/0/4943/coverbig.jpg?v=45edbb120ec512ddabcea12e89ca32d1)
Demi mendapatkan cinta sejatinya, Hugo yang seorang pria kaya raya dan pemilik sebuah perusahaan, menyamar menjadi pedagang sayur keliling. Cinta sejatinya itu bernama Citra. Citra adalah gadis miskin yang hanya tamatan SMP dan diperlakukan bak pembantu di rumahnya sendiri oleh ibu dan saudara tirinya. Selama mendekati Citra, Hugo menyembunyikan identitas aslinya dan Citra tidak mengetahui siapa sebenarnya Hugo. Akankah Citra menerima cinta Hugo yang dikenal sebagai tukang sayur keliling?
Sebuah mobil mewah berhenti di halaman sebuah rumah mungil. Di halaman itu, sudah berdiri dua orang pria berpakaian serba hitam dan sebuah gerobak sayur yang penuh dengan barang dagangan. Dari dalam mobil itu, keluar dua orang pria tampan. Yang satu adalah pemilik mobil, satunya lagi adalah assisten pribadi sang pemilik mobil. Begitu kedua orang itu sampai di depan gerobak sayur, dua orang pria berpakaian serba hitam itu membungkuk hormat.
"Bagaimana? Sudah siap?" Tanya Hugo, pria pemilik mobil mewah itu kepada dua orang pria berpakaian serba hitam.
Dua pria berpakaian serba hitam itu mengangguk."Sudah tuan. Gerobak dan isinya sudah siap."
"Bagus," balas Hugo sembari membuka jaketnya sehingga menyisakan kaos butut dan usang yang melekat di tubuh. Dia juga membuka celana panjangnya dan membiarkan kakinya yang berbulu dibalut oleh celana pendek berwarna pudar. Ryan sang assisten pribadi yang memegang jaket dan celana yang dibuka oleh Hugo.
"Mana?" Hugo mengulurkan tangannya kepada salah satu dari pria berpakaian serba hitam. Pria yang ditanya langsung mengulurkan krim berwarna kecoklatan yang berada di dalam sebuah cup berbentuk mangkok. Hugo mencolek krim kecoklatan itu dan membalurkannya ke wajah dan tubuhnya yang tidak tertutupi baju dan celana. Seketika kulitnya yang putih bersih menjadi sawo matang. Hugo sekarang jadi tampak seperti seorang pria miskin pedagang sayur keliling, bukan Hugo pemilik beberapa perusahaan.
Ternyata penyamaran Hugo sebagai tukang sayur keliling belum sempurna. Pria berpakaian serba hitam yang tidak memegang mangkok krim memasangkan sebuah topi yang agak sobek di salah satu sisinya ke kepala Hugo. Kini Hugo siap untuk berjualan keliling seperti biasa. Hugo rela melakukan penyamaran ini demi mendapatkan cinta sejatinya.
***
Pagi ini udara hangat. Burung-burung kecil bercericit di dahan-dahan pohon yang ada di halaman sebuah rumah sederhana. Dari dalam rumah itu terdengar teriakan seorang wanita kepada pembantunya. Ops, bukan. Teriakan itu ditujukan untuk saudara tirinya.
"Citraaaaa! Lama sekali sih telur dadarnya?! Aku itu sudah mau berangkat kerja! Bisa cepatan sedikit tidak?!"
"Iya, sebentar, Dan. Ini aku sedang mengangkatnya dari penggorengan," balas Citra lembut. Setelah telur dadar Dania diletakannya ke atas sebuah piring kecil, Citra segera membawanya ke meja makan. Di hadapan Dania dia menaruh telur dadar itu. "Ini telur dadar kamu," ucapnya.
"Terus tehnya mana?"
"Aku sedang repot memasak bubur ayah. Bagaimana kalau teh-nya kamu buat sendiri?"
Mata Dania yang sudah cantik dengan polesan eye shadow kecoklatan dan eyeliner, melebar. "Maksud kamu aku yang sudah siap dengan busana kerja seperti ini harus mengotori tangan untuk segelas teh? Bagaimana kalau airnya tumpah mengenai pakaianku?"
