di kursi miliknya. Tangan kiri masuk ke dalam saku celana, sementara
n, duduk di hadapan Chandra dengan ekspresi sanga
emalam. Saling meraba dan memuji tubuh masing-masing. Meski tanpa menyebu
i di sekolah, ia seharusnya bersikap profesional. Chandra menenangkan diri dan menormalkan ekspresinya. "Bisa kamu jelas
yum tipis. "Bapa
kata-kata. Apalagi dalam ruangan ini, ada beberapa guru lain. Ia ju
n menatap intens pada Mishall
kolah!" bisik Chandra sembari menekan setiap kat
n Bapak butuh j
etapi tetap menampilkan kesan no
aru saja berbalik, ia menoleh lagi pada Chan
k dengan gelisah di tempatnya, tidak bisa membayangkan jika istriny
bisik-bisik siswi lainnya mengenai kekayaan Mishall. Mereka iri dengan Mishall karena terlahir dari keluarga kaya sehingga semua kebutuhannya bisa terpe
kerja hanya untuk memenuhi gaya hidupnya yang glamor, sement
menonton pertandingan basket. Bersama dua gadis lain, Mishall tampak bangga memamerkan ponsel bermer
a. Ia memberi sinyal dengan menggoyang lengan Mishall agar menoleh ke belakang. Berbanding terbalik de
dian berhasil mengubah ekspresi wajah gadis itu. Mishall menatap tajam Chandra, sementara pria itu
mu kaya, ya? Kamu nggak perlu kerj
andra sok tahu
. Sekarang, setidaknya ia bisa tenang karena yak
ukkan kedua tangannya dalam
ng sekolah untuk mencari-cari keberadaan Mishall. B*dohnya karena ia tidak mengatakan temp
tetapi ia merasa harus benar-benar membersihkan kasusnya sem
dengan kedua kaki terangkat ke atas meja dan tangan memegang po
kata Mishall. "Mau
andra mengepal
gak tertarik sa
rik." Ia kemudian meletakkan ponselnya di
an semalam. Bahkan, kalau perlu, kamu lupain yang semalam. Saya juga a
di depan dada, sengaja menopang kedua bulatannya agar tampak menonjol. Se
bajunya. Chandra membuang pandangan, merasa jijik dengan gadis itu. Padahal m
rlu tahu, jangan sampai kejadian sem
cuman layanain nafsunya Bapak. Kalau udah selesai, ya tinggal bayar s
ucap Chandra tegas. Kemud
engeluarkan motornya, dan berg
kat kerja, Chandra belum pernah bertemu istrinya, Sh
. Chandra bersyukur karena istrinya sudah lebih baik hari ini.
sakin?" tanya Shila. Ia menuntun Chandra menuju sofa. La
an tanpa pakaian dengan mata setengah terbuka. Lalu, sebuah tangan dengan cat kuku merah menyala meraba hidung mancungnya, turun ke leher. Sepasang bibir merah terl
ke belakang. Tidak bisa berpikir, Chandra digerakkan oleh tubuhn
at nyaring hingga seluruh urat lehernya menonj
aku bisa jelasin
h Chandra, tetapi berhasil pria itu hindari. Setelah sekian lama meni
ot di lantai dengan kedua kaki tertekuk. Ia ses
itu sal
NCUL LAGI, AKU AKAN B*UNUH K
nting pintu, matanya dipenuhi amarah yang kentara. Tangannya mengepal kuat hingga urat-urat di punggung tangannya