/0/5021/coverbig.jpg?v=20250121183040)
Warning! Cerita ini mengandung konten dewasa. Jika anda belum berumur lebih dari 18+ harap menyingkir! Kisah ini bermula dari seorang gadis anak mucikari. Kapan kebahagiaan akan datang padanya? Untuk hidup saja berat, hari-harinya dipenuhi dengan cemoohan orang. "Tidak kusangka malam itu aku melakukan malam panas dengannya!" Rindu itu apa? Sungguh, bila Seila harus ditanyakan soal itu, dia tak akan pernah bisa menjawab. Rindu terlalu rumit untuknya, hingga dia harus mengingat kembali apa yang telah terjadi belakangan ini. Peristiwa dia hampir diperkosa menjadi awal pertemuan dia bersama Aksara. Kejadian ditinggalkan ke luar negeri menjadi akhir untuk kebersamaan mereka. Tidak ada yang tahu. Benar, tidak ada yang tahu. Ini takdir. Takdir yang membuat Seila mendapat kebahagiaan lalu terperosok jatuh dan sulit untuk bangkit. Berusaha melupakan tetapi tidak bisa melupakan. Bagaimana ia melewati masa-masa sulit itu? Apa bisa dia hidup dengan tenang?
Gadis berambut cokelat tengah sibuk di antara botol minuman dan gelas kaca, dia sering lupa waktu jika sudah berada di klub milik ayahnya ini. Terlalu hanyut dalam dunianya sendiri, yaitu meracik minuman.
Minggu lalu Seila menyaksikan Steve Schneider, sang bartender idola membuat Gimlet di bar terpopuler Jakarta live lewat YouTube. Stave ini seorang bartender terkenal yang merupakan mantan marinir Amerika Serikat. Menyajikan pilihan signature drink Employees Only seperti EO Gimlet hasil perpaduan gin, jeruk nipis dan daun jeruk purut dengan cita rasa klasik koktail. Dia terpesona dan bertekad untuk membuatnya juga. Hanya dengan sekali lihat, cukup bagi Seila untuk tahu apa yang harus dia lakukan.
Koktail merupakan paduan dari berbagai bahan yang pembuatannya harus dengan teknik khusus, termasuk juga cara mengocoknya. Ini yang menjadi alasan koktail begitu digemari, khususnya anak-anak muda. Menurut Stave, koktail ibarat minuman yang di kostum, perpaduan antara pengetahuan dan seni. Karena itu Seila menjadi terinspirasi untuk memodifikasi bahan ini.
Semua bahan sudah dicampurkan ke dalam gelas stainless steel. Gadis itu tengah sibuk mengocoknya agar semua bahan tercampur sempurna, seperti yang dicontohkan sang idola.
"Gin dan jeruk nipis?" Surya mendekati putrinya yang tengah sibuk menakar cairan bening dari sebuah botol kaca ke dalam gelas jigger. Aroma buah seketika menguar. Karena aroma itulah Surya ingin mendekat dan menyaksikan kemahiran putrinya dalam meracik minuman.
"Ah, ada daun jeruk purut juga." Surya menjumput selembar daun lalu menghidu aromanya. "Coba Ayah tebak. Gimlet, ya?"
Seila tersenyum tanpa mengangkat wajah. Tangan lentiknya begitu cekatan saat menuangkan cairan bening di gelas jigger ke dalam gelas kocok, tak terlihat ragu-ragu sedikit pun. Dia sudah terbiasa melakukan hal ini.
"2.5 oz Gin." Seila melirik ayahnya yang serius menonton. Gadis itu kembali menuang cairan lain ke dalam gelas yang bentuknya lucu. "0.5 oz lime. And then, 0.5 simple syrup." Seila menyimpan kembali botol ke tempat masing-masing.
Sebagai penutup, tak lupa Seila menuang es batu lalu menutup gelas stainless steel itu. Tangan kanan Seila mulai mengocok. Gerakannya terlihat anggun, namun mantap dan yakin. Seolah-olah dia sudah sering melakukannya. Padahal dia baru sekali ini membuat Gimlet. Sedangkan membuat yang lain dia sudah mahir.