"Kalau tidak mau membuatnya, tidak usah minum teh. Minum air putih saja. Aduh, nanti bubur ayah gosong lagi." Dania langsung berlari ke kompor dan mengaduk bubur di panci.
Mendapati itu Dania menggeram. Dia menoleh pada ibunya dengan wajah merengut. "Bu, lihat kelakuan dia! Dia tidak mau membuatkanku teh! Dia mulai ngelunjak sekarang!"
Ratna, ibunya Dania melirik pada Citra sang putri tiri. Wajahnya tampak sangat marah. Tapi melihat Citra benar-benar sibuk, dia pun berdiri dari duduknya. "Kalau begitu biar ibu saja yang buatkan teh untuk kamu. Nanti biar ibu yang memberinya pelajaran agar tidak ngelunjak lagi seperti tadi."
Citra mendengar ucapan Ratna barusan. Tapi dia tidak ambil pusing. Dia sudah terbiasa mendengar kata-kata yang buruk dari ibu dan saudara tirinya sehingga menganggap ucapan-ucapan itu sebagai angin lalu. Yang terpenting sekarang perut ayahnya yang menderita stroke terisi dulu. Citra pun memasukkan bubur nasi yang telah masak ke dalam sebuah mangkuk yang kemudian ditambah telur dadar dan sup. Selanjutnya dia mendekati ayahnya yang melihat semua kerepotannya dalam diam. Stroke selain membuat ayahnya sulit berjalan, juga membuat sang ayah sulit berbicara.
"Ayah, ayo sarapan dulu," bisik Citra di telinga Aswin, ayahnya.
Aswin memandang wajah Citra dan kemudian mengangguk tak berdaya. Ada penyesal di matanya yang jelas terlihat. Menyesal karena tidak bisa berbuat apa-apa meskipun putri kandungnya kerap diperlakukan seperti pembantu oleh istri dan anak tirinya.
Dengan telaten, Citra lalu menyuapi Aswin sesuap demi sesuap. Di wajahnya tidak terlihat ada beban ketika dia melakukan itu. Beberapa kali Citra meminta Aswin membuka mulutnya lebih lebar agar makanan lebih leluasa masuk dengan suara lembut. Dalam waktu yang tidak lama, bubur dalam mangkuk tersisa sedikit.
"Sayuuuuuur! Sayuuuuur! Sayur-sayuuuuuur!"
Citra terhenyak mendengar suara itu. Dia langsung menatap Aswin lekat. "Yah, aku beli sayur dulu ya. Ayah aku tinggal sebentar."
Aswin mengangguk tanda membolehkan.
Ketika Citra keluar rumah, beberapa ibu-ibu tetangga sudah mengerubuni abang tukang sayur. Abang tukang sayur satu ini memang idola ibu-ibu. Wajahnya yang tampan sebelas dua belas dengan pria-pria Turki. Hidungnya juga mancung dan rahangnya jambang halus.
"Bang, ada ikan nila?" tanya Citra kemudian.
"Ada, Neng Citra. Mau berapa? Satu kilo? Atau dua kilo?"
"Satu kilo saja, bang."
"Oke," Hugo memberikan plastik berisi satu kilo ikan nila kepada Citra sembari melirik wajah manis Citra yang tidak membosankan. Entahlah, dia suka dengan kesederhanaan Citra. Dia tidak menyadari, kalau seorang ibu-ibu yang sedang memilih-milih sayuran, memperhatikan apa yang dilakukannya.
"Duh itu lirikan bikin patah hati," ucap si ibu dengan nada bercanda.
Hugo terhenyak, menoleh, dan tersenyum malu pada si ibu. "Idih ibu jangan permalukan saya dong. Harusnya ibu diam saja jika mengetahuinya," balas Hugo juga dengan nada bercanda. Ini keluar dari karakter aslinya yang biasa berbicara serius dan seadaanya. Di perusahaan seluruh staf segan kepadanya. Tak ada yang berani menatap wajahnya.
Berbeda dengan di perusahaan, para ibu-ibu pembeli sayur justru bisa sepuasnya menatap wajah tampan Hugo. Oya, jika sedang menjadi pedagang sayur seperti ini, Hugo tidak memakai nama aslinya. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Awan kepada para pelanggannya.
