/0/5309/coverbig.jpg?v=318edda748a512baafbab30c446567be)
Bulan dipenuhi dengan kesedihan dengan derita darah. Cahaya merahnya membias di muka bumi untuk satu abadi. Kapankah tangis suaraku terdengar di malam ini terdengar olehmu, sementara aku berjuang untuk bertarung dan mempertahankan kewarasanku? *** "Aku masih membenci setiap jejak yang tertinggal dari masa laluku, dan sekarang kamu mau menjadi bagian dari kebencianku?" tanyanya kepadaku. Aku terdiam. Tidak satu patah kata bisa keluar. Atmosfer yang dia ciptakan mencekikku. "Kala pertemuan pertama kita tempo kemarin, hatiku berkata ada sesuatu yang beda. Kini, bagiku, satu suatu itu seakan porak poranda masa lalu," ucapnya lemah. Dia menggelengkan kepala. "Tapi, dikau tak berkata apapun kala itu, hanya anggukan yang memancing murka diri. Namun, dikau telah merahasiakan paduka. Sekali ini, aku perkenan semua kembali dalam bayangan," komentarnya, "terima kasih." "Terima kasih," balasku pula. Rasanya sesak. Hanya itu yang bisa terucap dari lidahku. Entah kenapa, hubungan kami yang baru dimulai, perkenalan singkat yang berbeda ini, sudah diambang kehancuran.
"Fokus!" Sebuah hentakan keras dari laki-laki yang berusia senja itu mengejutkan ratusan mahasiswa baru dan mahasiswa lama yang berada di ruangan itu. Perhatian mereka yang sebelumnya terpencar ke berbagai penjuru, beralih ke sumber hentakan.
"Saya tidak suka kalau kalian main-main! Fokus atau keluar dari ruangan ini!" teriakan bernada tinggi itu keluar dari mulut laki-laki berusia senja itu. Seorang perempuan di antara ratusan mahasiswa baru itu berzikir pelan, menenangkan diri dari efek kejut itu.
"Saya di sini hanya mengingatkan seperti tahun-tahun sebelumnya. Jika kalian meremehkan praktikum pemograman ini, kalian akan menyesal! Kami punya mahasiswa yang gagal lulus karena praktikum ini, jadi jangan diremehkan!" teguran lantang beliau itu di dengarkan dengan seksama oleh ratusan mahasiswa yang akan menjadi peserta praktikum pemograman, sebuah praktikum wajib untuk ditunaikan sebagai syarat kelulusan kuliah pemograman dan kuliah kompetensi teknologi elektro dan informatika.
"Asisten!" teriak beliau lagi. Mahasiswa yang memakai baju khusus laboratorium mereka semua langsung menghadap kepada bapak itu, "jika mereka melanggar peraturan praktikum, segera laporkan kepada saya! Saya akan pastikan nilai mereka E di mata kuliah pemograman!"
Seluruh mahasiswa baru hanya diam hening, Sebagian menelan air liur mereka untuk mengurangi rasa tegang dan takut. Salah seorang asisten laki-laki segera memberikan jawaban.
"Siap Pak Arianto. Akan kami pastikan semuanya lancar," ucap laki-laki yang di pakaian laboratorium berwarna biru dongker yang dia kenakan terdapat tulisan Legendaria.
"Baiklah. Sekian dulu dari saya. Asisten, ambil alih dari sini!" perintah Pak Arianto. Beliau lalu turun dari podium di ruangan itu dan berbisik kepada beberapa asisten sebelum meninggalkan ruangan. Entah apa pesan yang beliau sampaikan kepada para asisten.
Setelah beliau keluar, seorang asisten perempuan segera naik ke podium dan mengaktifkan proyektor. Tulisan Smile.Princess terlihat rapi di pakaiannya. Asisten lainnya menyebar di seluruh ruangan, mengelilingi para calon praktikan, mereka yang menjadi peserta praktikum.
"Saya akan bacakan peraturan selama praktikum dasar pemograman. Harap diperhatikan dengan seksama dan siapkan catatan kalian. Saya hanya akan membacakan seluruh ini peraturan sebanyak satu kali," ucap perempuan itu. Semua peserta praktikum menyiapkan kertas catatan mereka. Perempuan itu lalu menyebutkan satu per satu peraturan yang harus dipatuhi praktikan, apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum, saat, dan sesudah praktikum, serta sanksi untuk pelanggaran selama praktikum. Semua mahasiswa mencatat dengan seksama.
"Demikian semua peraturan, ada yang ditanyakan?" tanya perempuan itu. Tidak ada yang menaikkan tangannya, sehingga perempuan itu menyimpulkan tidak ada yang ditanyakan.
"Baiklah. Karena tidak ada yang ditanyakan, saya cukupkan."
Setelah pertemuan selama satu jam yang menegangkan itu, semua mahasiswa membubarkan diri dari ruangan tersebut. Mahasiswa baru langsung menuju ke papan pengumuman laboratorium X-106. Di sana, mereka mencari nama anggota kelompok mereka serta asisten yang akan membimbing mereka selama praktikum.
Salah seorang perempuan berjilbab hitam tampak sibuk mencari namanya yang dia temukan di daftar kelompok di sana. Perempuan lain di dekatnya yang memakai jilbab merah maroon menyapa temannya yang terlihat kebingungan itu.
