/0/7643/coverbig.jpg?v=20220802102043)
Cinta dan pilihan. Dua kata yang bisa berjalan beriringan bagi pasangan yang beruntung, tetapi sepertinya semesta memiliki cara lain untuk mendekatkan dua hati yang masing-masing terikat hubungan dengan hati yang lain. Radit Prasetya menerima perjodohan bisnis yang telah disepakati oleh dua keluarga. Tidak ada cinta, yang ada hanya sikap patuh pada sang ibu yang menginginkan agar ia segera menikah. Pertemuan pertamanya dengan Aira Zafira, gadis sederhana yang bekerja di kntornya nyatanya menimbulkan benih cinta di hati Radit. Aira, gadis tangguh dari keluarga sederhana yang memiliki impian untuk mewujudkan mimpinya bersama sang kekasih. Gadis itu tidak pernah mengira bahwa jarak dan waktu mengikis cinta diantara dirinya dan Demas, kekasihnya, hingga tanpa sadar hatinya terpaut dengan perasaan lain. Kemana 'kah cinta Radit berlabuh? Pada Hani yang menjadi pilihan ibunya atau 'kah pada Aira yang masih terikat hubungan dengan pria lain? "Jangan abaikan pertemuan pertama, karena di situlah perasaan murni itu berada." -Septriani Wulandari.
Bab 1 Impian
Aira Zhafira- 25 tahun, gadis cantik dengan ciri khas rambut terurai panjang. Gadis yang kerap di panggil Aira ini memiliki kekasih yang bernama Demas Gunawan, lelaki yang yang sudah lima tahun bersamanya semenjak keduanya masuk universitas.
Keduanya bertemu pada saat masa ospek jurusan. Mereka sama-sama mengambil jurusan managemen marketing. Pada hari pertama, Demas terpana saat pertama kali melihat Aira, meski sebenarnya untuk move on dari kekasihnya semasa SMA itu sangat tidak mungkin. Perasaan yang sudah lama tidak pernah dirasakan oleh Demas akhirnya muncul juga setelah bertemu dengan Aira.
'Apa mungkin wanita itu yang bisa membuat aku melupakan dia?' gumam Demas sambil terus menatap Aira yang sedang asik berkenalan di lapangan Universitas.
"Hei! Lihatin siapa? Serius amat," Tanya Seno-sahabat baik Demas semasa SMA. Demas hanya diam tidak menyadari apa yang dikatakan sahabatnya. Melihat Demas yang serius menatap ke arah depan, akhirnya Seno pun ikut menatap ke arah yang di tuju oleh Demas.
"... kamu lagi lihatin siapa sih?" tanyanya lagi penasaran dengan apa yang dilihat sahabatnya.
"Eh ... sejak kapan kamu di sini? Ngagetin aja sih!" celetuk Demas kaget, karena baru melihat sahabatnya yang sejak tadi sudah berada di sebelahnya, tanpa ia sadari.
"Dih, apaan sih, kamu! Aku sudah dari tadi di sini kali. Kamu lihatin apa sih, sampai-sampai aku nanya dua kali enggak digubris?" Demas hanya tersenyum sambil melihat ke arah Aira sampai Seno menyadari kalau yang dilihat sahabatnya itu adalah seorang wanita.
Saat melihat Aira, Seno langsung tersenyum. Dia sangat bersyukur akhirnya Demas bisa tersenyum lagi setelah hampir dua tahun tidak ada senyuman di wajahnya, karena ditinggal oleh wanita pujaan hatinya pergi tanpa kabar.
Kepergian cinta pertamanya itu membuat Demas menjadi pendiam dan jarang sekali tersenyum. Seno juga tidak bisa menghibur sahabatnya itu, saat Demas benar-benar merasa terpuruk dan yang dia lakukan hanya terus berada di sisi Demas, karena dia takut bakal terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Ehem ... ceritanya sekarang kamu move on nih? Kalau emang suka deketin sana!"
Seno terus mendorong tubuh Demas walaupun ada penolakan dari Demas sendiri, tapi dia terus mendorong tubuh Demas sampai sahabatnya itu berdiri di depan Aira. Aira jelas langsung kaget, sedangkan Seno langsung melarikan diri sambil tertawa puas, karena telah berhasil membuat Demas mati kutu di depan Aira. Aira mengerutkan keningnya sambil tersenyum ragu-ragu. Dia tampak binggung dengan lelaki yang berada di depannya.
"Ha-Hai!" sapa Demas tersenyum dengan suara yang terbata.
"Hai juga!" Aira menjawab dengan ragu, pasalnya dia tidak sama sekali mengenal lelaki yang ada di hadapannya.
Aira dan Demas sempat mematung sejenak sampai akhirnya Demas mengeluarkan suaranya, "Emmm ... kenalin nama aku Demas, ka-kamu?" Demas mengulurkan tangannya, sambil malu-malu Aira menyambut uluran tangan Demas, "A-Aira!" Keduanya sambil memandang dan tersenyum malu-malu.
"Oh iya Demas, aku sudah dijemput, duluan ya!"
"Eh ... tunggu! Boleh aku minta nomor telepon kamu?" Aira menganguk tersenyum dan memberikan nomor ponselnya.
Dari sanalah keduanya mulai dekat. Untuk Aira ini pertama kalinya dia didekati oleh seorang pria. Pendekatan mereka tidak membutuhkan waktu yang lama, pastinya dengan bantuan dari Seno keduanya pun resmi menjalin hubungan setelah dua bulan dari pas kenalan. Hari-hari Aira sangat berwarna begitu pun dengan Demas. Tapi walaupun Demas merasa bahagia dengan hubungan dia dengan Aira, nyatanya dia masih belum bisa melupakan cinta pertama. Setiap malam Demas masih saja melihat foto-foto keberasamaan dia dengan mantan kekasihnya itu.
Hubungan Aira dan Demas terus berlanjut sampai keduanya lulus dari kuliah. Hubungan mereka tentu tidak berjalan mulus-mulus saja, ada kalanya mereka berselisih paham dan membuat mereka break selama beberapa minggu. Tapi tidak membuat hubungan mereka berakhir begitu saja. Aira selalu saja memulai pembicaraan dikala mereka sudah lama tidak saling berkomunikasi. Itulah yang membuat hubungan mereka langgeng dan tidak mudah berakhir begitu saja sampai lima tahun ini.
Setelah lulus kuliah, keduanya melamar di perusahan yang sama, yaitu perusahaan yang menjual produk-produk yang cukup ternama di Indonesia. Mereka berdua melakukan berbagi macam test untuk bisa masuk ke dalam perusahaan asing itu. Tidak mudah memang untuk masuk diterima di sana, karena perusahaan itu benar-benar memilih orang yang berkualitas. Jangan ditanya untuk masalah gaji, pastinya di sana sangat terjamin. Aira dan Demas sangat berharap bisa di terima ke dalam perusahaan itu.
Akhirnya setelah mengikuti kurang lebih tujuh kali test, hasilnya pun keluar. Aira dan Demas duduk sambil memegangi ponsel masing-masing dengan harap-harap cemas. Keduanya terus melihat ke arah jam, karena penggumuman serentak akan keluar jam 17.00 melalui link yang akan dikirimkan melalu pesan singkat. Hal ini yang sangat menegangkan untuk keduanya, pasalnya mereka berdua sangat berharap untuk masuk ke perusahaan ini dengan harapan akan membuat kehidupan mereka lebih baik lagi.
Memang Aira dan Demas terlahir di keluarga yang sederhana. Terlebih Demas, dia adalah satu-satunya harapan sebagai tulang punggung keluarga, karena saat kelulusan, ayah Demas meninggal dunia dan semenjak saat itu Demas harus menggantikan sosok sang ayah yang harus menghidupi dua adik perempuannya yang masih sekolah dan juga ibunya.
TRING! Suara ponsel Aira dan Demas serentak berbunyi. Keduanya saling memandang dan melemparkan senyuman. Dengan jantung yang berdetak dengan kencang, keduanya membuka pesan yang masuk. Sambil menarik napas dalam, keduanya perlahan menekan link yang ada di ponsel masing-masing. Aira menutup matanya, begitu juga dengan Demas. Mereka berharap saat membuka mata, yang mereka lihat adalah impian mereka.
SELAMAT ANDA DITERIMA!
"Sayang! Aku diterima!" Aira dan Demas berteriak secara bersamaan.
Keduanya sambil memandang dan menahan senyuman mereka. Seketika Demas menarik tubuh Aira masuk ke dalam pelukannya. Keduanya berdiri dan melocat berputar sambil berpelukan. Keduanya tidak menyangka kalau mereka diterima bersamaan. Hal ini membuat orang-orang yang ada di cafe saat itu melihat ke arah keduanya.
"Sayang, impian kita bakal segera terwujud," ucap Demas sambil menatap wajah Aira. Aira tersenyum mengangguk dan kembali memeluk tubuh Demas.
Aira dan Demas mempunyai impian akan menjadi orang sukses dan kaya agar dapat membahagiakan keluarga masing-masing. Keduanya adalah anak pertama dan sebagai anak pertama banyak beban harapan dari keluarga untuk mereka. Oleh karena itu, banyak impian-impian yang mereka tulis untuk kebahagiaan keluarga dan tentunya juga kebahagiaan mereka. Setelah mendapat hasil test, mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
Berita bahagia ini membuat kedua keluarga merasa sangat bahagia. Terlebih keluarga Demas yang sangat berharap Demas cepat mendapat pekerjaan, karena selama ini mereka hidup hanya mengandalkan sang ibu yang menjual cemilan dan tentu saja itu tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, terlebih untuk biaya sekolah kedua adik Demas.
"Ibu, kehidupan kita akan berubah!" ucap Demas pada ibunya sambil mencium tangannya. Sang ibu tersenyum mengangguk sambil membelai kepala anaknya.
Di sisi lain hal yang sama juga dilakukan oleh Aira, "Bunda, Ayah! Tunggu Aira menjadi orang yang sukses ya! Aira bakal membuat kehidupan kita berubah." Kedua orang tua Aira memeluk anaknya dengan perasaan yang bangga.
~Bersambung~
'Kesuksesan dapat diraih dengan bekerja keras. So, jangan sia-siakan waktumu!'
¬Aira
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Sepatah Kata, Jangan pernah bengong dan tertegun-tegun jika belum selesai membaca kisah yang sangat AGAK LAEN dan super unik dalam novel ini. Mungkin banyak yang tidak terpcaya jika cerita ini lebih dari 58,83% merupakan KISAH NYATA, 24,49% Modifikasi Alur dan 16,68% tambahan halu sebagai variasi semata. Buktikan saja keunikan kisah dalam novel ini. Jangan mengatakan gak masuk akal jika belum tahu bahwa hal itu bisa terjadi kapan dan dimanapun juga
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?