Gerakan tangan Seila berhenti. Lalu dia menuangkan cairan di dalam gelas kocok ke gelas koktail. Setelah memberi sentuhan akhir yaitu daun jeruk dan mint ke atas minuman, gadis yang masih SMA itu berseru riang, "Voila!"
Surya bertepuk tangan. "Steve Schneider bakalan pensiun nih gara-gara kamu," selorohnya. Dia senang anaknya terlihat bahagia.
Jam di dinding sudah menunjukan waktu tengah malam. Seila harus segera pulang karena besok ia harus sekolah dan akan pulang sore.
Surya mendekat dan mengecup puncak kepala anak gadisnya. "Cepat pulang. Ini sudah malam, jangan sampai besok kesiangan ke sekolahnya, Nak."
Seila mengangguk lalu mencium punggung tangan Surya yang memiliki kulit berkerut mengeriput, tak menyembunyikan usia.
"Hati-hati dijalan, Nak." Surya melambaikan tangan melihat Seila yang semakin jauh.
Sekolah sudah terlihat sangat sepi saat dia baru selesai mengikuti ekstrakurikuler Palang Merah Indonesia. Tak sengaja dia pulang terakhir karena tadi siang ada desas-desus tak mengenakan. Namun, hal itu sungguh kembali menjatuhkan mental Seila. "Apa aku harus pindah sekolah lagi? Tapi, mau sampai kapan? Aku lelah harus terus berpindah sekolah dan kembali beradaptasi," gumamnya dengan semburat kesedihan yang tak dapat lagi ditutupi. Sampai tanpa terasa, bulir air mata pun menggenang dan meluncur menuruni pipi, tetapi segera ditepis jari tangan dengan cepat. Rumor beredar mengungkapkan identitas aslinya.
Teman sekolah menjudge Seila wanita nakal, karena lahir dari keluarga yang tidak baik. Entah siapa yang awalnya mengetahui rahasia ini.
Seila berjalan lemas meninggalkan pelataran sekolah sembari memikirkan gunjingan para teman-teman akan keadaan keluarganya. Sungguh umpatan mereka sangat tajam dan membuat hati terasa sakit. Tidak ada satupun sifat dan sikap yang mereka tuduhkan tentang Seila itu benar. Ia selalu berusaha bersikap baik kepada siapapun dan tak pernah mencoba mencari masalah.
Seila bahkan belum pernah memiliki pacar. Berciuman? Jangan tanya lagi, dia belum merasakan bagaimana ciuman pertama yang kata kebanyakan gadis rasanya lebih manis dari madu.
Mereka menghardik Seila sangat kejam hanya karena melihat latar belakang keluarga, sungguh ini semua tak adil baginya. Gadis itu menghela napas kesal seraya menendang setiap kerikil yang menghadang di depan jalan.
Sore sudah beranjak petang. Semua teman sekolah sudah pulang, tetapi sialnya Seila masih harus menunggu angkot. Ponselnya sudah kehabisan daya untuk memesan ojek online. Gadis itu menengadah memandang langit yang semakin jingga. Angin yang berembus membuatnya menggigil. "Gawat, nih. Bisa jadi turun hujan. Musti cepet pulang," gumamnya pada diri sendiri.
"Dingin banget." Ia memeluk erat tubuh dengan kedua tangan sembari terus berjalan. Seseorang menarik lengannya hingga tubuh seketika berbalik ke arah pusat tarikan.
Tatapan seketika nanar kala melihat siapa yang bersikap begitu kasar. "Je-Jefry?" Jantung berdegup kencang seolah akan melompat keluar hingga membuat dada terasa sedikit nyeri. Jefry terkenal nakal dan dicap playboy di sekolah.
"Mau pulang, Cantik?" tanyanya sambil menyeringai miring dengan mata menatap tajam ke arah mata hazel milik Seila.
"I- iya." Bergidik ngeri saat melihat raut wajahnya yang tampak tak bersahabat. Lalu berusaha melepaskan tangan yang mencengkram kuat pergelangan tangannya. "Ma-maaf, Jef. Le-lepaskan tanganku," pinta Seila memasang raut wajah cemas.
"Mau kuantar?" tawarnya.
"Ti-tidak usah, a-aku bisa sendiri. Tolong lepaskan tanganku." Seila berusaha melepaskan tangan yang mengunci di pergelangan tangannya dengan kepala tertunduk. Tak berani menatap mata lelaki yang ada di hadapan. Tatapannya menyeramkan, seperti seekor serigala yang kelaparan.
"Aku antar kau pulang," ucapnya dengan lembut.
"Terima kasih, tapi sungguh itu tidak perlu." Ia menolak dengan lembut dan tak boleh gegabah, insting alami memperingatkan tubuh Seila untuk waspada. Ia juga merasakan ada firasat buruk.
"Kalo kubilang akan kuantar, ya kau harus mau!" bentaknya seraya menarik tangan Seila.
"Aww." Seila hanya bisa merintih kesakitan dengan raut wajah meringis. Tangan Jefry begitu kasar dan kuat menggenggam tangan Seila yang mungil.
Jefry memaksa Seila untuk masuk ke mobil memasangkan sabuk pengaman, mengunci pintu lalu dia berlari mengitari kap mobil dan duduk di kursi kemudi. Lelaki itu mulai memutar kunci mobil untuk menyalakan mesin dan seketika mobil melaju kala sudah menyala.
Dia hanya bisa diam tertunduk tak berani menoleh ke arah pria yang sibuk menguasai kendali mobil, seraya meremas ujung rok abu-abu dengan gugup. Panas dingin terasa berdesir merambat ke sekujur tubuh. Takut, benar-benar takut. Ia sama sekali tak mengenal Jefry dengan baik. 'Tuhan, lindungi aku, aku mohon,' batin Seila berdo'a kepada Tuhan yang maha kuasa.
Tak terasa waktu sudah sepuluh menit berlalu, tak terucap sepatah kata pun di antara mereka. Hingga membuat hati Seila sedikit lega karena Defry sama sekali tak melakukan hal buruk. Mungkin Seila yang terlalu paranoid karena belum pernah berduaan dengan seorang pria. Namun, pada saat perasaan melega, tiba-tiba saja Jefry menepikan mobil tepat di atas jembatan.
Seila spontan menoleh ke arah Jefry, menatap pria itu bingung dan penuh tanda tanya. "Je-Jef, kok kita berhenti di sini?" tanyanya ragu.
"Aku sudah mengetahui semuanya." Dia tersenyum meremehkan seraya menatap langsung.
"Ma-maksudmu apa? Aku tidak paham?"
"Jangan berpura-pura polos lagi. Sudah biasa aku menghadapi gadis berwajah polos sepertimu tetapi, garang saat di atas ranjang. Jadi, berapa aku harus membayarmu agar kau mau menghabiskan malam denganku?"
Mata Seila seketika membulat kala mendengar kalimat yang merendahkan dari mulut lelaki di sampingnya. Rasa panas seketika menyuruk-nyuruk ke sekujur tubuh hingga membuat wajah memerah dan daun telinga rasa terbakar. "Jaga mulutmu! Aku bukan gadis seperti itu!"
"Cih! Bersikap seolah terhina dan merasa direndahkan, padahal kerendahanmu sudah tak diragukan lagi," cemooh Jefry yang segera membuat Seila tak tahan lagi menahan segala amarah dalam diri. Hingga entah mendapatkan keberanian dari mana, tangan refleks menampar wajah pria kurang ajar dengan keras hingga membuat wajah Jefry memerah bekas telapak tangan. Tangan Seila terasa panas dan sakit setelah menampar pria yang ia anggap kurang ajar, mungkin karena tamparan itu begitu kuat.
"Sekali lagi, jaga ucapanmu! Jangan sembarangan menuduh orang tanpa bukti!"
Jefry yang tengah memegangi pipinya pun seketika memukul setir mobil karena geram. "Berengsek!" pekiknya dengan raut wajah memerah. Dia kemudian menyambar tubuh Seila, menghimpit di antara kursi dan pintu mobil yang masih setia terkunci. "Beraninya kau menamparku pel*cur sialan!"
