kat rumahku. Ya aku sebenarnya Sarjana Ekonomi murni jurusan Akuntansi. Memang aku bukan lulusan sarjana Pendidikan Ekonomi yang memiliki kemampuan mengajar. Tetapi karena sekolah tersebut kekuran
ua tahun kemudian bang Ardan melamarku. Pertemuanku dengan bang Ardan ketika aku mengurus urusan gaji Guru dan Tenaga Pendidik honerer di Dinas Pendidikan dan
a nongki pun sudah membuatku senang. Sedangkan aku hanya berasal dari keluarga sederhana, memang aku anak tunggal. Ayahku sudah meninggal ketika aku masih SD. Selama ini ibuku menghidupiku dari berjualan sayur keliling. Tetapi karena usia beliau sudah setengah baya. Jadi beliau membuka kios sayur di depan rumah kami. Hidup yang se
psi sederhana. Hanya mengundang kerabat dan teman-teman terdekat. Kami berpikir lebih baik uangnya
ihi dia. Saat kuminta sedikit saja untuk nafkah, eh dia malah marah-marah. Okelah selama ini aku diam dan mengalah. Hingga teman-teman dekatku yang tahu mengatai aku bodoh. Tapi aku bukanlah wanita bodoh seperti yang mereka kira. Diam-diam selama ini aku sudah menabung semenjak
n merenungi nasibku yang seperti istri ala sinetron ikan terbang. Oh tidak, aku t
tunya," teriak bang A
pa gak sekalian aja tidur di
dur di dalam mobil. Kayak kamu
a lupa rumah dan lupa udah pun
. Aku mau tidur. Males r
Sudah sana. Kamu kira aku ngga
ar mandi sekaligus toilet. Daripada aku tidak bisa tidur nyenyak karena eneg melihat mukanya. Entahlah semenjak dia tidak mau membantu bayar utang, setiap hari rumah tanggaku isinya perang-perang terus. Untung belum ada momongan. Seandainya sudah punya anak,
*
an pag
Kamu pikir aku bisa apa makan kayak gini," teri
yang menyuruh ngambil utang. Ya kamu harus terim
hari makan ginian,
Lagian kamu juga yang maks
bil dek. Ya udah kalau gini terus aku lebih ba
apa sekarang hah? Mau diomeli bos kamu
kurang lima belas menit." Seru
an lauk tahu tempe dengan kecap. E
aku nggak makan di rumah. Aku le
mu bang," ja
akan kami. Kalau dia mau mengadukan aku, si