dua cangkir minuman. Aku sempat dibuat he
kembali dan hilang dari pandangan, aku masih saja meng
tanyaku saat Lan
zkia. A
pan kamu punya
ku. Dulu, dia ikut ibunya, tapi sejak i
Namun, aku tak pernah mendengar dia
di rumah Lana, aku tak sengaja melihat Azkia duduk di ruang
ai jilbab, tapi tak ada garis kontras berbeda warna di wajah mulus it
ja, melihat dia tanpa jilbab, ja
terburu-buru menutup kepala dengan
kecil berada di dekat dapur
at gadis dan langsung tertarik, tapi a
kur. Untung saja, aku tadi menyempatkan diri mencukur rambut, kumis, dan jengg
h Kiara? Terus gimana dengan
aku kuat kalau harus melihat rumah
ya dan tak sempat menyelamatkan diri. Begitu juga dengan kedua orang tuanya yang mengalami l
mengusap lenganku. Aku ingin bercerita mengenai Azizah, tapi entah kenapa aku menjadi ragu apalagi set
lau berkenan, kamu bisa datang," pinta Azkia padaku. Tatapan mat
an mengucap, "Insya Allah." Senyum manis pun teru
caranya terdengar menggoda dengan lirikan da
a menangkap signal-signal cinta dari wajahku karena memang, rasa itu mu
ue, makanya Mama inisia
dengan sang Ibu. Meski mereka tidak lahir dari rahim ya
depanku. Apa mungkin dia berharap
aku di luar. Rasanya, tak enak juga karena aku hany
kalau suntuk di rumah," ujar La
amu gak balik lagi
usan aku di sana
adap Azizah, tapi tanggung jawab sebagai suami tidak mudah aku lalaikan begitu saja. Tetap, a
Sebelum pulang, aku menyempatkan membeli makanan di pinggir ja
u nggak suka, kamu taruh aja di dalam kulkas. Biar kumakan besok
. Oh, ya. Kamu cukur rambut ke l
adan dan sonta
a bisa sedekat itu? Tolong, hormati aku sebag
Mas. M
akrab dengan
mbung