Helena menikahi Liam sebagai sebuah pembuktian. Perempuan itu membuang semua impian indahnya tentang pernikahan di usia pertengahan 30. Liam juga menikahi Helena untuk mempertahankan posisinya. Tidak banyak yang tahu jika Liam benar-benar sendiri dan banyak orang ingin menghancurkannya. Helena kemudian bersama Liam menghadapi banyak situasi yang membuat mereka saling membutuhkan. Apakah pernikahan ini akan berjalan normal? Seperti kehidupan pernikahan yang pernah Helena bayangkan?
"Sudah siap?" Sebuah suara membuat Helena menegakkan kepalanya. Sedari tadi perempuan itu tidak memperhatikan sekeliling. Dia berada dalam sebuah ruangan yang terang dan juga mewah. Perempuan itu menatap laki-laki yang benar-benar di luar jangkauannya itu.
"Kamu harus menampilkan senyum sepajang acara. Pasti tidak mudah." Laki-laki itu mencoba untuk melihat wajahnya di cermin lagi memastikan penampilannya.
"Lagipula ini adalah sebuah resiko dari permintaanku sendiri." Helena tersenyum sedikit meski terbesit khawatir di wajahnya.
"Baguslah kalau kamu menyadari hal seperti itu." Laki-laki itu tersenyum sedikit sinis dan kemudian menatap perempuan bernama Helena itu. Tubuh yang sungguh cantik dibalut gaun berwarna putih yang modelnya benar-benar sederhana, tapi gemerlap mewah.
"Permisi, Tuan Liam dan Nona Helena. Silahkan menuju tempat acara." Seseorang dengan jas berwarna biru muda memberikan instruksi. Liam hanya tersenyum sedikit dan mengangguk. Laki-laki yang bersama Helena itu memang terlihat benar-benar berbeda jika berhubungan dengan orang lain. Helena beranjak dari tempat duduknya. Liam sudah berada di sebelah perempuan itu ketika Helena maju satu langkah. Helena menoleh sebentar. Liam meraih tangan Helena dan menggenggamnya seolah mereka memang berbahagia dengan apa yang terjadi hari ini.
"Tersenyumlah, bukankah kamu juga setidaknya bahagia?" Helena menyunggingkan senyumnya yang hangat, Liam juga tersenyum sedikit. Mereka berdua berjalan bersisian dan sepertinya siap menghadapi ratusan orang di ruangan yang akan mereka tuju. Setelah melewati pintu ruangan itu mereka dipandu sampai ke sebuah pintu besar menuju ke sebuah ruangan yang cukup besar. Helena menghentikan langkahnya dan tentu saja Liam juga berhenti, dia menoleh melihat ke arah Helena di sebelahnya.
"It's oke, kamu gak sendirian." Liam terlihat berucap kalimat yang hangat didengar oleh Helena. Laki-laki yang benar-benar memiliki kesan jauh dari jangkauan Helena. Tapi dia benar-benar bisa didapatkan oleh perempuan itu. Perempuan itu mengangguk pelan dan kemudian tersenyum seolah mengumpulkan keberaniannya lagi.
"Setidaknya ini adalah sebuah pernikahan. Kamu harus bersikap seperti seorang mempelai." Liam kembali memberikan pengertian kepada Helena. Sepertinya apa yang dikatakan Liam berhasil untuk perempuan di sebelahnya itu. Liam mengangguk pelan kepada dua orang yang ada di depan pintu dan kemudian membuka pintu besar itu. Helena dan Liam tersenyum dan kemudian mulai berjalan perlahan masuk dengan tatapan dari seluruh tamu undangan yang ada di ruangan itu. Suara riuh memenuhi ruangan setelah seorang pembawa acara memberikan arahan untuk Liam dan Helena berjalan ke atas pelaminan yang terlihat begitu megah.
