mi sedang sarapan pagi. Seperti biasa aku memasak n
yakan soal uang kepadaku. Padahal itu adalah hal yang sudah bia
paruh waktu sebagai penjaga toko kue. Pagi dan siang aku kuliah. Ibu sebenarnya tidak memperbolehkan aku untuk kuliah, katanya buang-buang waktu dan uang saja. Unt
ur dan lauk setiap tiga hari sekali. Terkadang aku atau Fina yang pergi ke pasar tradisional karena di sana harganya lebih terjangkau. Aku juga member
aku juga harus membiayai sekolah Fina. Dia bersekolah di sebuah SMA Negeri di kotaku, sehingga biaya sekolahnya tak terlalu memberatkanku. Untungnya Fina
Bu?" tanyaku d
Namun kali ini aku tak boleh percaya begitu saja karena hampir separuh tabungan telah terkuras. Sungguh menyedihkan memang, padaha
dewasa. Ibu gunakan untuk apa uang itu ya
ak biasanya beliau menjawab pertanyaa
sak maupun beres-beres rumah. Bukan aku menjadikan Ibuku pembantu gratisan, ya. Bukan, bukan sama sekali!
Cika. Jadi Cika harus pintar-pintar mengatur uang untuk keperluan kita bertiga," sahutku den
aa
embuat jantungku hampir copot. Kulirik
eluarkan uang berapa pun untuk keperluanmu dan Fina. Sekarang Ibu yang minta uang malah kamu
apa sekarang Ibuku berubah? Tidak seperti Ibu yang perangainya yang kukenal biasanya. Serasa
atiku masih setengah ikhlas karena aku tidak tahu uangku untuk apa. Akhirnya aku membuka dompet yan
atasanku tadi malam karena aku lembur dan baru pulang jam dua pagi. Bahkan tadi malam aku tertidur jam ti
ang tersebut dari tanganku. Merebutnya dengan p
nurut sama orangtua," jawab Ibu sambi
diberi uang saku oleh kedua orangtuanya. Berbeda sekali dengan kami. Bahkan Fina pernah bilang padaku, ia tak ingin lanju
dah gerah aja," ujar Ibu sambil megipaskan ta
yambar tas kuliahku. Begitu juga dengan Fina. Adikku itu juga la
penasaran siapa yang menelepon pagi-pagi begini. Rupanya telepon dari aplikasi Whatsapp. Mataku terbelala
Angkat, tidak ya,' su
ut. Si penelepon juga tidak menelepon ulang. Penasaran, aku
n! Biasanya kan Ibu juga mandinya lama. Entah apa yang dilakukan beliau di kamar mandi. Sedangk
elnya. Aku coba dengan tanggal, bulan, dan tahun lahir Ibu, hasilnya nihil. Aku berpikir keras, apa ini k
asiln
pat aku membuka aplikasi Whatsapp dan mencari percaka
membaca chat-chat kotor dan vulgar ala orang dewasa dan juga beberapa resi
senonoh, yang isinya si pria itu tak memakai sehelai benang pu
ku sedang mengalami puber kedua? Kenapa Ibu sampai rela mem