NOVEL KHUSUS DEWASA, YANG DI BAWAH UMUR HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN. Arvin ingin bercerai, sementara Gina terus berusaha untuk bertahan di dalam rumah tangganya demi anak mereka-Darcy. Arvin juga demikian, masih memikirkan soal anak mereka sampai saat ini, tapi keputusan untuk bercerai sudah ada di depan mata. Perjanjian yang mereka sepakati untuk bercerai adalah ketika Darcy berusia tiga tahun. Hak asuh sang anak jatuh kepada Gina yang diserahkan langsung oleh Arvin. Tapi akan bekerja sama merawat Darcy apa pun yang terjadi. Setidaknya Darcy tidak boleh tahu bahwa hubungan mereka telah hancur-bahkan sebelum Darcy lahir ke dunia ini. Arvin menikahi Gina saat itu karena berpikir itu adalah cara paling besar balas dendam kepada Felysia karena wanita itu menolak untuk menikah. Arvin membuat Gina jatuh cinta sampai mereka menikah. Tapi saat menikah, justru cintanya Arvin tidak pernah hilang untuk Fely. Bencana paling besar bagi Arvin ketika Gina mengatakan dia hamil dengan ekspresi yang paling bahagia-tidak dengar Arvin yang merasa itu adalah kutukan. Tapi Arvin tidak menolak anak itu, ia malah membiarkan Darcy lahir ke dunia. Hubungan Arvin dan Fely kembali lagi dijalin secara diam-diam di belakang orangtuanya Fely, sementara Gina tahu soal itu. Gina menyerah dengan rumah tangga yang sudah coba ditahannya tapi ternyata tidak berhasil juga. Yang membuat Gina lebih menyerah lagi adalah ketika tahu bahwa saingannya adalah kakaknya sendiri. Arvin dan Fely berkhianat di belakang Gina dan itu mengancam rumah tangga Gina hancur lantaran ulah dari dua orang yang menjalin kasih lagi setelah putus.
Delapan bulan lagi. Akan menyandang status duda.
Berkali-kali ucapan itu selalu jadi alasan mengapa Arvin berusaha untuk bertahan demi rumah tangga dengan Gina yang terjalin hampir empat tahun lamanya. Perjanjian di atas kertas sudah menjadi saksi ikatan yang sudah dijalani oleh mereka berdua tanpa adanya cinta itu akan segera berakhir dengan cepat.
Hanya delapan bulan, maka semua akan benar-benar selesai tanpa harus dipikirkan lagi oleh Arvin. Usianya telah menginjak angka tiga tidak menjadi alasan ia untuk tidak digandrungi banyak wanita. Saat ini masih menjadikan anak yang usianya baru dua tahun empat bulan itu sebagai alasan kuat bertahan.
Gadis mungil di dalam hidupnya yang diterima oleh Arvin. Tapi tidak dengan wanita yang hidup di sisinya-ibu dari anaknya.
Usai rapat dengan beberapa kepala divisi, Arvin keluar dari ruangan rapat dan bertanya pada sekretarisnya yang membawa tablet juga dengan file penting usai rapat barusan yang dilaksanakan sebelum makan siang. "Mila, apa hari ini saya ada kegiatan?"
Berjalan di belakang Arvin dengan cepat, langkah pria bertubuh tinggi itu sangat cepat sekali. Langkahnya sangat panjang sehingga mudah sekali untuk berjalan lebih cepat dari Mila yang tubuhnya tidak setinggi Arvin. "Untuk hari ini hanya ada pertemuan dengan Tuan Tomas, Pak."
Arvin memasukkan kedua tangannya di saku celana berbahan kain lalu kemudian dia berkata. "Kalau begitu saya ada kepentingan di luar. Untuk pertemuan dengan Papa, beritahu Papa kalau saya akan langsung ke rumah nanti."
Sudah jam makan siang, yang artinya anaknya sudah waktunya untuk dijemput ke tempat mengajar Gina.
Sekosong apa pun hatinya Arvin masih tetap ada Dacry di dalam hidupnya-sampai saat ini. Arvin tidak pernah mengatakan tidak jika itu berkaitan dengan anaknya.
Menikah tidak tinggal di satu rumah yang sama dengan istrinya sedari awal. Arvin tidak ada perasaan pada istrinya.
Jam sudah menunjukkan sebentar lagi waktunya untuk mengajak putri kecilnya jalan-jalan.
Sampai di depan PAUD tempat Gina mengajar. Pria itu turun dari mobilnya mencari keberadaan anaknya di ruang guru. Arvin sudah biasa menjemput anaknya kalau sudah waktunya ke sana.
Arvin punya kebebasan mencari Darcy ke ruang guru karena sudah biasa menjemput anaknya ke sana.
Kalau untuk masuk langsung Arvin tidak akan berani. Lantaran masih ada etika harus menjaga nama baiknya. Menunggu di luar lebih baik dia lakukan sembari menghubungi istrinya.
Tidak lama anaknya keluar dengan ekspresi yang sangat bahagia. "Papa," Arvin menyambut dengan senyuman.
"Aku jemput kamu nanti malam," ujarnya kepada sang istri yang baru keluar dari ruang guru. "Aku berangkat sama, Darcy."
Darcy selalu bahagia setiap kali Arvin mengatakan akan datang menjemput. Meski anak itu tidak tahu bahwa pernikahan sudah diujung tanduk. Tepat di hari ulang tahun Darcy yang ketiga tahun hubungan Arvin dan Gina akan berakhir di pengadilan untuk perceraian. Hak asuh Darcy memang jatuh kepada Gina sudah diikhlaskan oleh Arvin. Akan tetapi untuk nafkah dan kebutuhan lainnya akan tetap diberikan kepada sang anak.
Ia pergi membawa Darcy jalan-jalan siang ini. Makan siang di luar sudah biasa dilakukan berdua oleh Arvin bersama buah hati. Atau terkadang mengajak Darcy ke tempat bermain.
"Papa nggak sibuk?" anak itu bertanya waktu Arvin menggendong Darcy.
Biasanya memang jarang sekali bisa bertemu dengan Darcy lantaran sibuk dalam pekerjaan. Orangtuanya meminta untuk bertemu, namun Arvin akan menjemput Gina nanti untuk diajak ke rumah orangtuanya.
Semua orang tahu bahwa hubungan mereka tidak pernah baik. Memangnya siapa yang bisa mengatur perasaan Arvin saat ini? Orangtuanya? Gina? Darcy? Sama sekali hati Arvin mati untuk Gina.
Setidaknya pria tiga puluh empat tahun ini sudah berusaha untuk di sisi anak perempuannya di hari yang dibutuhkan. "Papa sibuk, tapi mau ajakin adek main."
Anaknya tidak pernah terlibat di dalam urusan Arvin dengan Gina.
Sembari mengajak Darcy makan siang dengan suasana hatinya yang membaik untuk siang ini. Menjadi teman Darcy bercerita. Anaknya pintar bicara, meski masih cadel. Bergaul dengan anak-anak PAUD karena selama ini diajak mengajar oleh Gina sedari Darcy kecil. Tidak heran kalau anaknya pandai berkomunikasi dan bernyanyi.
"Papa, kenapa nggak pelnah di lumah?"
Cepat atau lambat juga Darcy akan paham soal ini. Pernikahannya dengan Gina memang tidak pernah diinginkan oleh Arvin. Namun kehadiran Darcy yang tidak bisa ditolaknya. Bukan karena dia menginginkan perceraian lalu menyakiti hati anaknya. Tapi Arvin punya wanita yang harus dinikahinya tanpa harus melupakan si kecil.
Arvin masih ada di restoran tempat dia makan bersama anaknya. "Papa kan kerja."
Anaknya mengangguk. Anak itu lalu meminta disuapi oleh Arvin.
Perceraian yang akan terjadi delapan bulan lagi. Lalu menikah lagi, Arvin sudah siapkan semua itu. Orangtuanya tahu akan hal itu. Karena semua sudah keputusan Arvin, maka semua juga akan selesai dengan cepat.
Gina juga tidak pernah peduli bagaimana kehidupan Arvin di luar, Gina juga tidak peduli soal rumah tangga mereka. Yang penting untuk urusan anak bisa mereka kerjasama untuk mengurus si kecil.
Sewaktu mereka makan siang, Arvin mendapatkan pesan dari kekasihnya. "Aku lagi di kantor kamu. Lagi di mana?"
Ada Darcy, tidak mungkin dia pertemukan. "Aku sedang ada rapat di luar. Kamu jangan ke kantor dulu." Balasnya kepada wanita itu.
Sementara dia melihat ke arah Darcy dengan tatapan yang indah sekali. Mirip dirinya sehingga Arvin tidak menolak ini adalah darah dagingnya. "Sayang, makan dulu. Kita main setelah ini. Terus kita pulang, ya."
Darcy mengiyakan dan selalu membuka mulut kalau Arvin yang menyuapi.
Arvin juga ikut makan sembari anaknya mengunyah. "Papa, adek kenyang."
"Sudah?"
"Ya, adek makan banyak."
