/0/5183/coverbig.jpg?v=b0439f4bc6c5da791805d1379e7364f7)
Nevilla seharusnya tidak pernah mendambakan Adero untuk menjadi kekasihnya. Berpaling dari Aron hanya untuk mendapatkan posisi paling menguntungkan di perusahaan, nyatanya membawa ia pada kejadian enam tahun yang lalu. Ketika hubungannya dengan Adero semakin dekat, ia tidak punya cukup waktu untuk menyesali apalagi berlari. Sebab, ia kini harus menghadapi pria berbahaya yang mungkin saja bisa menghancurkan hidupnya.
Jalanan pada siang hari ini, terlihat begitu sepi. Tidak banyak mobil yang lewat sehingga kemungkinan tidak akan terjadi macet. Cuaca yang mendung dan gerimis, tak menyurutkan mobil sedan warna hitam untuk berhenti. Mobil itu melaju dengan kecepatan normal, meski kadang-kadang terlihat cepat karena mungkin saja seseorang yang mengendarai mobil itu terburu-buru.
Sebelum akhirnya mobil belok ke arah kanan, dapat terlihat lampu sen menyala. Memang kelihatannya tidak ada yang salah, tetapi mendadak keluar asap dari ban belakang mobil. Sepertinya sang pengemudi tidak menyadarinya, jadi mobil masih melaju seperti biasa.
Kaca mobil tiba-tiba terbuka, terlihat wanita berambut perak yang sedang menyetir panik. Sepertinya, ia baru menyadari bahwa mobil yang ia kendarai bermasalah. Kakinya pun langsung menginjak rem, tetapi mobil tidak mau berhenti. Wanita itu semakin panik, kala rem mobilnya ternyata rusak. Ia berusaha untuk menyetir pelan, sayangnya mobil yang dikendarainya mendadak melaju dengan kecepatan yang sangat cepat.
Napas wanita itu tercekat, ia melirik pada kaca spion berkali-kali, mungkin ia berharap ada mobil yang lewat dan akan ada yang membantunya. Namun, ternyata tidak ada satu pun.
Di tengah mobil yang sudah tidak terkendali, ia mencoba mengambil gadget yang ada di dalam tas. Sial! gadget yang hendak ia ambil, malah terjatuh ke bawah kursi mobil. Ia kemudian mengamati jalanan sekilas, harap-harap cemas dengan terus berharap agar tak terjadi apa-apa. Lalu, dengan hati-hati, ia berupaya mengambil gadget yang jatuh. Belum sempat tangannya menyentuh gadget, ia bisa merasakan mobil oleng dan perlahan menjorok, dapat dipastikan mobilnya telah jatuh ke jurang. Tidak lama setelah itu, mobil menghantam pohon besar yang ada di depannya. Wanita itu merasakan kepalanya mendadak pening, tetapi masih bisa membuka mata dan melihat jelas darah bersimbah. Ia juga merasa badannya terlalu lemas untuk keluar dari mobil, hanya karena ia tidak ingin meninggal, ia lalu membuka pintu mobil. Sayangnya, sebelum ia keluar, mobil sudah meledak terlebih dahulu.
***
Enam tahun kemudian.
Adero Carlson Alyward terus menenggak alkohol, meski dapat dilihat, ada sekitar lima sampai enam botol tanpa isi yang tergeletak di meja. Masih dalam kondisi sadar, pria itu merogoh saku celana saat merasakan getaran gadgetnya. Lagi, seperti biasa, ibunya akan menanyakan ia ada di mana. Biasanya, Adero akan segera pulang. Namun, kali ini biarkan ia menghabiskan malam di klub. Ia juga sudah merogoh kocek yang tak sedikit untuk memesan ruangan VVIP. Tidak ada yang bisa menganggungnya malam ini, hanya malam ini ia bisa kembali mengingat kenangan yang sudah pergi.
Adero menyandarkan tubuhnya ke sofa. Ruangan yang ia pesan lumayan gelap meski sudah diterangi dengan lilin dan lampu disko kecil yang terus berkedip-kedip. Ia mengambil kue keju yang diam-diam ia bawa dari toko kue yang tak jauh dari klub tempat ia berada. Menggigit pelan dan menikmati rasanya, mendadak hati Adero terasa sakit. Ia menyingkirkan kue itu dengan sekali senggol, sehingga kue yang tadinya ada di atas meja, jatuh ke lantai dan berserakan.
Adero memegangi kepalanya, ia menyadari betul bahwa tak seharusnya ia terus terjebak pada peristiwa enam tahun yang lalu. Tidak hanya dirinya saja yang terluka, orang-orang di sekitarnya dan teman-temannya. Namun, selama ia belum menemukan siapa dalang di balik kecelakaan itu, Adero akan terus mengingat kejadian itu. Kejadian yang telah merenggut wanita yang paling ia cintai.
Tanpa berpikir bahwa wanita itu sudah dimiliki pria lain, Adero masih terus mengharapkan wanita itu. Mencoba mencari sedikit celah agar wanita itu kembali padanya. Andai wanita itu bisa ia culik, ia sudah pasti menyekapnya untuk dirinya sendiri, agar wanita itu tetap aman, tetap hidup dan berada di sampingnya.
Lagi, Adero melihat gadgetnya menyala, sang ibu sekarang tidak mengirimi ia pesan, tetapi meneleponnya sehingga suara dering itu membuat ia mau tak mau mengangkatnya. Ia tidak ingin mengambil risiko dimarahi oleh ibunya, jadi sekarang ia bisa mendengar ocehan ibunya dari seberang sana, menyuruhnya untuk segera pulang.
Adero tiba-tiba meletakkan gadgetnya di meja, tatapannya menerawang ke seluruh sudut ruangan. Ia masih terus mendengar ucapan sang ibu, bahkan ketika ibunya bertanya apakah ia masih ada di sana. Ia mengangguk mantap, mencoba tersenyum sebaik mungkin, meski hasilnya menunjukkan seringai yang cukup mengerikan.
"Aku akan kembali ke Spanyol, jika memang ayah menyuruhku untuk datang. Apa Ibu baik-baik saja?" katanya setengah berteriak.
Setelah mendengar jawaban dari sang ibu, Adero menutup sambungan telepon. Ia berpikir untuk tidak jadi bermalam di klub. Ia mengambil jaket lalu memakainya, serta mengambil gadget dan dompet yang tergeletak di meja. Kemudian, pergi meninggalkan ruangan klub dengan berjalan sempoyongan.
Wanita mungil mendadak menggenggam tangannya saat Adero melewati meja bar, ia melirik sekilas pada wanita bergaun merah seksi sambil menggelengkan kepala. Wanita tak tahu malu yang kini bergelayut manja padanya, itu sesekali merayunya dengan kata-kata yang menjijikkan. Ayolah, Adero bukan tipikal pria brengsek yang suka meniduri wanita. Ia hanya datang ke klub untuk minum-minum, tak terpikirkan untuk berbagi kehangatan di atas ranjang.
"Maaf, Nona. Saya harus pergi."
Melihat wanita itu melepaskan tangan dari lengannya dan mengernyit heran, Adero ingin rasanya tertawa terbahak-bahak sekarang, tetapi ia tahan. Dengan wajah memerah sambil cemberut, wanita itu meninggalkan Adero dengan umpatan.
Adero tidak peduli dan ia langsung menuju tempat parkir untuk mengambil mobil. Lamborghini warna biru hitam, menjadi teman setianya untuk pergi ke mana saja. Dengan gagah, pria itu memasuki mobil, menyalakan mesinnya sambil meminum air mineral yang ia ambil dari samping jok. Lalu, ia segera mengendarai mobil, membawanya keluar dari tempat parkir dan melajukan dengan kecepatan sedang.
