/0/9674/coverbig.jpg?v=36d0a033bad46988d3fba10515903503)
Adzando Dalwes Siswa SMA yang terkenal di sekolahannya karna ia Badboy sering berkelahi dan juga wajahnya yang super duper tampan. banyak sekali wanita yang tergila-gila dengannya. Tetapi Adzando tidak menghiraukan wanita wanita itu karena menurutnya semua wanita sama saja. Semenjak kejadian masa lalunya Adzando menutup hatinya untuk para wanita. Namun, sejak Adzando bertemu dengan gadis blasteran Amerika-Indonesia itu yang bernama Vania Deltasya siswi baru di sekolahnya Adzando merasa hidupnya berubah sejak kehadiran Vania. karena menurutnya Vania berbeda dengan kebanyakan wanita diluaran sana. Ya, dia berbeda. Hanya seorang Vania yang bisa membuatnya seperti ini. Apakah Adzando jatuh cinta kepada Vania? Lalu bagaimana dengan Vania? Apakah dia juga tertarik dengan Adzando yang terkenal si pembuat onar di sekolah? Bagaimana kelanjutan kisah antara mereka berdua?
Gadis berambut pirang itu melirik kearah jam ditangannya dengan gelisah, karena hari ini adalah hari pertamanya sekolah di Jakarta dan tidak boleh telat. Jika telat bisa-bisa nama baiknya sudah terkenal jelek apalagi dihari pertama seperti sekarang.
"Duhh gimana ini, 10menit lagii gerbang ditutup. macet banget lagii duhh" batin gadis tersebut dengan ekspresi gelisah berada didalam taxi
"Pak?kira-kira macetnya lama gak ya?" tanya gadis tersebut pada sopir taxi yang ia tumpangi.
"Kayaknya sih. Buru-buru ya de? jalan kaki aja lumayan deket kok. Itu di depan ada pertigaan belok kiri lalu lurus terus. Nanti sekolahan nya ada di sebelah kanan ya" beritahu sang sopir taxi kepada gadis tersebut
"Ohh yaudah deh pak saya jalan aja" jawab gadis tersebut dan membayar taxi nya.
Gadis tersebut segera membuka pintu taxi dan lari menuju sekolahnya karena takut terlambat dihari pertamanya.
"Huftttt, untung gak telat" gadis tersebut sambil menghela nafasnya lega, Matanya melirik jam yang melekat dipergelangan tangannya saat sudah tiba didepan gerbang sekolah barunya. Langsung saja ia berjalan memasuki sekolahnya dan menuju ruang kepala sekolah untuk bertanya akan ditempatkan dikelas mana dan sekaligus meminta seragam.
Semua murid disini menatap gadis itu asing. karena gadis itu menggunakan seragam yang berbeda.
Gadis itu bernama Vania Deltasya, siswi baru disini pindahan dari Bandung. Vania adalah orang yang pintar, cantik, baik dan lugu. Vania ialah gadis blasteran Amerika-Indonesia ia harus pindah ke Jakarta dikarenakan ayahnya harus pindah dinas di Jakarta.
Vania bingung mencari dimana keberadaan ruang kepala sekolah disini , karena sekolahannya sangat luas. Langsung saja ia bertanya kepada salah satu murid disini.
"Permisi kak mau tanya, ruang kepala sekolah dimana ya?" tanyanya ramah kepada salah satu murid perempuan disini yang kebetulan lalu lalang.
"Ohiyaa, lo lurus aja terus nanti ketemu UKS di depan terus lo ke kanan. Di situ ruangannya" jawab murid perempuan tersebut.
Vania mengangguk, "Makasih ya kak" jawabnya ramah.
"Gue kira lo gabisa bahasa indonesia." celetuk murid perempuan itu kepada Vania
Vania hanya mengulum senyumnya dengan kikuk. Langsung saja dirinya menuju keruang kepala sekolah, Setibanya didepan ruang kepala sekolah lalu ia ketuk pintu tersebut.
Tok tok tok..
"MASUK" jawab seseorang dari dalam
Vania membuka knop pintu tesebut dan melihat sepertinya kepala sekolahnya sedang berbicara dengan seorang cowok. Vania tidak bisa melihat wajah cowok itu karena membelakanginya. Jika dilihat dari belakang penampilan cowok itu sangat berantakan, Dirinya sudah bisa menyimpulkan bahwa cowok yang sedang berbicara dengan kepala sekolah saat ini ialah bukan cowok baik-baik atau bisa dibilang nakal.
"Tunggu ya, kamu duduk dulu di sebelah sana. Saya masih ada urusan dengan anak satu ini." ujar sang kepala sekolah memberitahu Vania.
"Iya bu" jawab Vania dengan ramah.
Kemudian Vania duduk sesuai yang diperintahkan kepala sekolahnya itu.
"Kamu sudah berapa kali ributttt terus kerjaannya. Ini masih pagi loh. Sudah capek ibu menegur kamu. sekarang kamu ke lapangan dan hormat kepada bendera sampai jam pelajaran habis" perintah kepala sekolah kepada cowok tersebut dan Vania mendengarnya berarti benar tentang penilaiannya tadi bahwa cowok tersebut memang bukan cowok baik-baik.
"Tapi bu--"
"Ehh sudah sana kamuu kelapangan! ibu masih ada urusan dengan anak baru itu" Cela kepala sekolah sambil menunjuk kearah Vania dan cowok tersebut pun menengok kearah gadis yang disebut anak baru itu.
Vania tersenyum ramah kepada cowok tersebut.
Kemudian cowok itu bangun dari posisinya dan berjalan keluar meninggalkan ruang kepala sekolah dengan ekspresi datar tanpa membalas senyuman dari Vania barusan.
Rambut acak-acakan. Baju dikeluarkan. Tidak memakai dasi sekolah. Tidak ada nametag ataupun badge sekolah diseragamnya serta terdapat sedikit lebam diujung bibirnya. Cowok itu sangat terlihat buruk.
"Duduk disini" perintah kepala sekolah sambil menunjuk bangku yang barusan ditempati oleh cowok tadi.
*VANIA POV*
Kemudian aku duduk sesuai yang diperintahkan kepala sekolah ku. kalau tidak salah namanya Bu Endah Ningtyas kata papah semalam memberitahu ku.
"Kamu Vania Deltasya bukan?" tanya Bu Endah
"Iya bu, Saya Vania Deltasya siswi pindahan dari Bandung" jawab ku dengan ramah
"Ohiya, kamu saya tempatkan dikelas 11 IPA 2 ya dan ini seragam kamu" ujar Bu Endah sambil meletakkan beberapa pasang seragam baru khas sekolahan ini diatas meja.
"Nanti kamu langsung keruang guru saja dan mencari Bu Rita. Nanti Bu Rita yang akan mengantarkan kamu keruang kelas 11 IPA2, Dia adalah wali kelas kamu" beritahu Bu Endah lagi.
Aku mengangguk patuh dan mengambil seragam yang dikasih Bu Endah tadi dan segera ke ruang guru untuk mencari Bu Rita.
*AUTHOR POV*
Setelah mencari Bu Rita , Vania langsung keruang kelas 11 IPA 2 bersama Bu Rita. Saat berjalan menuju ruang kelas banyak sekali murid-murid yang berbisik mengenai dirinya saat ini dan ia bisa mendengar itu sangat jelas karena murid-murid itu membicarakannya dengan sangat terang-terangan, Tetapi Vania tidak terlalu memperdulikannya walaupun sedikit agak risih.
"Anak-anak kita kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan dirimu" ujar Bu Rita menyuruh Vania memperkenalkan diri saat sudah tiba diruang kelas 11 IPA 2.