Arvin mengajak anaknya jalan-jalan setelah makan siang, mengajak si kecil bermain dengan puas. Waktu yang dia berikan kepada Darcy memang baik kalau dia sudah berjanji akan menemani anaknya bermain. Tapi pernikahan tanpa ada rasa cinta yang tidak bisa Arvin pertahankan. Dulu juga waktu menikah sudah menjadi perjanjian kalau Arvin akan bercerai jika anaknya sudah berumur tiga tahun.
Lalu Arvin punya wanita lain yang harus dia jadikan istri karena mencintai wanita itu.
Puas mengajak anaknya bermain dan membelikan mainan untuk anaknya. Arvin mengajak Darcy pulang dan menjemput Gina.
Mereka akan tidur di rumah orangtuanya Arvin setiap malam Minggu.
Arvin mandi terlebih dahulu, anak dan istrinya sudah ada di meja makan bersama semua orang-orang yang tinggal di rumah ini. "Aku keluar dulu, Ma."
"Vin, makan di rumah."
Arvin menggeleng, dia harus pergi dengan kekasihnya untuk bermalam Minggu. Selama menikah Arvin tidak pernah satu meja dengan istrinya sampai detik ini. Pria itu menoleh ke arah mamanya dan menjawab. "Aku ada keperluan, Ma."
Sona harus bagaimana? Menghadapi Arvin itu tidak pernah mudah. Apalagi suaminya juga tidak bisa mengendalikan anaknya. Mengajari bagaimana cara untuk mengikat rumah tangga dengan atas dasar cinta.
Di luar sana entah apa yang dilakukan oleh Arvin. Mereka semua tidak tahu, kesibukan yang seperti apa membuat Arvin selalu pergi saat jam makan malam jika ada anak dan istrinya di rumah.
"Papa hati-hati, ya!" pesan anaknya.
Darcy melambaikan tangan, dibalas dengan senyuman oleh Arvin lalu pergi dari rumah.
Suasana makan malam terasa canggung setiap kali ada Gina di sini.
Delapan bulan lagi usia pernikahan anak mereka. Ekspresi Gina tetap saja ramah sedari dulu. Kalau memang tidak cinta? Kenapa Arvin malah menikah? Pertanyaan itu yang terus saja membuat Sona hancur setiap kali mendengar anaknya berkata bahwa pernikahan itu akan berakhir sebentar lagi.
"Gina, apa mengajarmu lancar?" pertanyaan yang sama setiap kali bertemu tidak pernah dilupakan oleh Sona.
Bahkan ekspresi Tomas yang sedang menyantap makan malamnya sudah hafal dengan gerak-geriknya Sona. "Lancar, Ma. Darcy juga punya banyak teman. Dia nggak pernah bikin ribut di sekolah."
Seusia Darcy mana paham soal perceraian yang akan dilakukan oleh Arvin. Menggugat istrinya kurang dari setahun lamanya. Dadanya Sona sesak kalau tahu pernikahan sang anak hanya bertahan selama Darcy berusia tiga tahun. Ingin kalau pagi tidak akan berganti malam, atau malah sebaliknya.
Usai makan malam itu, Darcy juga sudah tidur. Arvin belum kembali lagi ke rumah. Sementara Sona bersama dengan suaminya ada di kamar sedang menyelam ke dalam pikiran masing-masing.
"Arvin ...."
Ucap mereka bersamaan.
Lalu Sona mengatakan. "Papa yang duluan."
Tomas menarik napasnya dalam-dalam lalu berkata. "Papa dukung Arvin bercerai."
Sementara Sona yang mendengar itu marah, ada apa sebenarnya antara anaknya dengan Gina? Kenapa malah mau bercerai saat Darcy berusia tiga tahun? Mereka menikah atas dasar apa? Kalau tidak cinta, seharusnya Arvin jangan menikah dan Darcy tidak perlu ada di dunia ini sebagai korban. "Kenapa Papa berpikiran seperti itu?"
"Darcy adalah korban dari keegoisan, Arvin, Ma. Kalau dibiarkan bertahan. Papa kasihan sama, Gina."
Alasan yang memang logis, tidak perlu bertahan hanya demi anak. Sementara Arvin tidak jelas mau membawa hubungan ini ke mana. Anaknya memang benar-benar sudah lepas kendali dengan pertanyaannya untuk menceraikan Gina.
"Dengan begitu, Gina bisa bebas. Kenapa harus diikat dengan cara seperti ini tapi Arvin tidak pernah tahu bagaimana cara membesarkan Darcy dengan keadaan yang rumit ini. Kita sendiri nggak pernah tahu alasan mereka. Apa waktu mereka sedang pacaran dulu ada masalah lalu mereka ungkit. Sementara Arvin juga nggak pernah ngomong sama kita."
Sampai detik ini mereka berdua masih bertanya di dalam pikiran masing-masing. Tidak ada yang berani bercerita. Mereka tidak tahu juga orangtuanya Gina. Tidak pernah bertemu selama ini.
Alvaro menolak Anjani bekerja di perusahaannya karena terlambat ketika sesi interview. Merasa waktu yang dibuang untuk wanita itu terlalu berharga. Sementara itu, Anjani tidak terima dengan penolakan yang dilakukannya. Di kesempatan lain. Alvaro sedang berkencan di sebuah kafe dengan tunangannya. Anjani datang tiba-tiba dan mengatakan hal gila. Mengakui dirinya sedang hamil anaknya Alvaro. Di depan orang banyak, dia langsung diputuskan oleh tunangannya karena fitnah gila itu. Terdengar sampai ke orangtuanya. Alvaro diusir dari rumah. Tidak biasa hidup sendirian membuat dia harus mencari keberadaan Anjani untuk tanggung jawab dengan ulahnya. Berbulan-bulan Anjani tinggal dengannya sebagai bentuk tanggung jawab dan memberikan pekerjaan untuk wanita itu. Justru keduanya terjebak skandal. Keduanya jatuh cinta pada hubungan terlarang yang akhirnya membuat Anjani hamil dari hubungan yang tidak seharusnya terjadi. Ucapan Anjani waktu itu benar-benar terjadi. Sedangkan orangtua Alvaro menolak kehadiran cucu mereka karena hubungan Alvaro dan Anjani dianggap hina. Alvaro berusaha untuk memenangkan hati orangtuanya untuk membuat Anjani diterima di keluarganya.
Cerita ini akan membahas tentang pernikahan, romantis dan juga membahas tentang cinta bisa tumbuh secara perlahan. ------------------------- Dua puluh tujuh tahun merupakan sebuah beban teramat besar yang dilalui oleh Renjana. Terikat dengan kekasihnya selama sembilan tahun dan sampai sekarang masih belum memiliki ikatan yang jelas. Kemudian sampai pada akhirnya orang tuanya mencarikan jodoh untuknya dengan mengenalkan dengan beberapa anak dari teman orang tuanya dan juga sang kakak tidak akan tinggal diam untuk mencarikan dia jodoh. Kata orang, temani orang yang kamu cintai sampai dia menemukan jati dirinya untuk bisa menikahimu. Tapi berbeda halnya dengan Renjana yang juga sebenarnya lelah pertanyaan kapan nyusul dari orang-orang terdekatnya. Lalu apakah Renjana menemukan pasangannya?
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
Alicia adalah istri yang menyedihkan selama tiga tahun. Yang dia dapatkan dari apa yang disebut suaminya hanyalah ketidakpedulian, rasa jijik, dan lebih banyak ketidakpedulian. Sebuah kesempatan bersatu memicu harapan dalam dirinya bahwa Erick akhirnya berubah pikiran. Sayangnya, dia menemukan bahwa niat pria itu yang sebenarnya adalah untuk berdamai dengan cintanya yang hilang. Baik cinta dan kesabaran memiliki tanggal kedaluwarsa. Alicia tidak tahan lagi. Dia melemparkan surat cerai ke wajahnya. Alih-alih segera menandatanganinya, Erick menekannya ke dinding dan meludahi wajahnya, "Kamu ingin menceraikanku? Tidak akan terjadi!" Terlepas dari keengganannya, Alicia memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dia mulai menaiki tangga kesuksesan dan segera menarik banyak pengagum. Erick tidak senang dengan ini. Ketika mereka bertemu satu sama lain suatu hari, Alicia ditemani beberapa anak. Sesuatu yang mendorong Erick untuk bertindak di luar karakter. "Biarkan aku menjadi ayah mereka," tawarnya. Alicia memutar mata ke atas padanya. "Aku tidak butuh bantuanmu, Tuan Ellis. Aku bisa mengurus anak-anakku sendiri." Namun, Erick tidak menerima jawaban tidak ....
Kara dijual oleh suaminya tepat pada malam pertama pernikahan mereka, pada lelaki bernama Angkasa. Kara harus melayani sang CEO selama satu bulan. Hari demi hari dilalui Kara bersama Angkasa, hingga Kara mengandung. Akan tetapi, Angkasa tidak mau mengakui bahwa bayi yang di dalam kandungan Kara adalah darah dagingnya--karena kesalahpahaman. Kara dicampakkan begitu saja. Kara makin menderita karena perbuatan mertua dan suaminya. Dia menghadapi penderitaan hidup seorang diri dalam kondisi mengandung. Kara akhirnya bisa sukses menjadi desainer berkat kerja keras. Angkasa muncul kembali pada kehidupan Kara. Menyesal dan meminta maaf. Akankah Kara menerima permintaan maaf Angkasa?
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."