Rasa takut semakin berkecamuk dan panik kala melihat amarah Jefry. Ia memalingkan wajah karena tak kuasa melihat wajah murka Jefry yang tampak menakutkan.
Embusan kasar nafas Jefry mengenai pipi Seila. Sungguh terpojok dan terjebak. Tak ada celah untuk ia lari. 'Bagaimana ini?' batin Seila begitu gelisah.
"Aku akan memberimu pelajaran!" Jefry meraih tangan Seila lalu mengikat keduanya di atas kepala menggunakan sabuk pengaman.
"Jangan, Jef. Maafkan aku, tolong lepaskan aku," pinta Seila yang semakin ketakutan.
"Tidak! Gadis kurang ajar sepertimu tak bisa ku maafkan. Kau harus menerima akibatnya karena sudah berani menamparku!"
"Tidak, Jef. Tolong ampuni aku, aku mohon, aku menyesal," rengek Seila. Raut wajahnya menegang dan airmata yang tak terbendung sudah membasahi kedua pipi. Ia sungguh sangat ketakutan.
Setelah Jefry selesai membuat ikatan di kedua pergelangan tangan Seila, ia tersenyum puas sambil menatap wajah cantik Seila yang kini berantakan. "Ini baru benar."
"Tidak, Jef. Tolong lepaskan aku." Seila memasang raut wajah memelas untuk meminta belas kasihan lelaki itu agar mau melepaskannya. Namun, usaha itu sia-sia. Hati Jefry sama sekali tak terenyuh. Dia sama sekali tidak menunjukan belas kasih.
Jefry mulai membuka satu persatu kancing baju seragam SMA Seila. Hal itu membuat Seila semakin panik dan ketakutan. "A-apa yang kau lakukan? Hentikan! Jangan! Tolong jangan lakukan ini! Jangan! Aku mohon! Aku mohon hentikan ini, Jef!"
Jefry hanya terus mengulas senyum sambil terus fokus melucuti satu-persatu kancing. "Tolong! Tolong! Siapapun tolong aku! Tolong! Aku mohon tolong aku!" teriak Seila yang melemah karena isak yang begitu menyesakan dada. Napas tersendat-sendat hingga membuat laring tak kuasa berteriak lebih keras lagi.
"Silakan saja berteriak, di sini sepi, takkan ada yang bisa mendengar suaramu meski kau berteriak hingga tenggorokan itu putus sekalipun." Jefry tertawa bak iblis. Dia terlihat sangat bahagia saat melihat penderitaan Seila.
"Jef, aku mohon, lepaskan aku. Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan, uang, mobil baru dan rumah. Ayah dan ibuku pasti akan mengabulkan semua keinginanmu asalkan kau mau melepaskanku. Aku bersumpah atas nama Tuhan, aku tidak akan berbohong." Dia tak mau menyerah, berusaha membujuk Jefry dengan segenap kemampuan. Seila tak peduli berapa banyak uang yang akan dikeluarkan. Semua itu tak masalah jika menyangkut keselamatan diri.
Jefry tersenyum miring. "Kau pikir kau siapa? Punya uang hasil ngangkang saja bangga. Sombong! Kau pikir aku membutuhkan semua itu? Uangku lebih banyak dari nominal uang di rekening Ayahmu. Bahkan aku bisa membeli rumah dan club malammu jika kumau."
"Lalu apa yang harus kulakukan agar kau mau melepaskanku?" pekik Seila dengan segenap tenaga yang tersisa. Ia terlalu lelah menangis dan meronta.
"Puaskan aku, dan kau boleh pulang!"
"Tidak!" Berteriak sambil diiringi tangis pilu yang menyesakkan dada seraya menggeleng-gelengkan kepala. "Tolong jangan, aku mohon," rengeknya kembali memelas.
"Suaramu benar-benar merdu, tubuhku semakin tegang dan memanas. Aku sungguh ingin segera merasakannya. Semoga saja rasa tubuhmu tak mengecewakanku karena terlalu banyak dijamah tangan-tangan para pria kotor sebelumnya."
"Tidak, Jef. Aku bukan gadis seperti itu. Aku bukan gadis seperti yang kau pikirkan," ucap Seila melemah.
"Well, kita buktikan nanti." Jefry mulai menyingkapkan baju seragam dengan tak sabar lalu menatap tubuh yang hanya terlihat bra dan rok yang masih setia terpasang. Dia mulai mendekatkan wajahnya dan merapatkan tubuh. Seketika tangis kembali pecah. Suara raungan tangis memenuhi seisi mobil.
Bibir Jefry menyentuh pipi dan leher Seila bergantian. Tangannya mulai meraba-raba setiap jengkal tubuh mulus berkulit putih dengan semangat. Seila hanya bisa terus menangis dengan raut wajah mengerut pedih. "Jangan, aku mohon hentikan," ucapnya lemah disertai tangisan yang menyakitkan.
Seila belum pernah merasakan sepedih ini. Rasa terhina dan direndahkan yang tiada bandingannya. Ini tidak adil. Jefry tidak berhak melakukan ini terhadap Seila. Ia tak pernah mencari masalah atau mengganggu siapapun. Perlakuan ini sungguh tak pantas didapatkan.
Seila tidak mau hidupnya berakhir sampai di sini. Ia mengerahkan tenaga dengan kuat memukul kepala Jefry menggunakan sikut dan melepaskan ikatan di tangannya. Mendorong tubuh Jefry dan memencet tombol agar pintu bisa terbuka.
Seila berhasil keluar. Ia berlari sekuat tenaga dan berteriak meminta tolong. Jefry berusaha menyusul Seila.
Suara motor terdengar mendekat ke arah mereka. Seorang pria mengendarai motor besar berwarna biru dengan jaket hitam memberhentikan motor, membuka helm dan melemparkannya ke arah Jefry.
"Sialan. Jangan ganggu urusanku!" Jefry menatapnya dengan tajam.
Brug ...
Warning! Konten dewasa 18+ Bocil dilarang mampir! Bagaimana perasaanmu, jika kau terbangun dalam posisi tak berpakaian dan sedang digauli oleh dosenmu sendiri? Jelita harus mengutuk kebodohannya yang telah percaya pada hantu dan begitu saja meminjamkan tubuhnya untuk dirasuki. Kini ia kehilangan keperawanan karena keegoisan Elizabeth, hantu yang ia tolong beberapa waktu yang lalu. Hantu yang merupakan istri dari dosennya, Daniel Danuarja. Hantu yang membuatnya terjebak dalam situasi rumit. Jelita mendorong tubuh Daniel yang sedang menyentak-nyentak ke dalam miliknya. “Pak Daniel, apa yang Bapak lakukan terhadap saya?” Dengan mata terbelalak Jelita berteriak. “Ada apa? Tunggu kamu … kamu Jelita? Ke mana istriku?” Daniel sempat lingung karena penolakan mendadak di tengah aktivitas panas mereka. Pandangan Jelita mengedar ke seluruh sudut dan menemukan Elizabet tersungkur lemah di atas lantai. Dari pengamatan Jelita, arwah Elizabeth sudah samar dan memudar, ia yakin waktu Elizabeth sudah tidak lama lagi. “Arwah istri Bapak melemah, waktunya tidak akan lama lagi.” “Apa itu artinya dia akan pergi? Selama-lamanya.” “Ambilkan dulu pakaian saya, dan segera kenakan pakaian Pak Daniel. Nanti saya jelaskan apa yang akan istri Anda alami.” Sorot mata tegas Jelita menyiratkan kemarahan. Ia benar-benar tak habis pikir, bisa-bisanya si hantu dan sang suami bersekongkol untuk mengambil alih tubuhnya. ‘Kalian benar-benar keterlaluan!’ batin Jelita kesal. Apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya?
