/0/9842/coverbig.jpg?v=9a6e554bcaa7a45079ce24a6f2a592d4)
Sepasang suami-istri Ardian dan Mira mereka hidup bahagia Mira seorang wartawati berita kriminal sedangkan Ardian seorang polisi muda dan berbakat tiba tiba kebahagiaan mereka terenggut ketika Mira mendapatkan tugas dari atasan untuk meliput kasus yang paling heboh saat itu, kasus Pembunuhan Berantai yang juga ditangani oleh suaminya Ardian Betapa hancurnya hati Ardian saat menemukan istrinya tewas dengan kondisi yang mengenaskan didepan jenazah istrinya dan ayah mertuanya Ardian berjanji akan mengusut tuntas kasus istrinya dan menangkap pelakunya sendiri dengan tangannya sendiri.
Siang hari ini sangat terik, Mira baru saja pulang dari liputan khusus perampokan di perumahan dekat kantornya. Sekarang dirinya sedang markirkan motorya digarasi kantor, setelah selalu melakukan kegiatan itu dirinya bergegas masuk ke dalam ruang kerjanya.
Di ruang kerjanya cukup panas, lantas Mira menyalakan AC karena peluh sudah membanjiri pelipisnya. Setelah itu ia bergegas menuju pentri kantor mengambil secangkir kopi dan menyapa para OB disana. Ada beberapa OB yang ikut menyapa dirinya, karena dirinya dikenal baik oleh beberapa orang yang ada di sini.
"Ah mba Mira saya kira mba ga datang hari ini" ujar Ujo.
Sambil tersenyum Mira menjawab, "Saya pagi pagi sudah ditugaskan oleh bos untuk liputan emang ada apa?" tanya Mira di akhir.
"Biasa mba pala botak heboh mba nyariin mba satu satu ruangan dimasukin sambil teriak teriak Mira...Mira dimana kamu?" Ujo Sambil manyun bercerita kepada Mira.
Mira tertawa. "Lupa rupanya nyuruh tuan putrinya ini sedang liputan diluar pagi pagi, dasar bandot tua," sahutnya pelan dan dengan candaan di akhir.
Mira pun bergegas ke ruang kerjanya sambil membawa kopi ditangannya. Karena dirinya juga harus bekerja, jika bersantai-santai maka pekerjaannya akan menumpuk.
Menumpuk.
"Mbak, hati ati. Pala botak menghadang," teriak Ujo kepada Mira.
Sambil tertawa kecil mira pun mengacung kan jempol kebelakang pada Ujo. Mira kembali berjalan menjauh dari Ujo dan para Ob yang lain. Sampai akhirnya dirinya sudah berada di depan ruang kerjanya, dengan begitu dirinya langsung masuk. Ternyata setelah sampai di dalam ruangan, dirinya dikejutkan dengan keberadaan Pak Hendro sudah berada diruangannta sambil tersenyum lebar.
"Selamat siang bapak ku tersayang, kenapa sih pak udah heboh nyari tuan putri yang cantik ini kan saya lagi liputan diluar bapak," ujwe Mira dengan sedikit menyombongkan diri.
"Oh ya, saya lupa kamu liputan diluar pagi pagi tadi," balas Pak Hendro.
"Kalo mau nyuruh liputan kan ada yang lain pak," sahut Mira.
"Tidak, tidak saya mau kamu liputan pagi besok, Mir," suruh Pak Hendro.
"Oh baiklah, bapak ku tersayang. Besok dimana saya harus meliput?" tanya Mira.
"Dikantor polisi, cantik," jawab Pak Hendro dengan nada genit di akhir.
"Hah? Apa pak? Dikantor polisi? Ga salah kan bapak bicara?" tanya Mira. Tatapannya tak percaya, berharap apa yang dirinya dengar hanya lelucon saja.
Pantas pak Hendro menggeleng kan kepala sebagai jawaban.
"Kenapa harus saya? Ada Rendi, ada Jono. Bapak suruh saja salah satu dari mereka kesana," sahut Mira tak terima.
"Saya terlalu istimewa buat ke sana pak,
Bapak nyuruh saya ngeliput penangkapan maling, rampok atau pelaku pembunuhan?" lanjut Mira.
"Kalo karena itu kenapa saya suruh kamu, pasti saya langsung suruh Jono. Tidak bukan itu, justru kamu istimewa dan saya meminta kamu yang kesana. Ada berita besar disana," sahut Pak Hendro.
"What? Qpa pak? Saya? Oh my God bapak," ucap Mira sembari menepuk kepalanya sendiri.
Rendy pun bergegas masuk keruangan Mira setelah mendapatkan pesan bahwa Pak Hendro menyuruh dirinya datang ke sini. Tentu saja ia langsung datang, mana mungkin ia tak mau menuruti apa kata bosnya sendiri. Tapi di dalam ia terkejut ketika melihat ada Pak Hendro juga berada di ruangan Mira. Sebenarnya apa yang terjadi? Membuat dirinya cemas saja.
"Rendy, besok kamu temani Mira ke kantor polisi," ucap Pak Hendro setelah mengetahui keberadaan Rendy di sini.
"Iya pak, besok saya nemenin Mira pagi-pagi ke kantor polisi ya," jawab Rendy.
"Oh iya, Mba Mira kenapa pagi pagi kekantor polisi? Apa yang hilang mba?" tanya Rendy kepada Mira. Sedikit berbisik tapi masih dapat di dengar oleh Pak Hendro.
Mira pun memberi isyarat kepada Rendy agar menurut saja, Rendy yang mendapatkan tatapan maut dari Mira langsung menganggukkan kepalanya pertanda paham. Rupanya salah ia bertanya seperti itu, ia pun jadi gerogi mendapatkan tatapan dari Mira.
"Ba–baik pak, besok saya temenin mba Mira kesana," ujar Rendy dengan sedikit terbata-bata.
"Oke, saya tinggal dulu. Kalian berdua rembukan mau bagaimana berangkatnya, kalau saya sih terserah sama kalian," ucap Pak Hendro lalu melangkah pergi dari sini.
Tersisa Rendy dan Mira saja, mereka merencanakan keberangkatan besok. Supaya tidak telat, beberapa kali Mira memberikan peringatan kepada Rendy agar dia datang tepat waktu. Tentu saja jika telat Pak Hendro akan marah besar. Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?
Keesokan paginya Mira dan Rendy berangkat ke mabes polri, ternyata disana ada pelantikan pejabat polri. Seperti biasa, Mira dengan lincah menuju tempat pelantikan. Sedangkan Rendy yang tubuhnya gemulai seperti perempuan berjalan seperti putri sambil memanggil Mira. Pemandangan seperti ini memang sering kali terjadi.
"Mba, mba Mira, tungguin! Jalan cepat amat sih mba?!" ucap Rendy yang sedikit kesal dengan Mira.
Sambil berhenti sejenak Mira mengatakan, "Makannya, buruan jalannya! Kita ketinggalan berita kalo gini caranya!"
Sambil menyeret Rendy menuju ruang liputan, Mira dan Rendy pun liputan khusus tempat itu dan akhirnya selesai lalu kembali kekantor. Ketika Mira dan Rendy kembali kekantor pak Hendro sudah berada diruang kerjanya Mira menyambut Mira, Mira setengah kaget saat melihat pak Hendro sudah duduk diruang kerjanya.
"Sudah lama pak diruangan saya?" tanya Mira.
"Tidak 5 menit yang lalu saya sudah disini. Bagus Mira, kau melaksanakan tugas dengan baik," ucap Pak Hendro sembari menepuk pundak dan tersenyum pada Mira.
Mira pun heran melihat sikap pak Hendro hari itu yang tidak biasa nya, setelah pekerjaan selesai Mira pun kembali pulang kerumahnya. Dirumah dia disambut bapak dan keponakan masih 3 tahun, kakaknya menjadi TKW di Singapura sejak bercerai dengan suaminya 2 tahun yang lalu demi mencukupi kebutuhan anak semata wayangnya.
Sedangkan Mira anak ke 3 dari 3 bersaudara, kakaknya yang pertama seorang tentara 4 tahun yang lalu tewas ketika menjalankan tugasnya di Papua sedangkan ibunya meninggal dunia 1 tahun karena stroke. Kini tumpuan ayahnya hanya Mira dan kakaknya no 2 bernama Rasmi, saat ini Mira tinggal bersama ayahnya dan keponakannya.
Menjadi wartawati adalah cita citanya Mira dari sejak dia duduk dibangku SD. Kecintaan dia terhadap dunia jurnalistik mengantarkan dia menjadi wartawati yang cerdik dan selalu dipercaya dan dibanggakan oleh para Leadernya dikantor. Entah mengapa setiap Mira meliput sendiri beritanya selalu menjadi pusat perhatian masyarakat.
Mira tinggal dengan ayahnya yang lumpuh dan beliau hanya bisa duduk di kursi roda akibat kecelakaan mobil saat pulang kerja 2 tahun yang lalu. Kakinya diamputasi sehingga sang ayah tak bisa berjalan dan bergantung pada orang lain, dan dengan keponakan yang berumur 3 tahun sedikit keterbelakangan mental karena sewaktu ibunya mengandung sempat mendapat perlakuan yang tak baik dari suaminya perut sang kakak ditendang sampai tersungkur saat itu suaminya dalam keadaan mabuk berat.
Hingga menyebabkan sang kakak terpaksa dibawa kerumah sakit dan dipaksa untuk melahirkan agar anak yang dikandung bisa selamat dan ibunya, sedangkan sang kakak ipar ntah dimana keberadaannya sampai saat ini. Mungkin karena kecewa dan malu terhadap orang tuanya karena suami yang dia banggakan adalah orang yang suka mabuk, judi dan suka main perempuan.
Rasmi akhirnya merantau ke negeri orang di Singapura menjadi ART atau Assisten Rumah Tangga dan anak semata wayangnya dititipkan oleh orang tua dan adiknya Mira. Kejadian sang kakak membuat Mira trauma menjalin hubungan dengan laki laki takut kejadian kakak terulang lagi pada dirinya, itu sebabnya Mira sampai hari ini dia masih sendiri. Dia lebih memilih karirnya walaupun orang tua kadang menjodohkan dengan pilihan mereka tapi Mira tetap menolak.
Seperti sekarang ini, ayah Mira memperkenalkan Mira pada seorang lelaki tajir dan tampan. Begitu Mira dipertemukan dengan dia, laki-laki itu sebut saja Rey. Ayahnya mengajak Mira kesebuah pesta dirumah Rey, disana Mira bertemu dengan orang tua Rey. Orang tua Rey menyukai Mira, Mira pun asyik dengan obrolan sang calon mertua. Namun, apa yang terjadi ketika Mira bertemu dengan Rey betapa terkejutnya. Ternyata Mira pernah diusir oleh satpam kantor Rey saat melakukan liputan khusus dikantor beberapa waktu yang lalu.
"Ba–bapak disini?" tanya Mira sedikit terbata-bata.
"Eh kamu, ngapain disini? Belum puas kamu ngobrak ngabrik kantor saya dengan beritamu yang menjijikan itu? Pergi kamu dari sini!" usir si Rey.
"Ini rumah saya! Saya berhak mengusir siapa pun yang mengganggu saya dan keluarga saya!" lanjut Rey dengan mata elangnya yang siap memghunus kapan saja.
Semua mata para tamu dirumah itu tertuju pada anak tuan rumah pesta itu dan Mira. Dengan tergopoh-gopoh papa Rey menghampiri Rey dan dengan penuh emosi papanya Rey menapar pipi Rey. Suasana begitu hening, semuanya fokus menatap ayah dan anak itu.
Plak
Tamparan mendarat di pipi mulus milik Rey, tentu saja dia dapatkan dari papanya yang sekarang menatap dirinya dengan tatapan mematikan.
"Apa-apaan kamu ini Rey? Berani sekali kamu usir tamu mama sama papa?"
Mama Rey berusaha membantu Mira yang habis dipukul oleh Rey dan menjauhkan Mira dari Rey. Tapi Rey memang sempat memukul Mira hingga Mira jatuh, tentu saja semua orang terkejut dengan kejadian ini.
"Papa dan ayah Mira berusaha menjodohkan kamu dengan Mira!" ujar Papa Rey.
"Tapi perempuan itu menghancurkan bisnisku, pa?" sahut Rey tak terima.
"Mulai hari ini juga papa berhentikan kamu dari pemilik perusahaan! Papa anggap kamu ga becus ngurus perusahaan! Dan kamu keluar dari rumah ini papa tidak kasih sepeserpun dari warisan papa dan mama! Soal perusahaan Wendi yang akan menggantikan posisi kamu!" Keputusan mendadak yang Rey dapatkan. Ini berita yang sangat buruk.
"Tapi pa-" belum juga Rey melanjutkan ucapannya.
"Tidak ada tapi tapian! Cepat keluar dari sini
Atau ... Wendi," potong papa Rey cepat.
"I–iya pa panggilkan satpam komplek katakan sama mereka ada perusuh disini!"
"Ba–baik pa."
Rey pun pergi, tapi terlebih dahulu dirinya berhenti di samping Mira.
"Lihat saja, nanti aku akan melakukan perhitungan denganmu perempuan licik!" ancam Rey sambil mengacungkan jari telunjuknya kepada Mira.
Setelah mengancam Mira Rey pun pergi dari pesta itu setelah kepergian Rey Mira bersimpuh didepan kedua orangtua Rey meminta maaf atas kekacauan dan merusak pesta hari itu. Ibu Rey sambil membantu Mira berdiri.
"Sudahlah nak Mira, ini bukan kesalahanmu ini semua salah tante dan om yang terlalu memanjakan Rey. Om dan tante yakin kamu hanya menjalankan tugasmu saja."
"Iya, Mir," timpal papanya Rey.
"Om terlalu percaya dengan Rey, ternyata dia bukan lah pemimpin perusahaan yang baik dia egois menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan sendiri. Om kira memperkenalkan kamu dengan Rey solusi terbaik untuk merubah sikap Rey yang arogan dan cenderung egois tapi malah justru sebaliknya," ujar Papa nya Rey.
"Terimakasih Mir atas kamu telah mengungkap apa yang terjadi di perusahaan om kalo kamu tidak mengungkap berita itu ntah apa yang terjadi pada perusahaan om dikemudian hari. Pak Dendy saya harap persahabatan ini tetap terjalin baik walaupun kita batal menjadi besan," lanjut Papa Rey.
Dengan senyum yang mengembang ayah Mira menggangguk kepala tanda setuju, Semua larut dalam pesta malam itu hingga pesta pun akhirnya selesai. Mira dan ayahnya pamit pada sahabatnya pak Irwan dan istrinya sang sahabat menawarkan kepada Mira dan ayahnya untuk diantar pulang dengan sopir.
"Yah, kok ga bilang sih kita ketempat om Irwan? Mira kan bisa siap siap apa gitu kek," ucap Mira sambil pasang muka cemberut kepada ayahnya.
"Mau siap siap apa mir?" tanya ayahnya.
"Siap siap kabur," jawab Mira asal.
"Kalo ayah bilang ke kamu sebelumnya sepertinya udah kabur itu," balas ayah Mira.
"Ah ... ayah." Dengan nada manja Mira mengadu.
"Tapi Mira ga mau dijodohkan sama Rey yah," lanjut Mira.
"Kalo ga mau dijodohin cepetan gih kasih ayah mantu mir," balas ayah Mira dengan nada sangat santai.
"Biar ayah dapat cucu lagi biar rame itu rumah ayah," lanjutnya.
"Ah ayah, mulai deh ayah," sahut Mira.
Ayahnya pun tertawa kecil melihat ulah anak bungsunya itu. Etelah sampai di rumah Mira dan ayahnya mengucapkan terimakasih pada pak sopir yang mengantarkan dan menyampaikan salam pada keluarga sahabatnya itu. Mira dan ayah masuk rumah, Mira pun membantu ayahnya untuk membersihkan badan serta membantu mengenakan pakaian ketika selesai membatu ayahnya Mira pun segera membersihkan badan dan pergi tidur bersama keponakan yang masih balita.
Sepasang suami-istri Ardian dan Mira mereka hidup bahagia Mira seorang wartawati berita kriminal sedangkan Ardian seorang polisi muda dan berbakat tiba tiba kebahagiaan mereka terenggut ketika Mira mendapatkan tugas dari atasan untuk meliput kasus yang paling heboh saat itu, kasus Pembunuhan Berantai yang juga ditangani oleh suaminya Ardian Betapa hancurnya hati Ardian saat menemukan istrinya tewas dengan kondisi yang mengenaskan didepan jenazah istrinya dan ayah mertuanya Ardian berjanji akan mengusut tuntas kasus istrinya dan menangkap pelakunya sendiri dengan tangannya sendiri.
Beberapa kisah sang pendaki gunung yang mengalami kejadian mistis saat mendaki gunung
Legenda Pesugihan dari laut selatan pulau Jawa yang selama ini dianggap dongeng sebelum tidur oleh sebagian orang. Nyi ratu “Blorong“, sosok siluman ratu ular sebagai simbol kekayaan, sejauh ini sang ratu hanya dianggap mitos yang sangat kental dengan dunia mistis. Faktanya ia ada dengan jati dirinya yang tak kasat mata dan tetap setia sampai detik ini dengan para sekutunya. Inilah kenyataan yang ada dan tak disadari sepenuhnya oleh manusia di kehidupan masyarakat milenial.
Pada Tahun 1985 Terjadi pembuahan berantai seorang detektif bernama Fendi mencoba menangkap pelaku Pembunuh berantai namun ditengah pengejaran mengikuti arah kemana pelaku pergi sehingga dia melewati sebuah lorong tanpa disadari ketika kehilangan arah Fendi dipukul dari arah belakang oleh Sang pelaku jatuh tersungkur sehingga Fendi pingsan ketika bangun dengan sempoyongan Fendi berjalan menuju keluar lorong dan betapa kagetnya Fendi dia sudah berada di 30 tahun kemudian berhasilkah Fendi menangkap pelaku Pembunuhan dan berhasilkah dia kembali kekeluarganya?
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Cerita rumah tangga dan segala konflik yang terjadi yang akhirnya membuat kerumitan hubungan antara suami dan istri
SESUAI JUDULNYA CERITA INI AKAN SANGAT PANAS DAN BERBAHAYA TIDAK HANYA SEKEDAR ROMAN DEWASA TAPI JUGA MISTERI YANG AKAN MERANGSANG PEMBACA UNTUK TERUS IKUT BERPIKIR MEMECAHKANYA! Berawal dari Geby yang terpaksa menikah dengan Jeremy Loghan seorang billionaire keji yang penuh dendam dan kebencian. Geby yang masih mencintai kakak laki-laki dari Jeremy membuat pria itu hanya ingin semakin membenci istrinya. Jeremy selalu kasar dalam menangani istrinya di atas ranjang. Sampai akhirnya sebuah rahasia besar perlahan-lahan terbongkar dan Jeremy sudah terlajur jatuh cinta pada Geby ketika seharusnya dia jadi wanita yang paling dia benci sebagaiman mestinya. Apa kira-kira yang akan dipilih Jeremy, dendam atau cintanya kepada Geby? Cerita ini akan pemuh kebencian, dendam, dan konspirasi yang licik dari keluarga bangsawan kaya raya! ADA TIGA SEASON YANG KUGABUNG JADI SATU DALAM CERITA INI KARENA ITU BABNYA TERLIHAT PANJANG, COBA BACA DULU DAN KUJAMIN TIDAK AKAN BISA BERHENTI. (seting cerita Yorkshire Inggris sejarah dan budaya akan menyesuaikan)