a sebuah bangku kayu yang di kelilingi oleh pohon-pohon bonsai, bagi ku
" tanya Vita. Dia terlihat
menuruti aku,"
udnya
n kita melakukan seperti yang orang
kembali menciumi bibirnya. Aku sengaja membuatnya supaya terangsang lebih dulu. Hingga perlaha
aah
ntanan ku sudah berdiri tegak dan keras. Aku menghentikan ciumanku. Da
ihhh kamu
jantanan ku yang sudah sangat keras. Awalnya dia menolak dan tidak mau menuruti keinginan ku. Namun setela
n kamu memuaskan aku," ucap
amun aku bantu dia supaya mengocok batang kejantanan ku. Sentuhan itu membuatku mer
n baik. Dia mulai tersenyum ketika melihat ekspresi ku yang sang
g, ini enak banget,
semakin cepat mengocok batang kejantanan ku, hal itu membuat aku semakin keenakan. Tanganku pun tidak diam
hh, Sa
ng. Karena gerakan tangan kekasihku yang cepat mengocok batang kejantanan
agi, Sayang. Ah
awabnya dan memep
utih kental menyembur dari batang kejantanan ku yang mengenai tanganya. Aku memejamkan mat
ahhh
ja cairan itu mengenai celana dan baju yang dikenakan oleh Vita. Terlihat Vita yang meng
n badan, karena dia ketakutan jika harus melakukan hal itu di luar pernikahan. Aku pun menyadariny
yuk, nih udah malem
yuk," jawab
anya tidak menaruh curiga terhadap ku yang membawa pulang Vita malam. Beruntungnya se
*
di garasi, itu tandanya ayahku ada di dalam rumah. Setelah menaruh motor k
rga. Aku segera menghampirinya. Ayahku sedikit kaget karena aku p
lem, Rey? Abis dari man
u, biasa lah ngajak makan sam
kamu dari tadi. Ada y
satu sisi aku takut jika mbak Eni menceritakan tentang a
apa, Pah?" t
unyai jawaban? Ya tentang calon istri papah itu. Apa kamu set
ayah ku akan menanyakan hal-hal yang aneh. Aku
rut lu tante Aina dan tante
ey. Papah sene
nceritakan bahwa kedua perempuan itu memang baik dan bisa menjadi ibu yang baik untuk ku. Tapi dalam fikiran aku saat it
oses pernikahan, Rey. Ya supaya kamu cepat-cepat punya mama
ngen ada yang ngertiin, Pah. Kalo ada mamah kan enak,
ka berdua jadi ibu kamu. Kamu anggap aja dia ibu k
ga ngerti kok," ucap
ngkan pernikahannya dua hari lagi. Saat itu aku hanya mengiyakan saja, karena memang aku juga ing
itu aku senang, aku sudah tidak sabar tinggal bersama tante Aina dan tante Aini. Karena aku paham, ayahku selalu sibu
ayal tentang kedua perempuan itu sejak pertama melihatnya. Dalam fikiran ku masih tergambar jelas betapa moleknya tubuh tante Aina da
ananku pun langsung berdiri. Aku menggelengkan kepalaku, bena
na dan tante Aini. Toh mereka cuma ibu tiri. Lagian suruh siap
*