Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Mari berpisah, Mas
Mari berpisah, Mas

Mari berpisah, Mas

5.0
11 Bab
3K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Hanif tidak tahu apa alasan istrinya tiba-tiba saja meminta bercerai. Tak ada masalah masalah apapun, Tetapi istrinya meminta berpisah. Sampai pada akhirnya, istrinya mengungkapkan sesuatu, yaitu ungkapan hatinya yang mengatakan kalau Hanif tidak mencintainya. Hanif memang masih mencintai mantan kekasih yang saat in sudah tiada. Hanya saja ia tak tahu, dari mana istrinya tahu mengenai isi hatinya. Siapakah orang dibalik semua ini? Dan apakah Hanif akan melepaskan istrinya begitu saja karena memang tak ada rasa cinta?

Bab 1 Mari berpisah

"Mari berpisah, Mas," ucap Tania pada suaminya saat mereka tengah menikmati makan malam.

Sedangkan Hanif tersentak kaget dengan ucapan istrinya. Tidak ada masalah apapun kenapa istrinya tiba-tiba meminta bercerai.

"Kamu kenapa?" tanyanya sambil menatap tajam ke arah istrinya. Tania yang ditatap seperti itu seketika menundukkan pandangannya dan menyembunyikan tangisannya.

"Tania?" ucap Hanif lembut sambil memegang tangan Tania.

"Selama kita menikah, aku baru tahu kalau kamu tidak pernah mencintaiku. Hatimu sudah terikat dengan almarhum Mbak Murni," ucap Tania.

"Kamu tahu darimana?" tanya Hanif yang sedikit kaget dengan ucapan istrinya. Sebab selama ini ia tidak pernah menceritakan pada siapapun, bahkan ia juga tidak menulis apapun di buku.

"Kamu tidak perlu tahu. Intinya, aku tidak mau hidup sebagai bayang-bayang Mbak Murni," ucap Tania sambil menatap lekat ke arah Hanif.

Pipinya kini basah dan masih terlihat sisa air mata di sana.

"Maaf," ucap Hanif.

"Tak perlu meminta maaf, karena di sini kamu tidak bersalah."

"Apa tidak ada jalan lain selain perpisahan?" tanya Hanif sambil menatap istrinya. Istrinya yang ia nikahi dua tahun lalu dan sampai sekarang belum dikaruniai anak.

"Maaf, Mas. Aku tidak bisa hidup bersama lelaki yang tidak mencintaiku. Aku wanita normal, selain mencintai aku juga ingin dicintai," jawab Tania.

Alasan yang masuk akal, tetapi hati tak bisa dipaksakan. Adapun untuk berpisah, rasanya sangat sulit, selama ini Hanif sangat bergantung pada Tania.

Bukan karena Hanif tidak bekerja, tetapi ia tidak bisa melakukan semuanya sendiri.

"Kamu mau kemana, Tania?" tanya Hanif saat melihat istrinya pergi dan tidak melanjutkan makannya.

"Aku akan bersiap untuk pergi dari sini," jawab Tania.

"Apa tidak bisa ditunda besok?" tanya Hanif.

Tania sedikit tersentak, walau kata iya dari permintaannya untuk berpisah belum dijawab, tetapi ucapan suaminya barusan telah membuktikan kalau Hanif menyetujui perpisahan ini.

Walau bagaimanapun perpisahan tetaplah sakit.

"Baiklah, aku cuma mau beres-beres dulu."

"Lanjutkan makan, nanti saja beres bajunya," ucap Hanif.

Tania mengangguk, lalu ia kembali duduk dan menyantap makannya dengan tidak berselera.

Suasana di ruang makan terasa hening, hanya ada suara sendok yang beradu dengan piring.

Tania cepat-cepat menghabiskan makannya lalu membawa piring kotornya ke dapur.

Sedangkan Hanif sendiri terpaku melihat istrinya pergi.

Ia tidak menginginkan perpisahan ini tetapi ia tidak bisa memaksakan cinta.

Murni tidak bisa digantikan oleh siapapun, saat ini itulah yang Hanif rasa.

***

"Aku tidur di kamar sebelah," ucap Tania sambil melangkah pergi setelah memasukkan semua bajunya ke dalam koper.

"Kenapa? Saat ini kamar ini masih milikmu," ucap Hanif secara tidak langsung menahan istrinya.

Jujur saja, ia belum sanggup ditinggal Tania, tetapi bibirnya terasa kelu untuk sekedar menahan kepergian istrinya.

"Kamu benar, Mas. Tetapi mulai besok, kamar ini bukan lagi milikku."

"Tania."

"Ya..."

"Kamu beneran mau berpisah?" tanya Hanif lembut.

"Sepertinya sesuatu yang tepat, karena pernikahan kita tidak ada cinta."

"Kalau aku bilang, aku mencintaimu, apa kamu akan percaya?"

Tania tertawa mendengar ucapan suaminya.

"Jangan kaya gini, kamu malah membuatku merasa berat dengan perpisahan ini," ucap Tania.

Suasana kembali hening, tetapi tidakkah ia tahu kalau Hanif juga merasa berat.

Hidup bersama selama dua tahun bukanlah waktu yang singkat, walaupun tidak ada cinta di mata Hanif, tetapi selama dua tahun ini hubungan mereka baik-baik saja, tidak konflik yang memberatkan.

Hanif sendiri memerankan perannya sebagai seorang suami dengan sangat baik, bahkan orang lain yang melihat mereka berdua keluarga yang bahagia. Sampai-sampai Tania sendiri mengira Hanif sangat mencintainya.

Tetapi semua itu harus sirna ketika Tania tak sengaja mengetahui isi hati suaminya selama ini.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY