/0/9145/coverbig.jpg?v=74c220f7fffbe6172634bc00be52f29f)
Permasalahan yang dihadapi oleh Tera kini bukan lagi tentang masa lalu ayahnya. Karena setelah diterimanya dia di perusahaan Gio Chocolate dan bekerja sebagai asisten Jigar, teror demi teror dia rasakan dari seseorang yang membenci keluarga itu. Belum lagi, dia pun harus menerima kenyataan jika ternyata rencana dari semua kejahatan itu adalah Toben, ayahnya Jigar. Demi melindungi Tera, akhirnya Jigar mengambil tindakan serius untuk itu. Dia mengajak Tera ke sebuah taman dan memberikan cincin sebagai pertanda bahwa dirinya ingin menikah dengan wanita tersebut. Akankah Tera menerima lamarannya atau memilih menjauh dari Jigar demi keselamatan pria itu? ...
Kurang lebih ada lima puluh pria ataupun wanita berseragam hitam putih duduk di depan lapangan perusahaan cokelat yang cukup terkenal di kota tersebut.
Keringat yang turun membasahi pelipis tak membuat mereka menyerah untuk itu. Wajah penuh harap bisa terlihat dari perjuangan mereka melawan panas terik matahari yang seolah benar-benar membakar kulit.
Pertahanan mereka untuk menunggu interview tetap mereka lakukan demi mencari pekerjaan yang layak untuk itu.
Tak hanya pria. Ada setengah wanita yang turut menunggu dengan sabar sambil terus berusaha menjaga penampilan mereka agar tetap baik dan tak bau. Sesekali, mereka kembali memoles wajahnya dengan bedak atau memberi deodorant pada ketiaknya agar terlihat segar.
Bahkan untuk penantian penuh waktu itu, mereka sama sekali tak dijamin apakah lolos atau tidak mengingat masih ada beberapa tes yang harus dilakukan untuk benar-benar bisa bergabung di perusahaan itu.
Tak sedikit dari mereka yang menyerah dan memutuskan pulang. Ada pula yang tetap bertahan walau penantian interview itu cukup melelahkan.
"Eh itu pak Tom!" beberapa dari mereka tampak bersemangat ketika ada seorang pria berjalan menghampiri para pelamar sambil membawa catatan kecil. Tak lupa, semua suara yang berisik itu seketika lenyap karena penasaran nama siapa yang selanjutnya akan dipanggil olehnya.
"Bagaimana, masih kuat?" tanya Pak Tom kemudian sambil tersenyum.
"Ada yang pulang, pak," seru salah seorang pelamar.
"Tak masalah. Kami juga minta maaf karena telah membuat kalian menunggu. Untuk tahun ini para pelamar membludak. Jadi kami harus lebih ekstra dalam memilih siapa yang berhak untuk bergabung di sini," jelas Pak Tom secara singkat, "Baiklah. Untuk selanjutnya..., Tera Pasha, ada?"
"Saya pak!" di ujung riuh manusia itu, seorang wanita mengangkat tangannya penuh semangat.
Pak Tom tersenyum, "Shira Adnan, Citra Lestari, Ilham Pramudya dan Glenn Zafir, ada?"
"Ada pak!" semua nama yang dipanggil menyeru dengan cepat. Ada rasa bangga karena mereka diberi kesempatan untuk interview setelah menanti waktu berjam-jam.
Soalan masuk atau tidak, itu belakangan. Yang terpenting, mereka memiliki pengalaman melamar di perusahaan terkenal di kota tersebut.
"Shira, ayo," Tera begitu senang ketika dirinya dipanggil dengan sahabatnya secara bersamaan. Setelah dirasa siap, mereka lantas berjalan mengikuti Pak Tom untuk proses interview bersama yang lain.
"Semangat ya," Pak Tom tersenyum, "Semoga kalian dipermudah. Silakan masuk."
Mereka berlima mengangguk lantas masuk ke sebuah ruangan khusus secara bersamaan.
Tak lupa, Tera mengambil kursi di paling ujung sambil berusaha mempersiapkan dirinya dalam menjawab semua soalan dari sang penguji.
"Halo selamat datang. Bisa perkenalkan nama kalian?" seru salah seorang penguji.
Secara berurutan, mereka berlima memperkenalkan dirinya satu persatu. Hingga saat Tera berdiri memperkenalkan dirinya, seorang pria di hadapannya tersenyum sambil mengangguk.
Keempat orang itu ditanyai dengan intens oleh para penguji. Tampak dari mereka ada yang cekatan menjawab dan ada pula yang tampak gugup karena berusaha mencari jawaban terbaik untuk diucapkan.
Sementara itu, Tera masih menunggu penguji di depannya memberi pertanyaan. Dia terlihat ragu tatkala pria itu memberi senyuman aneh yang membuatnya merasa tak nyaman.
Perasaan gugup tak lagi dirinya rasa selain ingin segera menyudahi semua itu.
"Baiklah. Kalian boleh kembali. Dalam waktu cepat kami akan memberi tahu hasilnya lewat email masing-masing," setelah tiga puluh menit, seorang wanita memberi pengumuman tersebut.
Tentu, Tera berdiri dan memberi interupsi karena dirinya merasa belum ditanyai apa pun. Shira yang melihatnya pun merasa aneh.
"Tolong maju sedikit," seru penguji di depan Tera kemudian. Tatkala Tera dan Shira saling berpandangan, sahabatnya itu mengangguk.
"Aku akan menunggumu di luar."
Tanpa menguras waktu, Tera mengikuti perintah pria itu. Kali ini, dia berhadapan dekat dengan pengujinya yang bernama Toben.
"Apa tujuanmu bekerja di sini?" tanya pria itu sambil membaca lamaran Tera.
"Ingin mencari uang, pak," jawab Tera dengan yakin.
"Selain itu?"
"Ingin mengasah kemampuan. Saya juga ingin menambah relasi dan bekerja sama dengan para karyawan yang lain."
Pak Toben mengangguk, "Andai jika pekerjaanmu jauh berbeda dengan pekerjaan yang ingin kamu lamar saat ini, bagaimana?"
"Tidak masalah," jawab Tera sambil tersenyum, "Selagi ada tempat untuk belajar, saya akan berusaha melakukan yang terbaik."
"Dari mana kamu tahu perusahaan ini?" tanyanya selanjutnya.
"Kebetulan, dulu ayah saya karyawan di sini. Beliau telah bekerja selama kurang lebih sepuluh tahun. Jadi sejak kecil, saya memang sudah berkeinginan untuk melamar di perusahaan ini."
"Mengapa ingin di sini? Bukankah masih banyak pabrik cokelat yang lain?"
Tera tersenyum, "Kebetulan jarak rumah saya kemari tak terlalu jauh, pak. Jadi saya rasa, akan mudah jika saya dapat bergabung di sini karena saya yakin, saya pasti akan datang tepat waktu."
"Kerja di bagian mana ayahmu? Biar saya panggil."
"Kebetulan, ayah saya sudah berhenti kerja di sini tiga tahun yang lalu," jawab Tera kemudian.
"Karena?"
Wanita itu terdiam sesaat, "Ayah saya difitnah."
Pak Toben tersenyum. Dia memasukan lamaran Tera ke dalam amplop cokelat dan menyimpannya di depan wanita itu.
"Kamu percaya?"
"Maksudnya, pak?" Tera terkekeh.
"Kamu percaya ayahmu dikeluarkan dari sini karena difitnah?"
Tera mengangguk dengan sedikit ragu, "I-iya pak."
Pak Toben tersenyum kecil sambil melemparkan pandangan ke arah lain. Wajah pria itu merah padam. Tangannya mengepal keras karena berusaha menahan semua amarah yang berusaha ia redam sejak tadi.
Tera yang memperhatikannya sedikit ketakutan. Dia menelan salivanya bulat-bulat sambil berpikir apakah ada jawaban menyakitkan yang membuat pria itu bersikap seperti itu?
"Pulanglah. Cari tempat kerja yang lain," seru pria itu kemudian dengan nada datar.
Tera terhenyak, "Maksud bapak?"
"Kamu tak bisa bekerja di sini."
"Karena apa?" tanya Tera penasaran.
"Kurang beruntung kamu diwawancarai oleh saya. Andai jika bukan karena ayahmu, saya pasti akan menerimamu di sini."
Wanita itu semakin keheranan. Dia tak tahu menahu soalan itu, bahkan ketika Pak Toben mengatakan hal tentang ayahnya.
"Maksud bapak apa ya? S-saya kurang mengerti. Memangnya bapak ada masalah dengan ayah saya? Atau sebelumnya saling kenal?"
"Pulanglah. Cari pekerjaan yang lain."
"Saya tidak akan pulang sebelum bapak menjelaskan semuanya," tegas Tera dengan cepat.
Toben terdiam. Napasnya terdengar berat di telinga tera. Luka lama yang ia tutupi untuk semua itu, kini kembali terbuka atas kedatangannya.
Pria itu sudah mengiranya sejak awal ketika dirinya membaca lamaran Tera. Ternyata, apa yang ia sangka benar adanya. Sebelum dendam itu kembali menguasai dirinya, Toben lebih memilih untuk menjauhi apa pun hal yang berkaitan tentang itu.
"Ini ayahmu kan?" tanya Toben ketika dirinya menunjukan sebuah foto. Tentu, Tera terkejut karena ayahnya berada di sana.
"Iya. Itu ayah saya."
Toben tersenyum, "Wanita di samping ini adalah istri saya. Ayahmu telah merebutnya dan kini, kehidupan rumah tangga saya hancur karenanya."
...
"Michelle, apa kau tak bosan menjadi wanita nakal seperti itu? Kapan kau akan berhenti melakukan hal-hal bodoh?" "Bukan urusanmu." "Dasar wanita jalang!" "Diam!" wanita itu berteriak. "Jika kau tak tahu apa-apa, maka lebih baik tutup mulutmu dan jangan ikut campur urusan orang lain!"
Setelah dirasa tepat waktu, Gion memberi saham perusahaan X-PA COUNT kepada Mike, anak tunggalnya sendiri. Namun selang beberapa bulan setelah pemindahan jabatan, X-PA COUNT mengalami skandal besar karena cokelat buatannya mengandung racun hingga menimbulkan korban berjatuhan bagi yang mengonsumsinya. Skandal itu pula telah membuat Mike masuk ke dalam penjara dan membuatnya diperlakukan buruk di dalam sana. Lyn selaku pegawai cleaning service di perusahaan itu tak terima dan berusaha mencari segala bukti agar menunjukkan bahwa Mike tak bersalah. Akankah dia mampu membersihkan nama Mike dan hidup bahagia bersamanya?
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."