/0/5828/coverbig.jpg?v=0395cde95ff16848919f7947af20f7cc)
Seorang reporter mengalami penculikan karena berusaha mengungkap sebuah kasus suap di kepolisian pada kasus pelecehan seksual terhafap murid-murid berkebutuhan khusus di sekolah. Selama 60 hari berada di sana, Lyn--nama reporter berusia 23 tahun itu--berusaha melarikan diri, tetapi tidak bisa. Terlebih, selama mengalami penyekapan, dia mendapat perlakuan baik dari si penculik. Ada perasaan istimewa yang kemudian menghampiri keduanya. Perasaan itu membuat mereka tersiksa karena harus mengalami dilema. Si penculik dengan dilemanya memberikan kesaksian beserta bukti-bukti demi cinta ataukah menyingkirkan cintanya itu demi melindungi orang yang membayarnya? Juga Lyn, apakah akan memilih tetap kabur dan melaporkan semua temuannya? Ataukah lebih memilih menyembunyikan semua demi melindungi si penculik yang dicintainya?
Lyn membuka mata. Dilihatnya tembok-tembok yang mengelupas dengan langit-langit yang cukup rendah. Ruangan yang ditempatinya cukup sempit dan gelap. Tidak ada ventilasi di tempat itu. Pengap dan lembab dan ketika malam tiba, udara menjadi sangat dingin.
Mata Lyn tak mendapati apa pun selain kasur lusuh dan tas, serta peralatan wawancaranya. Kepalanya masih sangat pusing setelah beberapa saat yang lalu seseorang memukulnya hingga tidak sadarkan diri. Yang jadi pertanyaannya sekarang adalah di manakah dia saat ini?
Lyn mencoba berdiri. Dia berpegangan pada pinggiran kasur, lalu duduk di atasnya. Dipan yang didudukinya berbunyi karena sudah tua. Sejurus kemudian, Lyn mulai memgingat-ingat kembali apa yang telah terjadi.
Pikirannya berputar pada kejadian sekitar satu jam yang lalu, saat dirinya sedang berusaha mencari sebush informasi tentang seorang anak yang menjadi korban pelecehan seksual.
Di sebuah taman yang tak jauh dsri lapangan sekolah itulah, dia menghampiri seorang anak berusia tiga belas tahun yang menjadi saksi mata kasus pelecehan seksual yang diterima oleh sahabat karibnya.
Baru saja dirinya memulai pembicaraan dengan anak tunawicara tersebut, tiba-tiba seseorang memukul kepalanya dari belakang. Lyn tergeletak dan seketika pingsan. Dia bahkan tidak sempat melihat, siapa yang memukulnya kala itu.
Yang jelas, dengan pandangan kabur, dia melihat sosok lelaki berperawakan tinggi dan atletis, serta bertopi dan memakai masker, serta pakaian serba hitam. Dia juga melihat bocah tiga belas tahun itu akhirnya berlari pergi.
Baru saja dirinya memikirkan lelaki yang memukulnya, tiba-tiba terdengar suara kaki yang semakin mendekat. Lyn menarik napas, lalu mengembuskannya. Itu dilakukannya berulang-ulang sambil mencari-cari sebuah benda untuk menyerang siapa pun yang akan memasuki kamar itu.
Gadis berambut pixie itu kemudian mencari bubuk merica yang biasa dia bawa di tasnya dan bersembunyi di belakang pintu. Tak lama, pintu yang terbuat dari kayu itu berderit, tanda bahwa seseorang telah memasuki ruangan.
Lelaki bertopi hitam itu kemudian mencari-cari sosok perempuan yang dipukulnya menggunakan tongkat pemukul. Namun, dia tak menemukan perempuan itu. Hingga ketika lelaki berpakaian serba hitam itu menoleh, Lyn langsung melakukan serangannya. Secara spontan, gadis itu menghamburkan bubuk merica ke mata sang lelaki sehingga membuat lelaki itu berteriak-teriak kesakitan.
Kesempatan itu dipakai Lyn untuk kabur. Namun, dia tidak menyangka jika di lorong tempatnya berlari kini, ada seorang pria yang kira-kira berusia setengah abad, berkepala botak, dan berperut buncit sedang menunggunya.
Pria paruh baya itu menyeringai, seolah kemenangan berada di depan mata. Dengan cekatan, pria yang berprofesi sebagai kepala sekolah itu menangkap tubuh kurus Lyn dan menggendongnya kembali ke kamar.
Lyn memberontak, tetapi tenaganya tak lebih kuat dari pria berdaging tebal itu. Lyn pun sampai ke kamar gelap nan kecil itu lagi dan mendapat serangan bertubi-tubi dari dua pria menyebalkan itu.
Kepala sekolah berkepala botak itu mendudukkan Lyn di sebuah kursi kayu yang berada di pojok ruangan, sedangkan lelaki yang berpakaian serab hitam mengambil tali, lalu mengikat tubuh Lyn dengan tangan di belakang. Lyn kini tak bisa memberontak. Bahkan, untuk bergerak saja dirinya merasa kesusahan.
Sams, pria gemuk tadi menampar kepala Lyn hingga pelipis gadis berusia 23 tahun itu berdarah. Keringat bercucuran dari wajah dan tubuh gadis itu. Tubuh Lyn merasa sangat kesakitan, tetapi dia mencoba bertahan untuk tetap hidup.
"Lebih baik kau menghentikan ini wahai gadis muda, daripada kau mati!" ancam Pak Seno.
Ancaman pria itu tidak menbuat Lyn menyerah, justru dia makin gigih mempertahankan diri agar terbebas dari pria-pria jahanam yang terus menyiksanya.
"Kau harus tahu bahwa sampai mati pun ,aku tidak akan menyereh membuka kedok kalian karena kalian pantas dihukum! Camkan itu!"
"Wanita sialan!"
Untuk kesekian kalinya, pria bertubuh tambun itu menampar keras kepala Lyn dan membuat gadis yang beeprofesi sebagai reporter itu meringis kesakitan. Infin rasanya dia menangis untuk sedikit mengurangi rasa sakit yang diderita. Akan tetapi, dia mencoba untuk menahan tangisnya. Lyn sama sekali tidak mau terlihat lemah di mata para lelaki bajingan yang menculiknya ini.
Kini, Sams mendekati tubuh Lyn yang semakin lemah akibat beberapa tamparan yang diberikannya tadi. Pria itu mengangkat dagu Lyn, lalu mengancam untuk memutarbalikkan semua kesaksian jika memang dirinya berhasil ditangkap.
"Aku tahu kau memang memiliki kekuasaan untuk mengatur segala sesuatu dengan uang dan kekayaanmu, tetapi tidak dengan aku! Kau tidak akan visa menyuapku meski kau sangat ingin. Aku janji akan membuatmu sengsara, Tuan Sams!"
Suara bass dari Lyn membuat Sams sedikit bergidik. Terutama ketika pria itu melihat sorot mata dari seorang wanita yang diculiknya itu. Dia langsung perfi dari tempat itu dan meninggalkan Lyn yang masih duduk di kursi kayu itu dengan tubuh yang kesakitan.
"Kau sakit?" tanya pria berpakaian serba hitam itu
Lyn tidak menjawab. Dia justru menunduk dan tidak ingin melihat wajah pria jangkung yang ada di hadapannya.
"Tunggulah di sini! Jangan ke mana-mana! Aku akan mengambilkan makanan dan obat untukmu," ucap pria misterius itu.
Pria itu sebenarnya tidak tega melihat kondisi Lyn yang sangat mengenaskan. Pada beberapa bagian tubuh gaids itu memar dan berdarah. Sejak tadi, sang pria yang memakai pakaian serba hitam itu mencoba untuk tetap tega melihat hari berat yang dilalui oleh Lyn. Akan tetapi, lagi-lagi dia tak kuat. Bagaimana mungkin seorang pria normal akan kuat jika melihat seorang wanita disiksa? Namun, itulah konsekuensinya.
Sejak awal, tak ada satu pun wartawan yang mau mengirek kasus suap yang dilakukan oleh sekolah terbesar di tempat itu. Akan tetapi, berkat kabar dari salah satu teman wartawannya, Lyn akhirnya mencoba mengorek info suap dari beberapa saksi mata yang tahu akan kejadian itu.
Anehnya, saksi-saksi mata itu seolah-olah terbungkam. Mereka seperti.takur menyampaikan apa yang telah mereka sqksikan dengqn mata krpqla mereka sendiri sehingga Lyn sama sekali tak memiliki informasi yang berarti.
Lyn menduga bahwa Sams telah melakukan sesuatu hal yang sangat hina bagi orang-orang di sekitarnya. Menurut dugaan Lyn, Sams membungkam mulut-mukut karyawan dan semua guru dengan ancaman dan juga uang. Tal ada satu pun yang nersaksi melawan kejahatan Sams. Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang anak tunarungu secara tidak sengaja.
Lyn bertemu dengan anak yang beranjak remaja itu ketika dirinya sedang berjalan-jalan di sekolah. Anak itu menyendiri saat yang lainnya bermain bersama.
Sifat Lyn yang tidak sabaran, membuatnya menghampiri anak itu. Dia mengajak anak itu berbicara, lalu dengan bahasa isyarat, anak itu mengatakan bahwa dirinya adalah saksi dan juga korban dari kebiadaban seseorang yang berada di sekolah itu.
Lyn tidak tahu banyak tentang bahasa isyarat. Akan tetapi, dia seperti tidak kehabisan cara. Dia pun menuliskan apa yang ingin diketahuinya. Anak itu srmpat terdiam beberapa saat, hingga akhiirnya raut wajahnya berubah karena melihat sosok bertopi dan bertubuh tinggi besar memukul kepala bagian belakang Lyn.
Kini Lyn berada di ruangan saat pertama kali dirinya ditangkap. Perutnya terasa lapar dan tubuhnya melemah. Tenggorokannya terasa begitu kering larena sudah berjam-jam tak ada asupan cairan.
Lyn sedikit terperanjat ketika seseorang mengetuk pintu dan kemudian muncullah laki-laki bermasker dan bertopi hitam itu dengan sebuah nampan dorong yang berisi makanan utama dan minuman. Pria itu lalu mendatangi Lyn dan memberikan itu semua untuk Lyn.
"Makanlah! Aku tahu kau lapar dan haus. Aku tidak bisa membiarkanmu mati, sebab harus ada seseorang yang bisa menyampaikan sebuah kebenaran bagaimanapun caranya."
"Apa maksudmu?"
"Kau akan tahu maksudmu kalau kita telah mengenal dengan begitu banyak. Sekarang. makanlah agar kau tidak sakit!"
Pria msiterius melepas tali pengikat tubuh Lyn dan mempersilakan Lyn untuk makan.
"Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau membantuku?" tanya Lyn kepada pria yang baru saja memberikannya makanan beserta minuman.
"Namaku Josh dan mulai sekarang, aku yang akan merawatmu selama dalam masa penculikan."
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
BERISI BANYAK ADEGAN HOT! Rey pemuda berusia 20 tahunan mulai merasakan nafsu birahinya naik ketika hadirnya ibu tiri. Ayahnya menikah dengan wanita kembar yang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang molek. Disitulah Rey mencari kesempatan agar bisa menyalurkan hasratnya. Yuk ikuti cerita lengkapnya !!
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Yahh saat itu tangan kakek sudah berhasil menyelinap kedalam kaosku dan meremas payudaraku. Ini adalah pertama kali payudaraku di pegang dan di remas langsung oleh laki2. Kakek mulai meremas payudaraku dengan cepat dan aku mulai kegelian. “ahhhkkk kek jangannnhh ahh”. Aku hanya diam dan bingung harus berbuat apa. Kakek lalu membisikkan sesuatu di telingaku, “jangan berisik nduk, nanti adikmu bangun” kakek menjilati telingaku dan pipiku. Aku merasakan sangat geli saat telingaku di jilati dan memekku mulai basah. Aku hanya bisa mendesah sambil merasa geli. Kakek yang tau aku kegelian Karena dijilati telinganya, mulai menjilati telingaku dengan buas. Aku: “ahhkkk ampunnn kek, uddaahhhhh.” Kakek tidak memperdulikan desahanku, malah ia meremas dengan keras payudaraku dan menjilati kembali telingaku. Aku sangat kegelian dan seperti ingin pipis dan “crettt creettt” aku merasakan aku pipis dan memekku sangat basah. Aku merasa sangat lemas, dan nafasku terasa berat. Kakek yang merasakan bila aku sudah lemas langsung menurunkan celana pendekku dengan cepat. Aku pun tidak menyadarinya dan tidak bisa menahan celanaku. Aku tersadar celanaku sudah melorot hingga mata kakiku. Dan tiba2 lampu dikamarku menyala dan ternyata...
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.