/0/7061/coverbig.jpg?v=82be474583664e916b4718377a066bd7)
Renata Larasati (20), seorang gadis dari keluarga sederhana yang sedang membutuhkan uang untuk melunasi hutang bapaknya, terpaksa mau menjalani kawin kontrak hanya sampai dirinya melahirkan anak saja. Renata dinikahi oleh Danu Rahardianto (40) yang merupakan pengusaha yang menjalankan bisnis milik mertuanya. Istri Danu, Rubby Kirana (35) adalah anak pengusaha kaya raya yang tidak mau melahirkan anak hanya karena takut tubuhnya tidak sexy lagi. Tragisnya, setelah satu bulan melahirkan dan masa kawin kontrak telah selesai, Rubby justru menjual Renata pada seorang mucikari untuk mendapatkan keuntungan. Dalam kondisi lemah, Renata yang terpaksa menjalani kehidupan sebagai seorang penghibur, berusaha keras untuk bangkit dari keterpurukkannya. Bagaimanakah perjuangan seorang Renata? Dan akan seperti apakah nasib Renata kedepannya?
"Ini serius, Sayang! Kalau kamu tidak mau memiliki anak, lalu bagaimana? Sedangkan baik aku maupun kamu adalah anak tunggal." Danu Rahardianto berkata sembari memegangi kepala menggunakan dua tangannya.
"Loh, siapa bilang aku tidak mau punya anak, Mas?" tanya Rubby Kirana dengan nada kesal.
"Kamu sendiri 'kan yang berkali-kali bilang padaku bahwa kamu tidak mau melahirkan anak?" ujar Danu Rahardianto kali ini sambil menatap sang istri dengan pandangan tajam.
"Aku bukannya tidak mau punya anak, Mas. Kamu salah mengerti! Aku mau kok punya anak, tetapi aku tidak mau melahirkan," ucap Rubby Kirana santai.
Kedua mata Danu Rahardianto melotot kesal pada sang istri.
"Apa maksudmu berkata seperti itu? Untuk bisa punya anak ya jelas harus melahirkan dong!" ujar Danu Rahardianto mulai tersulut emosinya.
"Kata siapa harus melahirkan jika kita ingin punya anak, Mas. Kita 'kan bisa juga mengadopsi anak," tutur Rubby Kirana lagi.
"Adopsi anak? Rubby, kita berdua tuh dalam kondisi sehat dan baik-baik saja, masa sih kita mau adopsi anak? Lagipula aku ingin anak yang merupakan darah dagingku sendiri!" ujar Danu Rahardianto sudah tak mampu menahan amarahnya lagi.
"Ok, ok! Kalau itu memang maunya kamu, Mas," kata Rubby Kirana akhirnya.
Danu Rahardianto menghela napas lega mendengar perkataan istrinya yang cantik dan sexy itu.
"Tapi, aku tetap tidak mau melahirkan. Aku tidak ingin tubuh sexy ku ini rusak akibat melahirkan," ujar Rubby Kirana.
Danu Rahardianto melotot tajam pada Rubby Kirana.
"Apa lagi maksudmu, Rubby? Melahirkan adalah suatu kewajiban istri, masalah bentuk tubuhmu, bukankah setelah melahirkan kamu bisa olahraga dan diet sehat untuk mengembalikan tubuhmu ke bentuk semula?" ujar Danu Rahardianto mencoba memberi semangat pada sang istri.
"Apa?! Kamu pikir tubuhku ini akan bisa seperti semula, Mas? Walau olahraga atau diet, tetap saja ada yang kurang menurutku," bantah Rubby Kirana tegas.
"Lalu, mengapa tadi kamu bilang mau punya anak?" cecar Danu Rahardianto bingung.
"Begini, Mas. Kebetulan aku punya teman seorang pengurus yayasan yatim piatu,_"
"Adopsi lagi maksudmu? Tidak!" sergah Danu Rahardianto menyerobot perkataan sang istri.
