Novel ini berisi tentang petualangan geng bernama The Nafis, dalam petualangannya mereka akan memecahkan berbagai kasus, dari yang termudah hingga yang tersulit. tak hanya sampai disitu mereka juga akan membongkar mitos-mitos palsu yang dianggap meresahkan untuk masyarakat luas.
Sabtu 17 September 2011, pukul 07.00, Universitas Karya Sastra, Yogyakarta.
Hari ini para mahasiswa dan mahasiswi baru dari Universitas Karya Sastra akan mengadakan acara OSPEK. Uniknya, Kampus ini memiliki tradisi untuk menyelenggarakan OSPEK di luar area kampus, dan kini bumi perkemahan Wedian lah yang dipilih menjadi tempat diselenggarakannya. Tempatnya terletak tepat dibawah kaki gunung Selatan yang cukup jauh dari kampus, mungkin sekitar tiga atau empat jam waktu tempuh.
Alan yang khawatir kesiangan berinisiatif untuk begadang semalaman agar bisa tiba lebih awal, dan sebagai penggantinya dia berencana untuk tidur total selama dalam perjalanan.
Sedikit tentang Alan, adalah manusia yang slengean banget, namun kapasitas otaknya masuk dalam golongan jenius, konon IQnya hampir menyentuh angka 180. Walaupun postur badannya bisa dibilang kurus dan tidak terlalu tinggi, tetapi dia ahli dalam bela diri capoeira.
Alan yang sudah menaiki bus bergegas menempati tempat duduknya, dan tanpa pikir panjang dia segera menjalankan apa yang sudah di rencankan dari semalam. Dengan sedikit mencari posisi ternyaman, lalu dia memejamkan matanya yang sudah begitu berat. Dengan keadaan bus saat itu masih kosong, sedangkan Alan orang pertama yang berada di situ, cukup mudah baginya untuk bisa tidur cepat.
Namun ketika Alan sedang khusu-khusunya menikmati tidur tiba-tiba ... Plakkkkk! bahunya ditepuk dengan kencang. "Setaann!" sontak Alan terkejut. Terbangunnya Alan secara tidak hormat, disambut riuh gelak tawa dari teman-temannya yang sudah berada didalam bus.
"Yeee,, dia tidur, emang dirumah nenek? Ha ha ha", ledek seseorang yang tiba-tiba duduk disampingnya. Alan yang kesal langsung menoleh kearahnya. Ternyata dia adalah Noval, pelaku tunggal yang membangunkan Alan secara tidak hormat.
Noval ini adalah teman pertama Alan di kampusnya, begitupun sebaliknya Alan juga merupakan teman pertamamya. Dia sangat hobi hiking, sudah puluhan gunung yang berhasil dia daki termasuk gunung Jayawija. Memiliki postur tubuh atletis dengan tinggi 170 cm, berkulit putih, berwajah tampan, dan dibekali bela diri karate, wajar saja saat masih di SMA dia begitu sangat popular dikalangan para gadis.
"Diem lu kijing sawah!" betak Alan kepada Noval. Melihat reaksi Alan, Noval malah semakin terhibur. "Ya elah, marah banget Pak? Ha ha ha," ledek Noval. Alan pun semakin kesal, lalu ia langsung bangkit dari tempat duduknya."Bodo amat, minggir lu!" seru Alan, sambil mendorong Noval agar segera memberi jalan untuknya. Noval pun langsung bangkit dan keluar dari bangkunya. Sontak seisi bus seketika terdiam dan menduga akan terjadi pertengkaran.
"Mau ngapain lu? Yak elah gitu aja ngambek?" tanya Noval dengan sedikit rasa bersalah. "Gua mau kencing," jawab Alan singkat. "Oooo mau kencing, gua ikut dong?," pinta Noval. Mendengar itu seketika Alan pun langsung bereaksi. Dengan menampilkan senyum yang menggoda, ditambah kedua alisnya dinaikan, lalu dia melirik Noval dengan tatapan lembut. Sungguh itu menjadi perpaduan yang sangat menjijikan dari wajahnya.
"Ya udah, tapi nanti tolong pegangin yah? Gua masih pusing nih takut blecetan," goda Alan, sambil menyolek dagu Noval. Noval yang muak melihat tingkah Alan sontak langsung menoyornya,"Najiiiissss!" seru Noval. "Cieee, kalian romantis banget sih? Bikin iri deh," terdengar ledek dari salah satu teman cowok mereka dengan nada gemulai. Alan dan Noval langsung menoleh mengarahnya. "Diem lu upil Dinosaurus! gua kencingin engap lu," ketus Alan. Suasana bus yang tadinya terdiam kembali dipenuhi dengan gelak tawa melihat tingkah mereka.
"Ayo Lan cepet, keburu busnya jalan," ajak Noval. Alan langsung menoleh kearah Noval lalu mengangguk dan menjawab,"baiklah." Mereka berdua bergegas menuju pintu belakang bus. Di awali Noval yang turun lebih dulu dari bus, lalu selang beberapa langkah Alan pun turun.
Namun ketika Alan baru saja Turun tiba-tiba ...Brruukk! Ia terjatung dengan posisi terungkap, Noval yang kaget langsung menoleh kearahnya. "Astagfirullah Lan!" ucap Noval sambil bergegas menghampiri Alan untuk menolong. Para mahasiswa lain yang ada disekitar pun langsung mendekatinya, bahkan sebagian yang ada didalam bus pun ikut turun untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
"Maaf mas,saya buru-buru dan enggak liat masnya turun," seru seseorang dengan nada gugup serta raut wajah yang panik sedang mengakui kesalahannya. Wajar kalau Alan sampai tersungkur, karena dia ditabrak oleh orang yang memiliki badan yang gendut gempal.
"Ya Allah, awak ku!" rintih Alan. Noval yang sudah didekatnya segera membantunya bangkit.
"Lu enggak apa-apa kan Lan!" tanya Noval dengan sedikit khawatir.
"Enggak, cuma kayanya tulang iga gue patah tiga nih Val," tapi Alan malah menjawabnya dengan nyeleneh, sambil melihat luka-lukanya.
Noval yang tidak percaya mencoba memastikannya dengan menggoyang-goyangkan badannya dengan sedikit kencang, "seriusan lu Lan?" Noval memastikan. Alan yang merasa risih langsung memberontak dengan sedikit dorongan, "apaan sih lu!" ya enggak lah, cuma begini dong khawatir banget lu," bantah Alan sambil menunjukan luka lecetnya.
"Sekali lagi maaf yah?" kata orang itu lagi sambil menawarkan tangannya untuk berjabatan. Alan dan Noval langsung menoleh kearah orang itu. "Ya udah mas enggak apa-apa kok," jawab Alan sambil menerima jabat tangan itu. Melihat perilaku Alan orang itu pun merasa lega karena dia tidak memperpanjang masalah ini."Ya sudah kalau begitu, saya duluan ya mas?" pamit orang itu. Alan hanya membalas dengan mengangguk disertai senyuman.
Setelah orang itu pergi, Alan dan Noval pun melanjutkan tujuannya ke toilet, lalu diikuti pembubaran para mahasiswa lain yang menyaksikan kejadiian itu.
Ketika sudah berada didalam toilet, mereka langsung menuju urinoir untuk kecing dengan saling membelakangi. Sambil menikmati kencingnya, Alan membuka obrolan dengan mengulas kejadian tadi.
"Orang tadi gede juga tenaganya, sampe nyungsep gua," buka Alan. Seketika Noval langsung menoleh kearah Alan."Bagus masih idup lu, Hahaha", Noval menanggapi dengan tawa sambil mengingat kejadiaan itu."Sue lu."
"Eh Lan, tapi kayaknya gua pernah ngeliat orang itu deh Lan," Noval mencoba mengingat wajah orang itu. Alan pun sedikit penasaran dengan perkataan Noval."Hah serius lu! pernah liat dimana?" tanya Alan sambil menyudahi kencingnya lalu merapikan celananya. Namun Noval masih ragu, "tapi gua lupa," jawab Noval, yang juga sambil menyelesaikan kencingnya lalu merapikan celana."Gimana sih," Alan agak kesal dengan jawaban Noval. Saat mereka mengobrol, tiba-tiba terdengar info keberangkatan OSPEK telah diumumkan.
"Udah mau berangkat, buru Lan naik bus," ajak Noval."OK,,," Alan mengiayakan. Karena khawatir tertinggal mereka bergerak cepat menuju busnya.
Acara OPSEK ini diikuti oleh 250 peserta mahasiswa/i baru, 20 anggota BEM dan 5 dosen pembimbing.
Setelah Alan dan Noval tiba didalam bus, tak lama bus pun bergerak, dan langsung menuju ke bumi perkemahan Wedian, tempat yang dilangsungkannya acara OSPEK.
Suasana dalam bus pun langsung pecah dengan suasana yang ceria. Sambil menikmati perjalanan mereka melakukan kegiatan apa saja yang bisa mereka lakukan. Ada yang PD untuk nyanyi diiringi gitar meskipun nada dan suara enggak pas, ada juga yang nekat stand up comedy meskipun materinya garing, dan ada juga yang selpi-selpi alay ala artis Korea. Yah,, begitulah serunya perjalanan bersama.
Saat semekin dekat dengan lokasi, mereka dihidangkan dengan indahnya alam sekitar yang begitu menakjubkan. Hutan-hutan tropis, disertai dengan jajaran pegunungan menjadi sebuah perpaduan lukisan yang sangat indah untuk dipandang. Wajar jeritan-jeritan kagum yang terdengar norak keluar dari mulut mereka. "Dasar sekumpulan mahluk yang kurang piknik!" gerutu Noval.
Warning area dewasa (21+) Bijaklah memilih bacaan! ~~~ "Jika kau mau aku akan membantumu. Membiayai seluruh operasi ayahmu yang terkena kanker paru-paru. Setahuku, biaya pasien yang terkena kanker paru-paru itu tidak sedikit. Jumlahnya bahkan lebih dari lima puluh ribu dolar. Tentu, jika kau mau menerima tawaran dariku." Gwen bergeming. Mencerna semua pernyataan Nich barusan. Tetapi, belum selesai Gwen mencernanya, Nich kembali berkata, "Jadilah istriku, Gwen." "A-apa?" "Menikahlah denganku, Gwen. Aku mohon …." Gwen nampak berpikir sejenak, sambil menjilat sisa-sisa jejak bibir Nich. Beberapa saat kemudian dia mengangguk. "Aku mau menerima tawaranmu, asal kau juga mau menerima syarat dariku, Nich." Sebelah alis Nich terangkat. "Apa?" sambil mengusapkan ibu jari di bibir Gwen. "Kita menikah kontrak. Hanya sebatas itu, Nich." *** Gwen Florine terpaksa menerima tawaran mantan kekasih sekaligus pria yang telah menorehkan luka di hatinya sejak 10 tahun yang lalu, lantaran pergi tanpa pamit. Demi sang ayah yang membutuhkan biaya besar untuk operasi. Lantas, apakah Gwen akan terjerat oleh pesona seorang Nicholas Kennedy kembali, di saat hatinya telah membeku? Lalu, apa sebenarnya alasan Nicholas pergi meninggalkan Gwen 10 tahun yang lalu? ### Simak yuk!
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."