Langsung saja Vania memperkenalkan dirinya dengan singkat dan jelas lalu banyak murid-murid dikelasnya ini malah meledek, yaitu anak laki-laki yang meminta nomor ponsel Vania atau bahkan menggoda Vania dengan kata-kata gombalnya ada juga murid perempuan yang meresponnya dengan baik ada juga yang buruk. Bu Rita segera memberi instruksi agar semuanya harap tenang dan tidak ribut.
"Oke, kamu duduk disana bersama Ana ya" perintah Bu Rita sambil menunjuk kearah siswi yang duduk sendirian dibangku sebelahnya masih kosong.
Vania mengangguk dan langsung berjalan menuju bangku yang ditunjuk bu Rita tadi.
Vania tersenyum ramah kepada siswi disebelahnya. Gadis berkulit putih bersih dengan rambut ikalnya sebahu itu membalas senyum dari Vania barusan.
"Kenalin gue Anaranti. Panggil Ana aja" ujar siswi tersebut mengenalkan namanya sambil mengulurkan tangannya kearah Vania saat Vania sudah duduk.
"Ohiya nama gue Vania Deltasya, panggil aja Vania" ujar Vania memperkenalkan dirinya dan menerima uluran tangan itu.
"Iya gue tau. Tadi lo kan udah perkenalan didepan" jawab Ana
Diangguki oleh Vania dan mereka berdua langsung fokus dengan apa yang sedang dijelaskan oleh Bu Rita didepan.
~~~
TETTTT... Bel berbunyi menandakan sudah waktunya pulang jam pelajaran habis.
"Jangan lupa PR nya dikerjakan ya anak-anak" beritahu guru tersebut untuk mengingatkan.
"Iya buuuu" serentak murid disini menjawab.
"Lo pulang dijemput atau gimana?" tanya Ana sambil membereska alat tulisnya yang berada diatas meja.
"Engga deh kayaknya, naik ojek aja. Kalo lo?" jawab Vania dan bertanya balik kepada Ana.
"Oh, gue ada yang nganter nanti hehe" jawab Ana sambil cengengesan.
"Oh lo ada pacar?sekolah disini juga?" tanya Vania sedikit terkejut
"Iya kelas sebelah"
Vania hanya mengangguk.
"Yaudah gue duluan yaa, Hati-hati" ujar Ana lalu berjalan keluar kelas
"Iya bye" jawab Vania sambil melambaikan tangannya ke Ana.
Setelah itu Vania langsung saja keluar ruangan dan menuju keluar gerbang untuk menunggu ojek.
Pada saat sedang menunggu ojek, Vania mendegar seperti ada suara ribut ribut. lalu Vania mencari dimana asal suara ribut ribut itu. Kemudian Vania menemukan asal suara tersebut dan panik.
"ASTAGA!" Pekik Vania terkejut saat melihat seperti gengster terdiri dari 8 orangan sedang memukuli cowok yang bertemu diruang kepala sekolah tadi. Ya, Vania masih sangat ingat betul wajah cowok yang diruangan kepala sekolah tadi pagi.
Langsung saja Vania meminta bantuan,
"TOLONG TOLONG!! ADA YANG BERANTEM DISINI!!" teriak Vania dengan keras dan memancing para warga disini untuk mendatangi Vania. Kemudian gengster tersebut kabur setelah melihat para warga datang.
"Tolong di bawa kerumah sakit pak!" perintah Vania panik setelah melihat cowok tersebut dengan keadaan yang bisa dibilang buruk karena banyak lebam diwajahnya dan juga darah.
Vania mengigit kukunya sedikit takut setelah apa yang dilihatnya kejadian barusan itu. Sungguh dirinya baru sekali ini melihat kejadian adu tinju secara langsung.
Kemudian para warga langsung membawa cowok tersebut ke rumah sakit terdekat, Vania yang menjadi saksi itu dengan terpaksa ikut mengantarkan cowok itu kerumah sakit.
Vania dan dua warga lainnya mengantarkan cowok itu kerumah sakit terdekat menggunakan taxi.
Sesampainya dirumah sakit dua warga tersebut langsung berpamit pulang karena sudah mengantarkannya sampai dirumah sakit.