"Ih, dengarkan dulu dong, Mas! Kamu dengarkan aku dulu, sabar ya. Jadi, seperti yang aku bilang tadi, aku punya teman nih seorang pengurus yayasan yatim piatu. Kebetulan dia punya kenalan seorang ibu yang memiliki anak gadis. Anak gadis ibu itu sudah cukup usia untuk menikah, gadis itu sudah bekerja sebagai pelayan toko. Gadis itu cantik sekaligus penurut, Mas," tutur Rubby Kirana.
"Kemana sebenarnya arah perkataanmu ini, Rubby?" tanya Danu Rahardianto dengan nada curiga.
"Maksudku, bagaimana jika kamu menikahi gadis itu dengan cara kawin kontrak? Hanya untuk sementara waktu, sampai dia hamil dan melahirkan anakmu, Mas. Bagaimana? Kamu setuju 'kan?" kata Rubby Kirana dengan penuh harap.
Mulut Danu Rahardianto menganga, ekspresi wajahnya memerah karena marah.
"Apa kamu sudah gila, Rubby?! Kamu menyuruhku melakukan kawin kontrak dengan gadis lain? Apa kamu rela?" cecar Danu Rahardianto semakin marah.
"Ah, 'kan hanya sampai dia melahirkan saja, Mas. Setelah itu 'kan sudah selesai hubunganmu dengannya," tutur Rubby Kirana.
"Kamu pikir gadis itu mau kuajak kawin kontrak?" tantang Danu Rahardianto mulai kehilangan kesabarannya.
"Eh, tenang dong, Mas! Gadis itu pasti mau. Temanku itu pernah cerita bahwa gadis itu sedang membutuhkan uang untuk melunasi hutang bapaknya, jadi aku yakin dia tidak akan menolak jika kita menawari dia sejumlah uang agar dia bisa melunasi hutang bapaknya. Bagaimana? Kata temanku, gadis itu cantik dan penurut," kata Rubby Kirana mendorong sang suami.
Danu Rahardianto diam, dia duduk di sofa sambil memikirkan usulan istrinya itu.
"Bagaimana, Mas?" tanya Rubby Kirana ketika melihat sang suami terdiam.
Danu Rahardianto menatap sang istri dan berkata, "Apa kamu yakin kamu tidak masalah jika aku menikah lagi?"
"Yakin, Mas. Bukankah aku yang mendukungmu untuk melakukan kawin kontrak? Maka sudah semestinya aku siap menerima hal itu," jawab Rubby Kirana meyakinkan.
"Lalu, yakinkah kamu bahwa aku dan dia akan bisa punya anak?" tanya Danu Rahardianto lagi.
"Pasti bisa, Mas. Sebelum kamu mengawininya, terlebih dulu kita suruh dia melakukan tes kesuburan dong," kata Rubby Kirana.
"Tapi," Danu Rahardianto tidak jadi melanjutkan perkataannya.
"Tapi apa, Mas? Sudahlah, lakukan saja. Lagipula apa yang perlu kita khawatirkan? Ayah dan ibuku juga sudah tidak ada, jadi kita tidak perlu meminta ijin mereka 'kan?" ujar Rubby Kirana.
"Tapi apa yang harus aku katakan pada ibuku?" Danu Rahardianto bingung.
"Biar aku yang akan bilang pada ibumu," jawab Rubby Kirana sembari tersenyum.
Danu Rahardianto kehabisan kata-kata. Laki-laki itu hanya duduk diam sembari memejamkan matanya.
***
Renata Larasati tidak bisa memejamkan matanya meski malam semakin larut. Di dalam kamarnya yang sempit dan hanya berdinding papan, Renata Larasati merasakan kedua matanya memanas. Tak berapa lama kemudian, butir-butir bening menetes dan mengalir melalui pipinya, Renata Larasati menangis.
Tadi sore, Tante Sonya bertandang ke rumahnya. Namun, kedatangan Tante Sonya sore itu tidak sendirian, dia datang bersama seorang wanita cantik yang kaya raya. Wanita itu mengendarai mobil sport hitam metalik yang elegan. Ingatan Renata kembali pada percakapan kedua tamu itu dengan ibu dan dirinya di ruang tamu rumahnya yang sederhana.