"Zihan! Zihan!" teriaknya. Perempuan berjilbab hitam yang bernama Zihan itu segera menuju ke tempat yang memanggilnya.
"Ada apa, Riris?" tanya Zihan. Temannya yang dipanggil Riris itu langsung memeluk dirinya. Zihan tampak sedikit terkejut.
"Kita sekelompok Zih!" teriak temannya itu girang. Zihan tampak tidak percaya, namun tangan temannya yang mengarah ke salah satu kertas di papan membuatnya senang.
Shadox [kontak]
Karim Hakim (7)
Chen Da (5)
Anastasia von Annika (3)
Daniel Anton (3)
Zihan Azizah (1)
Haris Rahma (1)
Alsya Nuraini (1)
Haris Mustaqim (1)
Alif Muttaqien (1)
"Sama Alsya juga," ucap Riris senang. Zihan juga tersenyum. Tiga sekawan semenjak SMA, Zihan, Riris, dan Alsya, kembali dipertemukan sebagai satu kelompok di praktikum perdana kuliah mereka. Melihat lebih lengkap nama yang ada, Zihan menyadari sesuatu yang salah.
"Sebentar, asisten kita Shadox ya?" tanya Zihan. Riris mengangguk. Zihan tampak berpikir sejenak. Dia pernah mendengar nama itu sebelumnya, tetapi lupa dimana.
"Ada apa dengan Shadox?" tanya Riris. Zihan menggelengkan kepalanya. Bagi Zihan, itu hanya perasaannya saja bahwa dia mengenal nama alias itu. Zihan lalu menatap ke arah Riris.
"Ayo, kita pulang dulu. Aku akan hubungi Alsya juga. Untuk kakak-kakaknya mungkin nanti bisa kita cari," komentar Zihan. Riris mengangguk setuju dan mereka berdua pergi dari tempat itu.
Sementara itu, beberapa asisten yang menyaksikan mahasiswa berkerumun di depan laboratorium mereka hanya menggelengkan kepala. Salah satu asisten laki-laki yang dipakaiannya bertulisan Faux_Wave memberikan komentarnya.
"Sepertinya mereka bersemangat sekali ya. Gak boleh kalah sama maba, ya kan, Shadox?" komentar laki-laki itu dengan nada bertanya seraya menepuk pundak temannya yang sedang fokus. Laki-laki yang ditepuk pundaknya itu mengabaikan gangguan yang menurutnya menjengkelkan itu.
"Eh, lagi fokus ya? Maaf Dox," ucap laki-laki itu.
"Mas Faux, mohon jangan diganggu Mas Shadox," pesan laki-laki dengan kode nama Legendaria.
"Siap bos." Pesan itu dibalas dengan lantang dan laki-laki yang sedang fokus dengan pekerjaannya itu.
"Menyebalkan," gumam laki-laki dengan kode nama Shadox itu. Dia kembali mengerjakan pekerjaannya. Dia lalu menarik nafas.
"Ini masa praktikum lagi ya? Sudah ketiga kalinya. Entahlah. Rasanya melelahkan."
“Kenapa bengong, Mas Karim?” tanya Shifa dengan lekuk tubuhnya menyentuh tubuh Karim. Karim bisa gila menyaksikan tubuh Shifa di depannya seperti ini. Dia telah terperangkap dengan bidadari terlarang. Shifa Sakinah memutuskan untuk menutup masa lalunya, tetapi karena situasi menekannya hingga dia tidak memiliki pilihan, dia akhirnya menunjukkan sisi gelapnya ke hadapan asisten praktikumnya. Karim Zahid tidak menduga bahwasanya mahasiswi baru bernama Shifa Sakinah justru menjebak dirinya dalam sebuah permainan cinta dan nafsu yang memabukkan dan mengubah kehidupannya selama ini.
WARNING! 21+ "Aku membenci seluruh sikap jahatmu padaku. Tapi, perlahan, rasa ingin selalu bersama itu tumbuh dan aku takut kehilanganmu." -Citra "Aku bernafsu memilikimu, tapi tidak lebih daripada untuk memperbudakmu. Perlahan, rasa ingin menjaga dan melindungi menguasaiku. Dan sekarang, aku tidak ingin kehilangan dirimu." -Azhar Kita adalah rasa yang tepat, di waktu yang salah.
“Kenapa Kakak justru mengkhianatiku!” Air itu jatuh dari mata perempuan berusia 17 tahun itu. Kakak yang dia percayai tentang semua isi hatinya, justru pergi jalan-jalan bersama laki-laki yang dia sukai. “Ini tidak seperti yang kamu lihat!” bantah perempuan berusia 21 tahun itu. Laki-laki berusia 21 tahun yang menyaksikan keributan yang menyaksikan dua temannya ribut itu hanya bisa menepuk kepalanya. Dia tidak berpikir masalah ini akan sampai pada tahap ribut seperti sekarang. “Kenapa!? Aku kira Kakak tulus!” bentak perempuan 17 tahun itu kepada figur yang telah dia anggap sebagai kakaknya sendiri. Seorang perempuan 18 tahun menahan temannya sebelum sebuah pukulan lepas dari tangan temannya itu mendarat pada figur kakaknya sendiri.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men