/0/5847/coverbig.jpg?v=e6b8214a4ff1de91b48249634d07836e)
Perpisahan yang tak bisa dicegah. Terlambat? Ya, mungkin itu yang aku rasakan. Ketika aku mulai sadar, semua sudah terlambat. Menangis pun tidak akan mengubah semuanya, yang ada hanya rasa penyesalan. Kau hadir mewarnai hidupku, memberi arti tersendiri dalam hidupku. Mengajariku arti kesetiaan dan pengorbanan. Mengenalmu, membuatku merasakan rasa sakit, sedih, serta arti kebahagiaan. Jika aku bisa memutar waktu. Aku ingin memutarnya kembali dan aku ingin mengulanginya bersama denganmu.
"Sial!" Seorang pemuda menundukkan kepalanya, "Apa-apaan ini!" umpat seorang pemuda yang mendapatkan tubuhnya basah karena air yang baru turun dari atas. Bukan karena air hujan, tapi itu adalah air yang dibuang dari atas oleh seseorang yang baru saja selesai menjemur.
"Shit. Baju gue, basah." Kembali dia mengumpat. "Hari ini benar-benar hari sial buat gue," imbuhnya.
Kharis mengangkat kepala, menatap langit-langit. Pemuda itu sudah terbawa emosi.
"Woi ... jangan sembarangan membuang air bekas cucian dong," teriak Kharis.
Seorang laki-laki menyembulkan kepalanya dari atas.
"Opz ... sorry bro, gue tidak melihat lu di bawah sana. Lagi pula salah sendiri, kenapa lu berdiri di bawah situ?" teriaknya membalas.
"Eh, kenapa jadi lu yang nyolot!" teriak Kharis. Laki-laki tersebut menyembulkan kepalanya kembali. "Nah, lu sendiri sedang apa di situ? Kenapa pagi-pagi sudah nyempil di lorong?"
"Suka-suka gue lah," bentak Kharis.
"Eh, lu mau maling, ya?"
"Jaga mulut lu," gertak Kharis dengan mata melotot.
"Lah, kenapa jadi lu mendelik ke gue?" Terdiam sesaat. "Halah ... abaikan saja, tidak ada gunanya juga adu mulut yang tidak jelas."
"Eh, aturan lu harus minta maaf ke gue. Lu lihat nih, baju gue basah gara-gara lu!" teriaknya mendongak ke atas.
Namun, laki-laki tersebut telah masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya. Kharis yang tidak terima akan hal itu, dia berteriak ngomel-ngomel tidak jelas. Tiba-tiba ....
"Woi, mulut lu bisa diam tidak?" bentak seorang Ibu yang mengacungkan wajan teflon pada Kharis. "Pagi-pagi sudah berisik. Kalau lu mau adu mulut, sana pergi ke lapangan."
"Santai dong, Bu. Ini juga gue mau pergi."
Kharis melangkah keluar dari gang sempit di antara dua rumah susun. Ya, pagi itu Kharis sudah berada di area rumah susun di pusat kota.
"Sial sekali gue pagi ini," gerutu Kharis melangkah sambil membersihkan bajunya.
Kharis Abhimanyu pemuda yang sedikit urakan, menganggap dirinya seperti Bos, dan terkenal plaboy. Pemuda dengan perawakan tinggi 175 cm ini terlihat begitu menawan di hadapan para kaum hawa.
Beralih ke tempat lain yang tak jauh dari lokasi Kharis berdiri. Seperti biasa, pagi itu adalah hari yang cerah. Meskipun tidak secerah hari kemarin, setidaknya tidak ada awan gelap yang menutupi paras indah sang raja langit.
Tampak seorang gadis sedang menganyuhkan sepatu rodanya di trotoar jalanan ibukota. Gadis cantik dengan lesung pipi yang menghiasi wajahnya menganyuh sepatu rodanya dengan kecepatan rata-rata. Sesekali dia melihat jam digital yang melingkar di tangan kirinya. Dia memang terlihat sangat terburu-buru. Namun, dia tetap ingat akan keselamatan dirinya.
Rismaura Khairani adalah nama gadis itu. Gadis berparas cantik, berlesung pipi, berambut hitam lurus panjang. Pagi itu terlihat sangat tergesa-gesa.
Berkali-kali dia melirik jam tangannya dan kembali menatap jalan di depannya. Risma sangat mahir memainkan sepatu rodanya, kedua kakinya begitu lincah.
"Semoga aku tidak terlambat," pikirnya. Dia merasakan detak jantungnya tidak menentu. Dalam pikirannya terlintas bagaimana jika dia telat sampai tempat tujuan.
Risma menepis pikiran negatif itu, dia terus mengayuh kakinya dengan cepat. Dia ingin segera sampai di tempat sebelum terlambat.
Risma terus mengayuh sepatu roda kesayangannya hadiah pemberian dari sang Nenek tercinta. Sepatu roda itu selalu menemani aktivitas Risma setiap hari. Gadis itu begitu lihai memainkan sepatu roda di kakinya. Dia meluncur dengan sangat indahnya di trotoar.
Pagi yang cerah, jalanan masih tampak lenggang. Namun, di sisi lain Risma benar-benar takut kalau dia sampai terlambat. Diliriknya kembali jam yang menempel di tangan kirinya.
"Sedikit lagi dan hampir sampai," ujar pelan dan masih fokus dengan mata menatap lurus ke depan. "Satu belokan lagi," sambungnya.
Namun, karena kelalaiannya terjadilah sebuah tabrakan yang tidak bisa dihindari oleh Risma.
BRUUKK!
Risma terjatuh di atas aspal. Gadis itu meringis kesakitan, tapi untung dia menggunakan pelindung di tubuhnya. Risma memang tidak pernah melupakan helm serta Deker Protector In line Sepatu Roda. Alhasil, Risma sama sekali tidak terluka.
Berbeda dengan pemuda yang ditabraknya. Dia tersungkur di atas aspal juga dan sepertinya dia sedikit terluka. Sudah bisa ditebak, pemuda itu langsung marah-marah tidak jelas.
"Hei, lu punya mata tidak sih? Lu harus tanggung jawab," pekik Kharis terlihat marah dengan mata melotot.
"Tanggung jawab apa?" balas Risma.
"Lu nabrak gue. Lihat nih!"Kharis menunjuk kulitnya yang terluka.
"Kenapa jadi gue yang disalahkan? Lu sendiri jalan pakai mata tidak?" Risma makin judes.
"Jelas-jelas lu yang nabrak gue sampai jatuh. Masih saja mau ngelak." Suara Kharis makin meninggi.
"Salah sendiri lu jalan di tengah-tengah. Hei ... orang kalau mau jalan itu di trotoar, bukan di tengah jalan. Apa karena jalanan sepi jadi lu jalan seenak jidat lu. Lu pikir ini jalan nenek moyang lu," bentak Risma.
"Sudah tahu salah malah nyolot!" Kharis makin naik pitam. Kharis menggulung lengan bajunya.
"Eh ... eh, lu mau apa?" teriak Risma sambil memasang kuda-kuda.
Namun, sebelum aksi itu terjadi, seseorang berteriak dan mengalihkan atensi mereka berdua.
"Woi bro!" teriak seseorang.
Kharis dan Risma menoleh ke arah datangnya suara tersebut.
"Di sini lu yang salah, bro. Cewek itu tidak bersalah. Kalau lu tidak percaya, itu ada CCTV," tunjuk pemuda tersebut. "Lu bisa memeriksa CCTV di sini biar lu percaya," imbuhnya.
Kharis mendongak ke atas melihat CCTV dengan lampu warna merah yang berkedip-kedip. Lalu dia mundur dan mengangkat tangannya.
"Okay," ucap Kharis. Kemudian tatapannya beralih pada Risma di depannya.
"Kali ini lu selamat. Lain kali jika kita bertemu lagi, gue akan membuat perhitungan dengan lu," ancam Kharis sambil menunjuk dengan jari telunjuknya.
"Whatever and I don't care!" Risma tersenyum mengejek, lalu dia menjulurkan lidahnya, dan memutar badannya. Setelah itu dia melesat meninggalkan Kharis yang sedang dalam keadaan dongkol.
"Huh ... dasar cewek sialan," seru Kharis menyepak angin di atas aspal. Mata Kharis terus menatap Risma yang mengayuh sepatu rodanya hingga hilang di belokan gang depan sana. "Kenapa hari ini gue sial terus?" gerutunya.
"Baju basah karena disiram orang yang tidak bertanggung jawab, dan ditabrak oleh cewek sialan," imbuh Kharis memegang jidatnya yang agak memar dan benjol.
Kharis melangkahkan kakinya kembali. Kali ini dia berjalan menyusuri trotoar dan tangannya masih memegangi keningnya, lalu beralih ke sikut.
"Sakit semua badan gue," rengek Kharis. "Sumpah ... kalau gue sampai ketemu dengan cewek itu lagi. Gue akan bantai habis si cewek sialan itu." Kharis menggerutu tidak jelas. "Agh ... benar-benar hari yang sangat sial!" umpatnya.
Kharis kembali menyepak sebuah batu kerikil berukuran lumayan yang ada di trotoar. Batu kecil yang dia sepak dan melayang mengenai sesuatu.
PYAAR!
Suara apa itu? Apakah Kharis akan mendapatkan masalah baru?
Warning 21+ mengandung adegan keras dan bahaya. Setting budaya barat. Selera global, harap bijak dalam membaca dan sesuaikan dengan umur. Keluarga Vallage mendapatkan warisan sebuah rumah di desa kecil di pelosok kota Nevada. Claire yang baru menyandang status janda membawa Bianca dan Lisa pindah ke rumah warisan tersebut. Namun, ternyata rumah itu membawa petaka buat keluarga Vallage. Sebuah teror menghampiri keluarga tersebut dan mengancam nyawa mereka. Bagaikan terperangkap di rumah warisan tersebut, mereka bertiga tidak bisa keluar dari rumah pembawa petaka. Bagaimanakah nasib mereka bertiga? Akankah mereka selamat atau nyawa mereka bertiga melayang?
Sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa Tuan dan Nyonya Van Willem membuat sepasang Kakak Beradik menjadi Yatim Piatu. Mereka berdua dibesarkan oleh pengasuh kepercayaan keluarga Van Willem. Setelah dewasa sang kakak menjadi satu-satunya penerus keluarga Van Willem, sedangkan sang adik diterima kerja di sebuah perusahaan ternama. Jalan cerita bermula ketika sang adik dipertemukan dengan seorang CEO muda yang kaya dan terkenal memiliki banyak wanita. Ternyata CEO muda itu adalah atasan di mana Irish bekerja. Masalah datang saat para mantan pacar dari CEO muda itu bermunculan. Serta salah paham terjadi di antara dua CEO muda. Tak hanya sampai disitu, lika-liku yang mendebarkan terselip di dalam kisah ini, nyawa pun menjadi taruhannya.
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Setelah malam yang penuh gairah, Viona meninggalkan sejumlah uang dan ingin pergi, tetapi ditahan oleh sang pria. "Bukankah giliranmu untuk membuatku bahagia?" Viona, selalu menyamar sebagai wanita jelek, tidur dengan om tunangannya, Daniel, untuk melarikan diri dari pertunangannya dengan tunangannya yang tidak setia. Daniel adalah sosok yang paling dihormati dan dikagumi di kota. Kabar tentang petualangan romantisnya beredar, beberapa mengatakan mereka melihatnya mencium seorang wanita di dinding dan yang lain menyebutnya gosip. Siapa yang bisa menjinakkan hati Daniel? Kemudian, yang mengejutkan, Daniel ketahuan membungkuk untuk membantu Viona mengenakan sepatu, semata-mata demi mendapatkan ciuman darinya!
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?