"Kedua mempelai yang berbahagia hari ini terlihat begitu menawan. Dan mempelai hari ini adalah Tuan Liam Fernanda Pharma dan Nona Helena sudah berada di pelaminan. Selanjutnya para hadirin dipersilahkan untuk mengucapkan selamat dan juga menikmati acara dan sajian yang disediakan malam ini." Pembawa acara selesai mengucapkan kalimatnya dan kemudian beberapa orang mulai berbaris untuk mengucapkan selamat pada Helena dan Liam. Tidak ada orang lain pelaminan selain mereka berdua. Acara malam ini memang merupakan sebuah rangkaian dari acara pernikahan Helena dan Liam yang sudah dilaksanakan sejak kemarin. Pernikahan Helena dan Liam memang tidak bisa dianggap sebagai pernikahan biasa, Helena mungkin perempuan biasa. Tapi Liam adalah pewaris utama keluarga Pharma meski kehadirannya juga tidak pernah disadari oleh banyak kalangan.
"Jika lelah kamu bisa duduk, kita bisa duduk. Sepertinya tidak perlu juga kita menerima ucapan selamat seperti ini." Liam terlihat menoleh karena khawatir Helena kelelahan berdiri dengan hak tinggi di sampingnya.
"Bukankah kita hampir tidak mengenali siapa yang datang?" Helena bertanya kepada Liam dengan perlahan dan santai.
"Ironis, pernikahan memang begitu. Bahkan aku tidak pernah membayangkannya." Liam tersenyum sambil menatap seluruh penjuru ruangan yang besar itu.
"Tidak pernah berfikir untuk menikah?" Helena bertanya kepada laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu.
"Tentu aku memikirkan pernikahan. Pernikahan juga merupakan sesuatu yang penting untuk orang seperti aku." Liam membuat Helena menoleh dan menatap.
"Pesta maksudnya. Aku tidak pernah berfikir jika bisa berada di pesta seperti ini." Liam menjelaskan sedikit tanpa senyum dan masih mengamati ruangan itu. Para tamu memang sepertinya sudah tidak banyak berdatangan dan mengucapkan selamat atau berfoto. Tentu saja mereka berdua memang terlihat lebih santai.
"Bukankah pernikahan memang begini?" Helena kembali berkomentar.
"Jadi aku mewujudkan pernikahan impianmu?" Liam bertanya kembali, kali ini dia menoleh sebentar melihat Helena.
"Di usiaku sebelum 30an, aku mendambakan pernikahan seperti ini. Tapi ini pernikahan yang jauh diluar dugaanku." Helena tersenyyum membuat Liam juga ikut tersenyum.
"Untungnya kamu bertemu dengan aku bukan?" Liam kembali berucap seolah dia adalah seorang penyelamat. Helena menunjukkan giginya dan kemudian berpaling melihat beberapa tamu yang saling berbicara. Perempuan itu tentu melihat beberapa orang yang dia kenal sebagai keluarga.
"Tentu, aku merasa sangat beruntung." Helena berbisik pelan di samping Liam. Laki-laki itu kemudian melirik jam tangan mewah di tangannya.
"Kenapa semua orang masih terlihat bersenang-senang begitu padahal sudah larut." Liam berkomentar sedikit pedas dan kemudian hendak turun dari pelaminan. Helena juga ikut berdiri karena Liam melakukan hal itu.
"Bukankah sebaiknya mempelai menghormati tamu dengan tetap berada di pelaminan?" Seseorang terlihat menegur dari bawah pelaminan. Seseorang yang tidak Helena kenal, tapi sepertinya membuat langkah Liam terhenti. Liam belum menoleh ke arah orang yang seolah sedang melemparkan sindiran kepadanya itu.
"Apa mungkin pernikahan ini hanyalah sebuah drama romantis yang terlaksana karena sebuah ketidaksengajaan?" Sebuah kalimat kali ini membuat Liam terlihat gelisah meski belum menoleh. Helena melihat kegelisahan dari sikap Liam berdiri meski laki-laki itu belum berbalik.
"Perkenalkan, saya Helena. Mempelai wanita malam ini." Helena terlihat berusaha bersikap sopan pada seseorang yang berada di bawah pelaminan itu. Laki-laki, Helena jelas melihat laki-laki itu kemudian berjalan menuju tangga dan naik pelaminan menghampiri perempuan itu. Laki-laki itu berhenti dihadapan Helena dan menatap sebentar kemudian tersenyum sedikit dan mengangguk pelan kemudian tertawa kecil merendahkan Helena.
"Bukankah kamu belum pernah datang ke pernikahan yang begitu megah seperti ini? Ah, karena itu kamu belum juga beranjak dari sini? Aku lihat kamu mencoba membuat banyak koneksi dengan bergerak ke segala penjuru." Liam berucap pelan setelah berjalan mendekat ke arah laki-laki yang sedari tadi mengejek Helena dengan senyumnya itu. Laki-laki itu berhenti tertawa dan kemudian menghilangkan senyum dari wajahnya.
"Bahkan sekalipun kamu melakukan semuanya itu, posisimu akan tetap sama dan tentu tidak akan pernah sebanding dengan tempat dimana aku berdiri." Liam terlihat tersenyum dan kemudian meraih tangan Helena.
"Bukankah ini juga sudah larut, sebaiknya kita menikamati waktu berdua dengan lebih baik." Liam seolah sedang bicara dengan Helena dan menariknya untuk berjalan bersamanya meninggalkan pelaminan. Beberapa penyelenggara acara terlihat memperhatikan ketika Liam dan Helena turun dari pelaminan.
"Acara bisa tetap dilanjutkan, kami berdua lelah." Liam terlihat berterus terang ketika salah seorang penanggung jawab acara menghampirinya.
"Baiklah, mungkin sebentar lagi tamu akan mulai meninggalkan acara." Liam hanya mengangguk sedikit dan kemudian menghentikan langkahnya.
"Lagipula ini bukanlah acara formal. Biarkan saja sampai semua tamu memang meninggalkan acara sendiri. Sebagian besar tamu adalah keluarga." Liam terlihat memberikan arahan lagi. Laki-laki itu kemudian terus menggandeng Helena menuju sebuah kamar di hotel tempat resepsi pernikahan itu berlangsung. Helena hanya mengikuti laki-laki yang menggenggam tangannya sambil melangkah pelan itu. Laki-laki yang mungkin akan diikutinya sejak hari ini. Pernikahan yang megah ini, entah sakral atau tidak jika hanya dilandasi dengan sebuah perjanjian dan kebutuhan.
'Terpaksa' begitulah Rania Swaraswati membenarkan pekerjaan yang dia lakukan. Di saat mendapatkan pekerjaan tidak mudah, dan juga dia selalu menjadi pembicaraan tetangganya, Rania diam di rumah meretas dan menghasilkan uang dalam jumlah yang besar. Perempuan itu tidak menyadari jika dia sedang diawasi oleh tetangga barunya. Zean adalah tetangga depan rumah Rania yang memiliki tampilan fisik sempurna. Masalahnya pekerjaan yang lancar dan juga kedekatan Rania dengan Zean yang begitu mudah membuat Rania tidak waspada dengan hal yang paling dia perhatikan. Rania lupa jika pekerjaannya memiliki resiko yang besar untuk hidupnya.
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa 21+ Carmen Adelia Giovanni (26) harus menelan pil pahit setelah memergoki kekasihnya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Kemudian ia memutuskan untuk pindah ke kota lain untuk menenangkan diri dan mencari pekerjaan lain. Ia melamar pekerjaan di perusahaan Johnson Corporation dan diterima menjadi sekretaris di sana. Alexander Felix Johnson (31) CEO arogan yang kembali ke kota kelahirannya ketika menemukan gadis yang menarik perhatiannya berada di kantor milik keluarganya. Akankah Alexander Felix Johnson berhasil memiliki Adelia Giovanni untuk menjadi kekasih sekaligus istrinya? Dan bagaimana reaksi Adelia ketika mengetahui bahwa Alexander adalah laki-laki yang membawanya malam itu?
Jeslin pulang untuk mengunjungi orang tua dan dan menghadiri pernikahan kakak perempuan nya, tapi siapa sangka malam pertama yang seharusnya menjadi malam pertama kakak perempuan nya menjadi malam pertama diri nya dan Kakak iparnya, dia di rudalpaksa dan kehilangan keperawanan nya, dia dipaksa melayani gairah kakak ipar nya yang gila. Setelah malam itu hidup nya tidak baik-baik saja, dia ingin melupakan nya tapi kakak ipar nya tidak mengizinkan dia melupakan nya, semakin dia mencoba untuk lepas dari genggaman kakak ipar nya, semakin gila laki-laki tersebut menggenggam dirinya.
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"