"Jadi, begitulah Bu Salma, dengan tidak mengurangi rasa hormat saya pada Ibu dan Dik Renata, saya bermaksud meminta Dik Renata untuk menjadi istri kontrak bagi suami saya. Bagaimana menurut Bu Salma dan Dik Renata?" ujar Rubby Kirana.
"Tidak apa toh Bu Salma, ini kesempatan langka loh. Kapan lagi coba, Bu Salma dan Dik Renata bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Jadi, dengan uang itu Bu Salma bisa melunasi hutang suami Ibu, dan sisa uangnya bisa untuk kalian buka usaha," kata Tante Sonya mendukung Rubby Kirana.
"Hanya sampai Dik Renata melahirkan saja kok," kata Rubby Kirana menambahkan.
"Maaf, Bu Sonya, Bu Rubby, kalau saya sih terserah Renata saja. Bagaimanapun juga yang akan menjalani 'kan Renata. Kalau saya sih, akan mendukung apa yang menjadi keputusan Renata. Buat saya yang penting Renata bahagia dan tidak terpaksa," tutur Bu Salma sambil menoleh pada Renata Larasati yang duduk di sampingnya.
Kini, di atas ranjang tidurnya yang reot, yang selalu berdecit tatkala dirinya menggerakkan badan, Renata Larasati bimbang untuk mengambil keputusan.
"Seandainya bapak masih ada," desah Renata Larasati lirih.
Jujur Renata Larasati merasa bimbang akan apa yang harus diputuskannya. Dia yang saat ini berusia dua puluh tahun harus memilih antara menjalani kawin kontrak demi uang untuk melunasi hutang bapaknya atau menolak kawin kontrak tetapi entah tidak jelas kapan dirinya dan ibunya bisa melunasi hutang sang bapak.
Elena Gunther yang ketika itu sedang dalam kondisi hamil, harus menerima kenyataan pahit. Sang kekasih, Victor Hubertus lebih memilih menikahi Nicole Meinrad yang merupakan anak dan pewaris tunggal dari bosnya. Victor Hubertus tega mencampakkan Elena, meski wanita itu sudah memohon belas kasihannya. Ternyata, nasib buruk tidak berhenti sampai di situ. Nicole yang mengetahui tentang Elena dan kehamilannya, menyuruh orang untuk menculik dan membunuh Elena dengan tujuan agar tidak ada lagi yang akan mengganggu kehidupannya dengan Victor di masa datang. Karena tekanan yang berat ketika diculik dan disiksa, Elena pun melahirkan bayinya. Dengan mata kepala sendiri, Nicole memastikan kematian Elena dan bayi yang baru dilahirkannya itu. Dua puluh tiga tahun kemudian, muncullah seorang gadis cantik yang menggunakan kecerdasan dan kecantikannya untuk menghancurkan keluarga Victor dan Nicole. Gadis cantik penuh misteri yang selalu bermain cantik dan halus itu bernama Alexandra. Siapakah sebenarnya Alexandra itu? Motif apakah yang menjadikan Alexandra ingin menghancurkan keluarga Victor dan Nicole?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
"Jodoh itu rahasia Allah. Allah pertemukan kita pada orang yang salah pada awalnya dan mempertemukan kita dengan jodoh yang sesuai pada akhirnya. Itulah tanda Allah sayang pada hamba-Nya." Ini kisah tentang Sabrina. Seorang gadis yang selalu menyelipkan nama seseorang dalam doanya. Berharap bahwa nama itulah yang akan menjadi imamnya kelak. Namun takdir berkata lain saat sang ayah memintanya untuk menikah dengan seorang lelaki bernama Agam. Ya. Sabrina dan Agam. Dua orang yang sebelumnya tidak saling mengenal. Namun dipaksa saling mencintai karena sebuah ikatan yang bernama pernikahan. Pada akhirnya, bisakah Sabrina melupakan masa lalunya dan mulai mencintai Agam? ***** Kepoin instagram author juga : @iney_calysta
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……