Unduh Aplikasi panas
Beranda / Adventure / The Reporter 2
The Reporter 2

The Reporter 2

5.0
2 Bab
139 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Seorang reporter mengalami penculikan karena berusaha mengungkap sebuah kasus suap di kepolisian pada kasus pelecehan seksual terhafap murid-murid berkebutuhan khusus di sekolah. Selama 60 hari berada di sana, Lyn--nama reporter berusia 23 tahun itu--berusaha melarikan diri, tetapi tidak bisa. Terlebih, selama mengalami penyekapan, dia mendapat perlakuan baik dari si penculik. Ada perasaan istimewa yang kemudian menghampiri keduanya. Perasaan itu membuat mereka tersiksa karena harus mengalami dilema. Si penculik dengan dilemanya memberikan kesaksian beserta bukti-bukti demi cinta ataukah menyingkirkan cintanya itu demi melindungi orang yang membayarnya? Juga Lyn, apakah akan memilih tetap kabur dan melaporkan semua temuannya? Ataukah lebih memilih menyembunyikan semua demi melindungi si penculik yang dicintainya?

Bab 1 DICULIK

Lyn membuka mata. Dilihatnya tembok-tembok yang mengelupas dengan langit-langit yang cukup rendah. Ruangan yang ditempatinya cukup sempit dan gelap. Tidak ada ventilasi di tempat itu. Pengap dan lembab dan ketika malam tiba, udara menjadi sangat dingin.

Mata Lyn tak mendapati apa pun selain kasur lusuh dan tas, serta peralatan wawancaranya. Kepalanya masih sangat pusing setelah beberapa saat yang lalu seseorang memukulnya hingga tidak sadarkan diri. Yang jadi pertanyaannya sekarang adalah di manakah dia saat ini?

Lyn mencoba berdiri. Dia berpegangan pada pinggiran kasur, lalu duduk di atasnya. Dipan yang didudukinya berbunyi karena sudah tua. Sejurus kemudian, Lyn mulai memgingat-ingat kembali apa yang telah terjadi.

Pikirannya berputar pada kejadian sekitar satu jam yang lalu, saat dirinya sedang berusaha mencari sebush informasi tentang seorang anak yang menjadi korban pelecehan seksual.

Di sebuah taman yang tak jauh dsri lapangan sekolah itulah, dia menghampiri seorang anak berusia tiga belas tahun yang menjadi saksi mata kasus pelecehan seksual yang diterima oleh sahabat karibnya.

Baru saja dirinya memulai pembicaraan dengan anak tunawicara tersebut, tiba-tiba seseorang memukul kepalanya dari belakang. Lyn tergeletak dan seketika pingsan. Dia bahkan tidak sempat melihat, siapa yang memukulnya kala itu.

Yang jelas, dengan pandangan kabur, dia melihat sosok lelaki berperawakan tinggi dan atletis, serta bertopi dan memakai masker, serta pakaian serba hitam. Dia juga melihat bocah tiga belas tahun itu akhirnya berlari pergi.

Baru saja dirinya memikirkan lelaki yang memukulnya, tiba-tiba terdengar suara kaki yang semakin mendekat. Lyn menarik napas, lalu mengembuskannya. Itu dilakukannya berulang-ulang sambil mencari-cari sebuah benda untuk menyerang siapa pun yang akan memasuki kamar itu.

Gadis berambut pixie itu kemudian mencari bubuk merica yang biasa dia bawa di tasnya dan bersembunyi di belakang pintu. Tak lama, pintu yang terbuat dari kayu itu berderit, tanda bahwa seseorang telah memasuki ruangan.

Lelaki bertopi hitam itu kemudian mencari-cari sosok perempuan yang dipukulnya menggunakan tongkat pemukul. Namun, dia tak menemukan perempuan itu. Hingga ketika lelaki berpakaian serba hitam itu menoleh, Lyn langsung melakukan serangannya. Secara spontan, gadis itu menghamburkan bubuk merica ke mata sang lelaki sehingga membuat lelaki itu berteriak-teriak kesakitan.

Kesempatan itu dipakai Lyn untuk kabur. Namun, dia tidak menyangka jika di lorong tempatnya berlari kini, ada seorang pria yang kira-kira berusia setengah abad, berkepala botak, dan berperut buncit sedang menunggunya.

Pria paruh baya itu menyeringai, seolah kemenangan berada di depan mata. Dengan cekatan, pria yang berprofesi sebagai kepala sekolah itu menangkap tubuh kurus Lyn dan menggendongnya kembali ke kamar.

Lyn memberontak, tetapi tenaganya tak lebih kuat dari pria berdaging tebal itu. Lyn pun sampai ke kamar gelap nan kecil itu lagi dan mendapat serangan bertubi-tubi dari dua pria menyebalkan itu.

Kepala sekolah berkepala botak itu mendudukkan Lyn di sebuah kursi kayu yang berada di pojok ruangan, sedangkan lelaki yang berpakaian serab hitam mengambil tali, lalu mengikat tubuh Lyn dengan tangan di belakang. Lyn kini tak bisa memberontak. Bahkan, untuk bergerak saja dirinya merasa kesusahan.

Sams, pria gemuk tadi menampar kepala Lyn hingga pelipis gadis berusia 23 tahun itu berdarah. Keringat bercucuran dari wajah dan tubuh gadis itu. Tubuh Lyn merasa sangat kesakitan, tetapi dia mencoba bertahan untuk tetap hidup.

"Lebih baik kau menghentikan ini wahai gadis muda, daripada kau mati!" ancam Pak Seno.

Ancaman pria itu tidak menbuat Lyn menyerah, justru dia makin gigih mempertahankan diri agar terbebas dari pria-pria jahanam yang terus menyiksanya.

"Kau harus tahu bahwa sampai mati pun ,aku tidak akan menyereh membuka kedok kalian karena kalian pantas dihukum! Camkan itu!"

"Wanita sialan!"

Untuk kesekian kalinya, pria bertubuh tambun itu menampar keras kepala Lyn dan membuat gadis yang beeprofesi sebagai reporter itu meringis kesakitan. Infin rasanya dia menangis untuk sedikit mengurangi rasa sakit yang diderita. Akan tetapi, dia mencoba untuk menahan tangisnya. Lyn sama sekali tidak mau terlihat lemah di mata para lelaki bajingan yang menculiknya ini.

Kini, Sams mendekati tubuh Lyn yang semakin lemah akibat beberapa tamparan yang diberikannya tadi. Pria itu mengangkat dagu Lyn, lalu mengancam untuk memutarbalikkan semua kesaksian jika memang dirinya berhasil ditangkap.

"Aku tahu kau memang memiliki kekuasaan untuk mengatur segala sesuatu dengan uang dan kekayaanmu, tetapi tidak dengan aku! Kau tidak akan visa menyuapku meski kau sangat ingin. Aku janji akan membuatmu sengsara, Tuan Sams!"

Suara bass dari Lyn membuat Sams sedikit bergidik. Terutama ketika pria itu melihat sorot mata dari seorang wanita yang diculiknya itu. Dia langsung perfi dari tempat itu dan meninggalkan Lyn yang masih duduk di kursi kayu itu dengan tubuh yang kesakitan.

"Kau sakit?" tanya pria berpakaian serba hitam itu

Lyn tidak menjawab. Dia justru menunduk dan tidak ingin melihat wajah pria jangkung yang ada di hadapannya.

"Tunggulah di sini! Jangan ke mana-mana! Aku akan mengambilkan makanan dan obat untukmu," ucap pria misterius itu.

Pria itu sebenarnya tidak tega melihat kondisi Lyn yang sangat mengenaskan. Pada beberapa bagian tubuh gaids itu memar dan berdarah. Sejak tadi, sang pria yang memakai pakaian serba hitam itu mencoba untuk tetap tega melihat hari berat yang dilalui oleh Lyn. Akan tetapi, lagi-lagi dia tak kuat. Bagaimana mungkin seorang pria normal akan kuat jika melihat seorang wanita disiksa? Namun, itulah konsekuensinya.

Sejak awal, tak ada satu pun wartawan yang mau mengirek kasus suap yang dilakukan oleh sekolah terbesar di tempat itu. Akan tetapi, berkat kabar dari salah satu teman wartawannya, Lyn akhirnya mencoba mengorek info suap dari beberapa saksi mata yang tahu akan kejadian itu.

Anehnya, saksi-saksi mata itu seolah-olah terbungkam. Mereka seperti.takur menyampaikan apa yang telah mereka sqksikan dengqn mata krpqla mereka sendiri sehingga Lyn sama sekali tak memiliki informasi yang berarti.

Lyn menduga bahwa Sams telah melakukan sesuatu hal yang sangat hina bagi orang-orang di sekitarnya. Menurut dugaan Lyn, Sams membungkam mulut-mukut karyawan dan semua guru dengan ancaman dan juga uang. Tal ada satu pun yang nersaksi melawan kejahatan Sams. Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang anak tunarungu secara tidak sengaja.

Lyn bertemu dengan anak yang beranjak remaja itu ketika dirinya sedang berjalan-jalan di sekolah. Anak itu menyendiri saat yang lainnya bermain bersama.

Sifat Lyn yang tidak sabaran, membuatnya menghampiri anak itu. Dia mengajak anak itu berbicara, lalu dengan bahasa isyarat, anak itu mengatakan bahwa dirinya adalah saksi dan juga korban dari kebiadaban seseorang yang berada di sekolah itu.

Lyn tidak tahu banyak tentang bahasa isyarat. Akan tetapi, dia seperti tidak kehabisan cara. Dia pun menuliskan apa yang ingin diketahuinya. Anak itu srmpat terdiam beberapa saat, hingga akhiirnya raut wajahnya berubah karena melihat sosok bertopi dan bertubuh tinggi besar memukul kepala bagian belakang Lyn.

Kini Lyn berada di ruangan saat pertama kali dirinya ditangkap. Perutnya terasa lapar dan tubuhnya melemah. Tenggorokannya terasa begitu kering larena sudah berjam-jam tak ada asupan cairan.

Lyn sedikit terperanjat ketika seseorang mengetuk pintu dan kemudian muncullah laki-laki bermasker dan bertopi hitam itu dengan sebuah nampan dorong yang berisi makanan utama dan minuman. Pria itu lalu mendatangi Lyn dan memberikan itu semua untuk Lyn.

"Makanlah! Aku tahu kau lapar dan haus. Aku tidak bisa membiarkanmu mati, sebab harus ada seseorang yang bisa menyampaikan sebuah kebenaran bagaimanapun caranya."

"Apa maksudmu?"

"Kau akan tahu maksudmu kalau kita telah mengenal dengan begitu banyak. Sekarang. makanlah agar kau tidak sakit!"

Pria msiterius melepas tali pengikat tubuh Lyn dan mempersilakan Lyn untuk makan.

"Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau membantuku?" tanya Lyn kepada pria yang baru saja memberikannya makanan beserta minuman.

"Namaku Josh dan mulai sekarang, aku yang akan merawatmu selama dalam masa penculikan."

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 2 DEJA VU   05-17 09:47
img
1 Bab 1 DICULIK
14/05/2022
2 Bab 2 DEJA VU
14/05/2022
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY