Unduh Aplikasi panas
Beranda / LGBT+ / Cinta Sang Ladyboy
Cinta Sang Ladyboy

Cinta Sang Ladyboy

4.9
84 Bab
19.9K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Vanya adalah seorang ladyboy, langsing, berkulit putih mulus, dan sangat sexy. Keberadaannya selalu menjadi ancaman bagi wanita tulen karena pesonanya yang terlalu mematikan. Setiap pria yang melihat Vanya akan mendambakan sentuhannya. Suatu malam dia hangout di night club bersama teman-teman wanitanya. Vanya bertemu dengan Ricardo Esteban, pria bule bermata biru yang hot as hell. Hal yang ingin dia lakukan adalah melemparkan dirinya ke pria ganteng itu. Sayangnya ... apakah Richie akan menerima kondisi Vanya yang tak sempurna? Pesona Vanya saat berjoget sebagai sexy dancer di atas panggung membuat Peter Hallmark, crazy rich properti asal New York tergila-gila kepadanya. Kenyataan bahwa Vanya seorang ladyboy, justru membuat Peter semakin terobsesi mengejar Vanya. Don Salvatore Mazzerano, penguasa dari keluarga mafioso Italia paling berpengaruh di New York melihat dan terperangkap dalam aura kejelitaan Vanya. Akankah hasrat untuk menjadikan Vanya sebagai wanita seutuhnya bisa diwujudkan oleh sang Godfather? Talentanya sebagai make up artist profesional membawa petualangan Vanya melintasi berbagai kota-kota pusat mode di dunia, menjadi korban human trafficking, menjalani masa-masa gelap perbudakan, dan berjuang untuk bertahan hidup. Mampukah Vanya menemukan cinta sejatinya?

Bab 1 Vanya Bukan Valdo

Vanya itu nama barunya sesudah berubah halauan menjadi 'kaum hempas manja'. Di akte kelahiran dan KTP miliknya tertulis Rivaldo Anggara, seharusnya dia bangga dengan nama keren berkesan ganteng yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Namun, dia menemukan jati dirinya sebagai seorang perempuan di usia 18 tahun usai lulus SMA.

Mama papa larang, tapi ini hidup Vanya dan hanya Vanya yang tahu apa yang dia inginkan. Setiap melihat cermin, dia ingin dirinya menjadi cantik sempurna selayaknya seorang wanita dan bukan cowok cantik model-modelan Kpop yang memang lagi hits di zaman now.

Dia tidak melanjutkan kuliah selepas lulus SMA, Vanya membuka salon kecantikan yang dimodali oleh papanya yang mulai bisa menerima keadaan anaknya yang miring dan bengkok yang sudah melewati batas tak bisa diluruskan lagi.

Itu bukan salon plus-plus esek-esek yang marak di berbagai kota, Vanya membuka salon kecantikan profesional yang murni untuk perawatan kecantikan karena dia cinta dengan kecantikan ragawi, kliennya pria dan wanita. Salon itu sudah berdiri sejak 3 tahun lalu dan pelanggan salonnya puas dengan hasil pekerjaan Vanya dan timnya.

Pagi ini adalah jadwal rutin suntik hormon estrogen dan progesteron untuk Vanya. Dia duduk di ruang tunggu sebuah rumah sakit ternama di Jakarta , menunggu gilirannya dipanggil masuk ke ruang periksa pasien.

Dokter spesialis, tempat dia berlangganan itu namanya Dokter Aldi, nama lengkapnya Dokter Reynaldi Nugraha. Dokter Aldi masih muda dan ganteng sih, dan dia itu sedikit genit, tipe-tipe 'buaya air' yang diam-diam menghanyutkan.

"Pasien atas nama Rivaldo Anggara silakan masuk ke ruang periksa," panggil suster jaga di praktik Dokter Aldi.

Vanya seolah sudah terbiasa karena memang itu namanya di KTP. Dia pun melenggang dengan santai masuk ke ruang periksa diikuti tatapan penasaran pasien lain dan bisik-bisik yang dia abaikan.

"Ehh bencong ..."

"Banci ya?"

"Cewek jadi-jadian?"

Dalam hati Vanya menjawab gemas, "Please deh, gue ini ladyboy berkelas bukan bencong apa banci yang bawa kicik-kicik ngamen di perempatan!" Dia menghempaskan rambut panjang ikalnya yang berwarna pirang kecoklatan sebelum masuk ke ruang periksa Dokter Aldi.

Di dalam ruang periksa itu, Dokter Aldi yang ganteng duduk bersandar di kursi kerjanya dan menggoyang-goyangkan kursinya itu pelan sembari menyunggingkan senyum ala buaya air-nya yang khas menatap Vanya dengan lapar.

"Pagi, Dok," sapa Vanya mengabaikan tatapan panas si dokter ganjen lalu duduk di kursi pasien di seberang meja dokter.

"Pagi, Vanya Sayang. Sudah jadwalnya suntik hormon lagi ya? Mas Dokter kangen nih nggak ditengokin berbulan-bulan," balas Dokter Aldi sembari menggoda Vanya.

"Ehemm ... ehemm ... kangen sama ladyboy cakep ya, Mas Dokter?" jawab Vanya dengan nada dingin, dia tidak takut dengan keganjenan Dokter Aldi karena hanya sekedar godaan ringan yang tidak menjurus ke arah seksual. Setiap dokter harus menjaga kode etiknya.

"Bobo dulu yuk di bed pasien, Mas Dokter mau nyuntik kamu, Cantik," ujar Dokter Aldi yang mengandung makna ganda.

Vanya cekikikan geli mendengarnya sambil membatin, 'Ngarep boleh-boleh aja kok, Mas Dokter ...' Dia pun berjalan ke bed pasien lalu berbaring dengan santai.

"Mas suntik sekarang ya, Van, tahan sakit sedikit. Kalau mau nangis boleh, nanti Mas belai biar sakitnya hilang," ujar Dokter Aldi sambil modus seperti biasanya.

"Suntik aja, Dok. Vanya tahan banting kok!" jawab Vanya dengan santai sambil berbaring di bed pasien dengan Dokter Aldi duduk di tepi ranjang itu.

"Aahh masa? Mau dong ngebanting kamu, Say," balas Dokter Aldi dengan wajah tampannya yang mesum.

Vanya geregetan dan mengeluarkan suara maskulinnya, "Gggrrrr cepetan dong, Dok!"

Dokter Aldi malah terkekeh mendengar suara laki-laki dari Vanya. Diapun menyuntik lengan kiri Vanya dengan spuit 3cc berisi hormon estrogen dan progesteron dengan cekatan.

"Nah selesai, Vanya Sayang. Ini kenapa jadi galak ya sekarang sama Mas Dokter?" goda Dokter Aldi lagi sambil membantu Vanya bangun dari bed pasien.

Vanya duduk sembari menatap si dokter ganjen dengan mata cokelatnya yang indah, sementara tangan Dokter Aldi memegangi kedua lengan atas Vanya. 'Mau apa nih si dokter ganjen?' batinnya curiga.

"Nyosor dikit boleh dong, Say?" ucap Dokter Aldi lalu mengecup bibir ranum Vanya yang berbalut liptint strawberry warna merah muda.

Ketika Dokter Aldi menyudahi ciumannya di bibir Vanya, dia tersenyum dan berkata, "Makasih ya, Van, bonusannya mantap."

Vanya menghela napas dalam-dalam dan mencebik. "Dokter Aldi sukanya nyosor, memang boleh sama pasien begini?!" tanyanya.

"Cuma sama kamu aja, Cantik. Coba kamu cewek beneran pasti udah kujadiin istri," jawab Dokter Aldi dengan tatapan penuh kekaguman ke wajah Vanya.

Vanya menusukkan telunjuk tangan kanannya ke dada Dokter Aldi sembari berkata, "Aku cewek jadi-jadian juga nggak mau sama Mas Dokter." Vanya menjulurkan lidahnya pada Dokter Aldi.

Dokter Aldi pun tertawa berderai menanggapi tingkah imut Vanya yang menolaknya mentah-mentah. Dia tidak bisa menikah dengan wanita kw alias transgender, keluarga besarnya pasti akan menentangnya habis-habisan apalagi dia putera tunggal dan sulung di keluarganya.

Vanya turun dari bed pasien lalu duduk lagi di kursi pasien berhadapan dengan Dokter Aldi.

"Dok, minta diskon ya? Tadi 'kan sudah dapet kiss dari Vanya," pinta Vanya seraya tersenyum mengedipkan sebelah matanya dengan genit pada Dokter Aldi. Biaya konsultasi dengan Dokter Aldi memang agak mahal bisalah dapat satu pasang sepatu Gosh yang imut.

"Hmmm ... boleh, kalau mau kukasih gratis biaya konsul, kamu ke sini dulu," ujar Dokter Aldi menepuk-nepuk pahanya dengan tatapan mesum.

Vanya pun mendengkus sembari memutar bola matanya. Dia menimbang-nimbang apakah worthed digrepe-grepe si dokter ganjen ditukar dengan sepasang sepatu Gosh. Akhirnya, dengan berat hati Vanya melangkahkan kakinya ke arah Dokter Aldi.

Tangan Dokter Aldi meraih pinggang Vanya lalu menariknya ke pangkuannya. Bibirnya menyusuri leher jenjang Vanya yang beraroma parfum LV mewah. "Vanya, andai kamu cewek tulen ... Mas suka banget sama kamu," gumam Dokter Aldi sambil meremas-remas bulatan padat di dada Vanya yang diimplan di Korea Selatan.

"Mas, berisik deh ... udah tahu aku cewek kw masih ngarep kalau aku cewek tulen. Jatahnya pas bayi dikirim dari surga tuh aku cowok, tapi jiwaku cewek, Mas," balas Vanya dengan cuek bersandar di dada bidang si dokter ganjen.

Pria itupun terkekeh lalu menyudahi tingkah mesumnya pada Vanya. "Yuk udahan, Van. Kasihan pasien di luar yang nunggu giliran mereka." Tangannya sempat meremas bokong semok Vanya yang terbalut celana skinny jeans ketika dia bangkit dari pangkuan pria itu.

"Aaaww nakal!" seru Vanya terkejut.

Dokter Aldi tersenyum mesum menatap Vanya yang duduk lagi di hadapannya. Dia lalu menulis rekening tagihan pemeriksaan dokter untuk Vanya. Dia tetap menuliskan biaya konsultasinya, tetapi mengeluarkan dompet tebal dari saku belakang celana jinsnya. Dia mencabut 4 lembaran uang merah lalu menyerahkannya ke hadapan Vanya.

"Ini buat bayar biaya konsultasinya, Van, sesuai kesepakatan kita tadi. Nggak mungkin aku kosongin, nanti pihak rumah sakit curiga. Anyway, bodi kamu bikin ngiler, Van, mantep buat dipegang," ujar Dokter Aldi seraya terkekeh.

"Makasih Mas Dokter, Vanya pamit dulu ya. Buruan cari istri daripada godain Vanya melulu ntar lama-lama ikutan bengkok. Ahahaha ...," seloroh Vanya seraya tertawa dengan suaranya yang mendayu-dayu lalu melangkah keluar dari ruang praktik Dokter Aldi.

Pasien yang menunggu di ruang tunggu menatap Vanya dengan kesal karena dia lama sekali berada di dalam ruang periksa. Vanya mengacuhkan mereka dan berjalan melenggak-lenggokkan bokongnya yang seksi dengan santai menuju ke bagian administrasi rumah sakit itu.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 84 Love Is Not For SALE (The END)   02-15 10:37
img
5 Bab 5 Dirty Dancing
06/05/2022
7 Bab 7 Menguntit Vanya
06/05/2022
8 Bab 8 Aku Bukan Germo
06/05/2022
12 Bab 12 I'm A Shemale
07/05/2022
13 Bab 13 Terbucin-bucin
07/05/2022
22 Bab 22 Lemas
10/05/2022
26 Bab 26 Cenat Cenut
11/05/2022
32 Bab 32 We are DONE!
13/05/2022
33 Bab 33 Ohhh ...!
14/05/2022
34 Bab 34 Identity
14/05/2022
37 Bab 37 Sewot
14/05/2022
38 Bab 38 Burning Night
15/05/2022
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY