/0/5726/coverbig.jpg?v=47962ebe10d508465dbdb7493d3d4755)
Sikap Luna berubah total ketika memergoki suaminya yang pamit kerja malah jalan sama wania dimasa lalunya. Ia cuek dan tidak peduli lagi dengan suaminya
"Mas, bisa tolong anterin aku belanja sebentar?" tanya Luna kepada suaminya, Arka.
"Aku sibuk, nanti mau bertemu klien diluar," jawab Arka dengan nada dingin.
"Tapi, Mas..."
"Jangan manja, belanja saja harus dianterin segala."
Selalu begitu, tidak pernah sekalipun Arka mau menemani istrinya belanja.
Dengan sedikit cemberut, Luna pergi dari hadapan suaminya.
Di dalam kamar dia menangis terisak, memikirkan, kenapa sampai saat ini suaminya selalu bersikap cuek dan dingin.
Pernikahan mereka memang bukan sebuah keinginan pribadi melainkan dijodohkan oleh orang tua Arka.
Pernikahan yang sudah menginjak hampir satu tahun lamanya itu tidak serta membuat Arka bisa bersikap baik terhadap istrinya itu.
"Kalau uang belanja kurang, kamu bisa minta kepadaku, nanti aku transfer," ucap Arka sebelum dia melangkah keluar.
"Aku tidak butuh uang banyak, aku hanya butuh waktumu," jawab Luna.
"Jangan kaya anak kecil, aku sibuk. Kerja juga buat kamu," jawab Arka.
"Buat aku? Sampai kamu melalaikan kewajiban kamu?" tanya Luna dengan tatapan tajam.
"Jangan mulai deh! Selama ini aku sudah menuruti apa yang kamu mau, apa itu masih kurang?"
"Apa aku di matamu hanya wanita penggila harta? Apa dengan uang banyak aku akan merasa bahagia?"
"Sudah, malas aku berdebat sama kamu. Aku mau keluar," ucap Arka sambil melangkah pergi.
Masih dengan perasaan hancur, Luna mengejar suaminya. Dia ingin sebuah kejelasan mengenai hubungan ini. Hatinya sungguh sangat sakit bila hadirnya tak pernah dianggap oleh suami.
"Mas, tunggu!"
Arka menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah istri. Dia menatap istrinya dengan tatapan dingin.
"Apa kamu mencintaiku?" tanya Luna.
"Pertanyaan konyol macam apa ini? Buang-buang waktuku saja," jawab Arka.
"Jawab, Mas!" ucap Luna dengan berlinang air mata.
"Jangan kaya anak kecil deh! Aku sibuk. Lagian tidak diantar belanja sampai kaya gini. Ah, sudah, jangan buang-buang waktuku dengan kelakuanmu ini."
Setelah mengatakan itu, Arka benar-benar pergi meninggalkan Luna.
💔💔💔
"Kamu hebat, kemana-mana sendiri tanpa ditemani suami," puji Oliv teman masa kecil Luna.
Luna hanya tersenyum, dia tidak menceritakan perihal sikap suaminya pada sahabatnya ini. Biarlah dia pendam sendiri semuanya. Terkadang, kalau mengingat semua itu, hati Luna semakin nyeri.
"Kenapa nangis, Lun? Apa ada masalah?" tanya Oliv panik saat melihat sahabatnya itu tiba-tiba saja menangis.
Luna hanya menggeleng lemah.
"Aku pulang dulu ya? Sepertinya lagi tidak enak badan," ucap Luna.
"Lah, katanya kita mau ke yayasan?" tanya Oliv.
Memang, hari ini Luna ingin berkunjung ke yayasan, dia adalah donatur tetap disana tanpa sepengetahuan suaminya.
Dengan melihat anak kecil, hati Luna selalu diliputi rasa bahagia, apalagi sampai sekarang di belum juga hamil.
Ntah kenapa Tuhan belum mempercayainya mempunyai anak yang keluar dari rahimnya.
"Lupa aku. Kita kesana sekarang saja," ucap Luna.
Oliv yang melihat perubahan pada diri sahabatnya itu ingin sekali bertanya, tapi dia urungkan. Selama ini Luna jarang sekali terbuka dengan urusan pribadi. Walaupun pembawaannya selalu ceria tak jarang tiba-tiba saja dia terlihat murung.
"Oliv! Kok melamun?" tanya Luna membuyarkan pikiran Oliv tentangnya.
"Iya-iya, kita berangkat sekarang," ucap Oliv sambil tersenyum.
💔💔💔
Langkah mereka terhenti saat melihat Arka tengah bersama seorang wanita. Mereka berjalan beriringan, terlihat sekali Arka begitu bahagia.
Siapa perempuan itu? Batin Luna. Karena dia tidak mau berandai-andai, dia segera menghampiri suaminya itu, tapi belum sampai mendekat, Luna sudah mendengar obrolan suaminya dengan perempuan itu.
"Aku tidak bisa kalau tidak memikirkanmu, setiap waktu, setiap saat, kepalaku selalu dipenuhi oleh bayang-bayangmu," ucap Arka.
Sesak, hanya itu yang dialami oleh Luna saat ini. Oliv yang melihat tak bisa berkata apapun. Lekas dibawa sahabatnya itu pergi, tapi langkah mereka terhenti karena tidak sengaja menabrak seseorang.
"Maaf," ucap Luna.
Sontak hal itu membuat Arka dan wanita disebelahnya menoleh.
"Luna!" ucap Arka saat menyadari kalau itu adalah istrinya.
Hanif tidak tahu apa alasan istrinya tiba-tiba saja meminta bercerai. Tak ada masalah masalah apapun, Tetapi istrinya meminta berpisah. Sampai pada akhirnya, istrinya mengungkapkan sesuatu, yaitu ungkapan hatinya yang mengatakan kalau Hanif tidak mencintainya. Hanif memang masih mencintai mantan kekasih yang saat in sudah tiada. Hanya saja ia tak tahu, dari mana istrinya tahu mengenai isi hatinya. Siapakah orang dibalik semua ini? Dan apakah Hanif akan melepaskan istrinya begitu saja karena memang tak ada rasa cinta?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
WARNING 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! AREA DEWASA! *** Saat kencan buta, Maia Vandini dijebak. Pria teman kencan butanya memberikan obat perangsang pada minuman Maia. Gadis yang baru lulus SMA ini berusaha untuk melarikan diri. Hingga ia bertemu dengan seorang pria asing yang ternyata seorang CEO. "Akh... panas! Tolong aku, Om.... " "Jangan salahkan aku! Kau yang memulai menggodaku!"
Megan dipaksa menggantikan kakak tirinya untuk menikah dengan seorang pria yang tanpa uang. Mengingat bahwa suaminya hanyalah seorang pria miskin, dia pikir dia harus menjalani sisa hidupnya dengan rendah hati. Dia tidak tahu bahwa suaminya, Zayden Wilgunadi, sebenarnya adalah taipan bisnis yang paling berkuasa dan misterius di kota. Begitu dia mendengar desas-desus tentang hal ini, Meagan berlari ke apartemen sewaannya dan melemparkan diri ke dalam pelukan suaminya. "Mereka semua bilang kamu adalah Tuan Fabrizio yang berkuasa. Apakah itu benar?" Sang pria membelai rambutnya dengan lembut. "Orang-orang hanya berbicara omong kosong. Pria itu hanya memiliki penampilan yang mirip denganku." Megan menggerutu, "Tapi pria itu brengsek! Dia bahkan memanggilku istrinya! Sayang, kamu harus memberinya pelajaran!" Keesokan harinya, Tuan Fabrizio muncul di perusahaannya dengan memar-memar di wajahnya. Semua orang tercengang. Apa yang telah terjadi pada CEO mereka? Sang CEO tersenyum. "Istriku yang memerintahkannya, aku tidak punya pilihan lain selain mematuhinya."
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"