Seperti malam-malam biasanya, jalanan yang lenggang membuat Adero dapat cepat sampai ke rumah. Ia memasukkan mobil ke garasi, setelah pegawai ibunya membukakan pintu gerbang. Ia lantas turun dari mobil, membawa langkahnya memasuki rumah dan menaiki anak tangga menuju lantai dua.
Wanita yang melihat kedatangan Adero langsung memeluknya. Namun, segera dilepaskan, membuat Adero meyakini ibunya akan tahu apa yang sudah ia perbuat, dan tatapan ibunya membuat Adero mau tidak mau mencoba tersenyum sebaik mungkin.
"Masuk ke kamarmu, mandi dan langsung istirahat," kata sang ibu sambil memberikan sebuah amplop warna kuning pucat.
Adero melirik ibunya lalu membuka amplop cokelat itu. Ia menatap ibunya dengan tatapan tak percaya, mengetahui apa yang ada di dalam amplop itu.
"Kamu akan langsung pergi besok pagi, jadi sebaiknya kamu istirahat dengan baik. Ibu akan tetap di sini, jika terjadi sesuatu, kamu bisa hubungi Ibu."
Adero dapat melihat ibunya tersenyum tulus. Sedari dulu, harusnya ia tinggal bersama sang ibu, ketika orang tuanya tak lagi bersama. Namun, karena waktu itu ibunya tidak punya kehidupan layak seperti sekarang, hak asuh beralih ke tangan ayahnya.
"Dia benar-benar tak bisa bersabar," ucap Adero jengkel lalu memasukkan kembali isi amplop itu.
"Ayahmu begitu merindukanmu. Dia tidak salah jika menginginkan kamu cepat datang."
Mendengar ucapan sang ibu, Adero selalu bertanya-tanya, kenapa ayahnya tega selingkuh padahal ibunya sangat baik hati. Apa yang salah dari ibunya. Ia mendadak merasa emosional, tetapi ia tahan saja. Lagi pula, ia kembali ke Spanyol bukan tanpa maksud. Ia menyadari betul bahwa ada yang tidak beres di rumah ayahnya.
"Ya, aku tahu. Meski aku tidak pernah merindukannya," ucap Adero kelewat jujur.
Adero melenggang pergi sebelum ibunya ceramah panjang lebar. Betapa ia harus menghormati pria yang bahkan tidak pernah menyayanginya. Pria itu terlihat begitu mencintai selingkuhan dan anak tirinya. Itu jelas terlihat ketika ia berada di Spanyol. Spanyol bak neraka, tetapi ia bahkan mungkin sebenarnya akan terjebak di sana selamanya.
Adero mengambil gadget, entah siapa gerangan yang mengiriminya pesan di malam yang sudah larut. Ia menatap layar gadget dengan tatapan kelam, berani sekali anak selingkuhan ayahnya mengirimkan pesan padanya, dan kalimat dalam pesan itu benar-benar membuatnya murka sekarang hingga melempar gadget.
Seharusnya hari itu, ia yang menikahi Hana Eurwyn, bukan anak dari ibu tirinya!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Bagi publik, dia adalah sekretaris eksekutif CEO. Di balik pintu tertutup, dia adalah istri yang tidak pernah diakui secara resmi. Jenessa sangat gembira ketika mengetahui bahwa dia hamil. Tapi kegembiraan itu digantikan dengan ketakutan ketika suaminya, Ryan, menghujani kasih sayangnya pada cinta pertamanya. Dengan berat hati, dia memilih untuk melepaskan pria itu dan pergi. Ketika mereka bertemu lagi, perhatian Ryan tertangkap oleh perut Jenessa yang menonjol. "Anak siapa yang kamu kandung?!" tuntutnya. Tapi dia hanya mencemooh. "Ini bukan urusanmu, mantan suamiku tersayang!"
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"