Konten Dewasa 18+ Harap bijak dalam memilih bahan bacaan! “Apa sih di dunia ini yang tidak bisa kubeli dengan uang?” kata Amanda, gadis berusia 25 tahun anak crazy rich jakarta yang memiliki stasiun televisi lokal. Dengan percaya dirinya ia bilang hal ini pada sahabatnya yang sesama orang kaya juga. “Hoaaahh! Gue suka gaya loe!” Mereka berdua tersenyum senang setelah membeli harga diri seorang pelayan dengan uang. Apapun yang Amanda inginkan bisa dia dapatkan dengan mudah tinggal menjentikan jari dan menggesek kartu berwarna hitam saja, semua beres! Hari bahagia Amanda berubah saat dia menyetujui persyaratan dari ayahnya untuk mendapatkan sesuatu. Amanda tiba-tiba pingsan dan ketika ia sudah bangun, gadis ini mendapati dirinya ada di sebuah kasur, tidur bersama seorang pria yang sama sekali tidak ia kenal. Apa yang telah mereka lakukan semalam dan sekarang dia sedang ada di mana? Amanda berakhir di pulau terpencil bersama seorang pria bernama Senja yang memiliki sikap dingin. Mereka berdua harus berakhir satu rumah, menyelesaikan misi dalam reality show yang diadakan sebuah stasiun televisi demi mendapatkan tujuan yang berbeda. Sayang, jalan tak selamanya mulus. Bumi dan langit seolah bersatu untuk menjatuhkan keduanya. Senja menjadi setengah gila karena mengurus Amanda yang tidak memiliki keahlian apa pun. Sementara Amanda frustasi karena sikap judes Senja dan ingin menyerah sejak hari pertama. Hidup satu rumah dengan orang yang berbeda 180’ membuat hidup mereka seperti di neraka. Benarkah demikian?
Warning 21+. Bahan bacaan untuk kaum dewasa. Phanas-panas hareudang. Jika pasangan lain bahagia menyambut buah hati mereka, Rachel justru harus menyesap getir prahara karena suaminya murka. Jo tak terima Rachel hamil di tengah sulitnya kehidupan mereka. Rachel ditinggal dalam kondisi berbadan dua dan memiliki Alea yang baru berusia empat tahun. Ia berjuang dan bertahan dikerasnya kehidupan untuk malaikat-malaikat kecilnya. Hingga hadirlah Denis, atasannya yang dingin dan aneh menurut Rachel. Denis menggenggam erat tangan Rachel dengan kehangatan. Melindungi wanita rapuh itu dengan kekuasaannya. Sementara itu Jo cemburu Rachel mendapatkan pria lebih baik darinya, ia bermaksud merebut Rachel dan anak-anaknya kembali. Akankah Rachel menerima Denis menyusup ke hatinya? Atau kembali bersama Jo yang sampai detik ini masih bertindak sesuka hatinya?
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
||Mafia Love Story|| Dewasa|| BDSM Story Angela adalah gadis yang tidak diinginkan oleh semua orang. Buangan. Buruk rupa. Hancur. Tidak layak untuk mendapatkan kasih sayang dan cinta. Ataupun harapan akan kebahagiaan. Hidupnya tidak pernah menjadi miliknya. Hingga suatu hari, ia dipaksa untuk menggantikan kakak tirinya menikahi seorang pria. Pria yang tidak pernah dikenalnya. Pria yang tidak pernah di temui atau dilihatnya. Pria yang dikenal kejam, buas, possesif... Ketua mafia LaRocca. Dimitri LaRocca.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
"Bagaimana mungkin seorang dokter spesialis kesuburan justru mandul?!" Felicia Hera adalah seorang dokter yang sudah berhenti bekerja semenjak menikah dan fokus mengabdi kepada suaminya. Namun, Felicia tidak kunjung dapat memberikan anak hingga suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Dia bahkan menceraikan Felicia. Pada saat yang sama, Felicia kembali meniti karir kedokterannya dan pasien pertamanya justru mengajak Felicia untuk berhubungan demi membuktikan kesuburan Felicia. Hingga tepat setelah melakukannya, Felicia menghilang. Lima tahun kemudian, Felicia kembali ke tanah air membawa seorang anak perempuan yang cantik jelita. Hingga masalah datang saat ternyata direktur di rumah sakit barunya adalah ayah dari anaknya! Bagaimana Felicia menyembunyikan identitasnya? Tahukah dia, bahwa pria dingin itu telah memburu Felicia selama lima tahun terakhir?
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"