"Pakai malu segala. Sudah jadian saja. Kalian berdua cocok kok." Si ibu kembali menanggapi. "Cit, Nak Awan naksir kamu tuh sepertinya."
Wajah Citra langsung menyemu merah mendengar celetukan si ibu. "Apaan sih Ibu ini? Saya belum berpikir sampai ke sana. Lagian kalau hanya sekedar melihat bukan berarti tanda suka."
"Belum berpikir sampai sana?" Ibu itu malah bertanya. "Apa lagi yang ditunggu? Usia sudah cukup."
"Ayah butuh diurus. Belum tentu ada laki-laki yang menerima keadaan ayah yang seperti ini."
Si ibu langsung terdiam. Apa yang dikatakan Citra dirasa benar. Beberapa orang tidak mau tinggal bersama mertua sakit yang merepotkan. Apalagi jika masih menumpang di rumah mertua.
"Tapi saya mau kok menerima ayah kamu," tiba-tiba Hugo menyahut. Sahutan Hugo di luar dugaan siapa pun. Dan itu membuat ibu-ibu yang mengerumuni gerobak sayurnya langsung heboh.
"Cieeeeee.... Gercep atuh."
"Iya, kalian berdua itu cocok. Ganteng dan cantik."
"Daripada hidup susah, enakan kalau ada yang mau tanggung jawab, Cit."
Komentar-komentar itu membuat Citra tersenyum kaku. Untuk saat ini dia berkata jujur kalau belum siap untuk menikah. Menikah tidaklah semudah komentar-komentar mereka. Banyak hal yang harus dipikirkannya.
Tiiiiin!
Kehebohan itu langsung lenyap seketika begitu mendengar suara klakson mobil. Semua menoleh ke sumber suara. Sebuah mobil mengkilat hendak berbelok ke halaman rumah Citra. Itu adalah mobil Arpan, kekasihnya Dania yang seorang manager sebuah hotel di tempat Dania bekerja. Hugo langsung mendorong gerobak sayurnya agar tidak menghalangi jalan mobil Arpan.
"Dania beruntung sekali ya? Sudah cantik, punya pekerjaan bagus, kekasihnya atasan di tempatnya bekerja. Sayang sekali kamu tidak seberuntung saudaramu itu, Cit."
Seorang ibu menyeletuk. Celetukan itu cukup membuat wajah Citra langsung berubah muram. Jelas saja Dania lebih beruntung darinya karena adik tirinya itu mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Sedangkan dia? Hanya tamatan SMP saja. Dulu karena keterbatasan biaya, ayah dan ibu tirinya harus memilih salah satu yang disekolahkan. Atas rayuan ibu tirinya pada ayahnya, jadilah Dania yang tetap bersekolah sementara dia putus sekolah.
Ini memang tidak adil. Tapi Citra berusaha untuk ikhlas menerima. Dia yakin semua terjadi atas kehendak Tuhan.
Hugo melihat perubahan di wajah Citra itu. Dia tahu Citra sedih mendapat komentar barusan. Hugo merasa iba.
"Bagaimana ibu bisa berkata seperti itu?" tanya Hugo kemudian. "Kita itu belum tau endingnya bukan?"
Semua ibu-ibu yang mengelilingi gerobak Hugo, menatapnya dengan wajah bertanya. Tak terkecuali Citra.
BERSAMBUNG...
Menjadi istri yang berbakti adalah kebahagiaan buat Risma. Akan tetap baktinya justru disepelekan oleh sang suami. Kendra, suaminya menikah lagi dengan wanita lain tanpa izinnya. Risma baru tahu suaminya telah berpoligami setelah kandungan Eva, istri muda Kendra berusia 5 bulan, saat dibawa pulang ke rumah. Alasan Kendra menikah lagi karena Risma belum memberikan keturunan untuknya. Padahal bagi Risma, 2 tahun pernikahan bukanlah patokan dirinya mandul. Lalu apakah Risma bisa menerima dirinya dipoligami atau dia memberontak?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?