"Terimakasih ya pak sudah mengantarkan kesini" ucap Vania kepada dua warga tersebut
"Iya neng sama-sama, kita berdua pamit ya" jawab salah satu warga tersebut.
Diangguki dengan senyuman oleh Vania.
Langsung sana Vania memanggil suster agar membawa cowok itu ke UGD dan Vania mengikutinya.
"Tunggu disini sebentar ya dek" ujar suster tersebut saat Vania sudah sampai didepan ruangan UGD.
"Iya"
Vania menunggu didepan ruang UGD dan kemudian dua suster keluar membawa cowok itu keruang penginapan disini. Vania mengikutinya saja.
"Anda keluarganya?Teman? atau pacarnya?"tanya sang dokter kepada Vania
"Duh jawab apa gue, kenal juga engga sama ni orang" batin Vania
"Emm saya temannya dok" jawab Vania dan diangguki oleh dokter.
"Pasien masih belum sadar, mungkin nanti 1jam lagi akan sadar. jadi harus menginap disini sampai pasien benar benar pulih. mungkin anda bisa menghubungi keluarganya, ini handphone pasien" ujat sang dokter memberitahu kepada Vania sambil memberikan handphone cowok itu.
"iya dok. Terimakasih" balas Vania , kemudian dokter dan suster meninggalkan ruangan tersebut.
"Gue hubungin keluarganya apa engga ya? duh jelasinnya gimana nanti" Vania bertanya pada dirinya sendiri sambil memegang handphone cowok tersebut.
"Nanti deh hubunginnya, gue mau makan dulu kekantin" ucap Vania dan langsung bergegas ke kantin dirumah sakit ini untuk mengisi perutnya yang kosong .
Setelah mengisi perutnya yang kosong Vania langsung kembali lagi keruangan tersebut untuk melihat kondisi cowok itu apakah sudah sadar atau belum.
Ceklek.. suara pintu terbuka
Vania melihat cowok itu masih berbaring ditempat tidurnya dengan mata tertutup.
Kemudian Vania duduk dibangku yang berada disamping tempat tidur cowok tersebut dan menatap wajah cowok itu
"Huftt ni cowok ya. Cepet kek sadar gue pengen pulang. belom mandi nih masih pake seragam SMA" gerutu Vania sedikit kesal.
Kemudian cowok itu perlahan lahan membuka matanya dan melihat ada cewek cantik berkulit putih bersih serta rambut panjangnya yang pirang sedang duduk.
"Dimana ini?" tanya cowok itu kepada Vania sambil mengubah posisinya sedikit
"Lo udah sadar? hmm tadi lo itu dikeroyok gengster terus pingsan. Yaudah deh gue bawa lo kesini" kata Vania
Cowok itu hanya diam tidak merespon seakan sedang mencerna perkataan gadis asing disampingnya.
"Karena lo udah sadar, Gue telfon keluarga lo ya" ujar Vania sambil mencari kontak keluarganya dihandphone cowok tersebut.
"Jangannn, gausah telfon keluarga gue percuma mereka gak akan peduli sama gue" kata cowok tersebut mencegah agar gadis asing itu tidak mencoba untuk menelfon keluarganya.
"Hah masasih?" tanya Vania bingung.
"Udah mending lo pulang aja. Kan lo sendiri tadi yang gerutu mau pulang!" kata cowok itu dengan nada bicara yang ketus.
Vania sedikit terkejut saat mendengar nada bicara cowok itu sangat ketus. Langsung saja ia meletakkan handphone cowok itu dimeja dan langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Dasar tuh cowok gatau terima kasih udah ditolongin malah ngusir gue! Untung ganteng eh." gerutu Vania sepanjang jalan keluar rumah sakit.
Menurutnya, cowok itu percuma saja memiliki wajah ganteng tetapi nada bicaranya ketus, itu sama sekali tidak keren apalagi ditambah gayanya yang sok jagoan.
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.