"Aku tidak rela kamu bertunangan dengan karyawan rendahan itu," ucap Aghata seraya mendekatiku. "Aku tak harus mendengarkanmu!" "Aku mencintaimu, dan tak ada orang lain yang boleh memilikinya selain aku," ucap Aghata sambil menjelajahi dadaku dengan jarinya yang nakal. "Kamu sakit?" "Aku sakit karena kau membuangku dan lebih memilih dia," tangisnya.
Jakarta, Kota Megapolitan yang selalu jadi tujuan kaum urban bertaruh nasib. Mentari pagi ini bersinar dengan anggun menampakkan kuasanya sebagai Ratu Semesta.
Seorang wanita bertubuh mungil terlihat ikut berdesakan antre hendak memasuki bussway. Badannya yang mungil memudahkannya menyusup di antara para penumpang lain. Sial! tak ada kursi kosong. Dengan berat hati, dia berdiri dengan menenteng tas kerjanya. Yah, tak apalah daripada terlambat.
Perkenalkan, namaku Freeya Aqila Hasbie Rasyid. Kata teman- temanku, wajahku yang oriental ini sangat khas. Yah, tentu saja, aku keturunan campuran Tionghoa dan Turki.
Berwajah oriental, tapi tak bermata sipit. Perawakanku yang mungil kudapat dari ibuku yang Tionghoa. Sementara rambut cokelat dan mataku yang hijau kecoklatan, kudapat dari ayahku yang Turki.
Ini adalah hari pertamaku kerja di Jakarta. Sebelum ini, aku kerja di Bandung, di sebuah perusahaan kecil. hingga F. Company merekrutku.
"Presdir, bukankah ini sama artinya Anda menjualku?" protesku dua minggu yang lalu. Mengingat aku direkrut F. Company demi perusahaan yang aku tempati mendapat suntikan dana.
"Aya, F. Company adalah perusahaan besar, kau bisa mengasah kemampuanmu di sana," terang Presdir Antoni.
Aku hanya bisa mendengus kesal. Huft! Karena melamun, aku tak sadar kalau aku sudah sampai di halte depan gedung F. Company. Benar kata Arsyila, sahabatku, F. Company memang perusahaan besar dengan gedung yang begitu megah. Dengan langkah pasti, aku memasuki lobi perusahaan.
Seorang resepsionis cantik menyambutku dengan senyum ramah.
"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?"
Kusodorkan surat panggilan kerja yang kudapat tiga hari yang lalu. Gadis itu sekilas melihatnya. Dia tampak berbincang dari intercom dan tersenyum.
"Mbak Freeya, sudah ditunggu HRD."
"Silakan naik ke lantai 8! Ruang HRD, tepat di depan lift."
"Terima kasih."
Aku berjalan buru-buru hendak memasuki lift, hingga tiba - tiba aku menabrak seseorang.
Bbbrruuukkkk!
Ceklek.
Tubuhku terhuyung membuat salah satu heelsku patah. Sial! Kupandangi punggung lelaki yang bertabrakan denganku berlalu tanpa sepatah katapun.
"Dia pergi tanpa mengucapkan maaf?" gumamku dalam hati. Sekalian kupatahkan heels yang satunya. Yah, walaupun aku jadi susah berjalan.
Tok tok tok.
Kuketuk pintu bertuliskan R. HRD.
"Masuk!"
Kkkrrreeekkkk.
Suara pintu berderit saat kubuka. Di belakang meja nampak sesosok lelaki tampan berpenampilan rapi, tersenyum kearahku. Tangannya terulur mengisyaratkan agar aku segera duduk.
"Terima kasih," ucapku sembari duduk.
"Freeya Aqila Hasbie Rasyid," baca lelaki yang namanya tertera di papan di meja bagian depan Anggara Samudra.
"Silakan tanda tangani kontaknya!" ucapnya seraya menyodorkan selembar kertas di atas map biru.
"Baca dulu!"
"Kamu terikat kontrak 5 tahun dengan perusahaan kami."
"Silakan ajukan keberatan, jika ada poin kontrak yang janggal!"
Setelah memastikan sekali lagi tak ada yang janggal, kububuhkan tanda tanganku di atas kertas putih itu.
Lelaki itu menyodorkan sebuah tanda pengenal. Ada fotoku di sana.
"Aku Anggara Samudra."
"Kamu bisa panggil aku, Gara!"
"Selamat bergabung di F. Company!"
Gara mengulurkan tangannya yang langsung kujabat dengan penuh semangat. Kusunggingkan senyum termanisku.
"Mari! Kutunjukan ruanganmu!"
"Iya."
Aku mengekori Gara yang melenggang sembari menunjukkan ruanganku.
Divisi Pengembsngan Proyek berada di lantai 40. Di ruangan ini, ada sekitar 12 orang.yang tampak berkutat dengan laptop masing-masing. Mereka serempak berdiri saat melihat Gara dan aku masuk.
"Selamat pagi."
"Pagi ... !"
"Perkenalkan, dia adalah Ketua Divisi Pengembangan Proyek yang baru, Freeya Aqila Hasbie Rasyid," kata Gara dengan suara tegasnya.
"Selamat datang dan selamat bergabung."
"Terima kasih."
"Mohon kerja samanya," ucapku dengan sedikit menunduk.
Mereka satu per satu menyalamiku dan memperkenalkan diri. Seorang gadis cantik menyalamiku dan memelukku.
"Aku Kinar. Kamu akan duduk bersebelahan denganku," ujarnya.
"Panggil saja aku, Aya!"
"Oke."
Kinar menatap ke arah bawahku saat dia menyadari jalanku yang aneh. Aku tersenyum kecut menyembunyikan rasa maluku.
"Kenapa?"
"Patah saat aku tabrakan sama orang tadi di depan lift. Daripada aneh, ya sekalian kupatahkan saja yang satunya," terangku.
"Tenang! Aku pesankan sebentar."
***
Di ruangan Direktur F. Company, ruangan yang sebagian besar bersekat kaca ini terlihat tenang. Di belakang meja, duduk seorang lelaki tampan dengan perawakan tinggi atletis tengah memainkan sebuah papan nama dari kayu berlapis kaca, bertuliskan CEO DEMAS FABIAN.
Aku berdiri mematung. Huh! Aku mendengus, bukankah dia lelaki yang menabrakku tadi? Dia CEO yang membeliku?
Terus kumainkan jemariku sembari menunggu dia selesai memeriksa CV milikku. Dia menatapku dengan tatapan yang tak kusukai. Dia bangkit dan ganti duduk di atas meja.
"Freeya Aqila Hasbie Rasyid, Ratu
Presentasi, benar?"
Aku hanya mengangguk.
"Berapa lama kerja di perusahaan sebelumnya?"
"Bukankah sudah tertera di CV? Ngapain nanya?" gumamku dalam hati.
"2 tahun," jawabku datar.
"Tahu kan, kenapa aku merekrutmu?"
"Tahu."
Aku masih ogah-ogahan menjawabnya. Entah kenapa, aku begitu kesal dengan lelaki di depanku ini.
Aku merasa seperti budak belian. Dia memicingkan mata ke arahku. Aku balas menatapnya. Disodorkannya setumpuk berkas kepadaku. Tanganku hampir saja kewalahan.
"Revisi! Sebelum jam 3 sudah harus ada di mejaku!" perintahnya dingin.
"Hah! Yang benar saja? Anda bercanda?" protesku geram.
"Oh! Protes? Akan aku tambah pekerjaanmu!" ancamnya.
"Tapi ini penindasan!"
"Anda menukarku dengan suntikan dana untuk perusahaan Tuan Antoni!"
"Tapi, bukan berarti Anda bisa memperlakukanku seperti budak belian!"
"Berlaku semena-mena!"
"Semena-mena? Aku tidak suka ada orang yang berani membalas tatapanku," semprotnya.
"Keluar! Dan kerjakan perintahku!" bentaknya.
Tanpa ba bi bu, aku langsung membalikkan badan. Dalam hati, aku mengumpat.
"DASAR TIDAK WARAS!" baru sampai di pintu, suara beratnya menghentikanku.
"Kenapa sepatumu?" Dia bertanya dengan nada dingin.
"Menurutmu?" tanyaku dengan sedikit menekan gigiku.
"Ada lelaki tidak bertanggung jawab menabrakku. Dia berlalu begitu saja tanpa ucapan maaf."
"Saya permisi!"
Aku meninggalkan ruangan itu tanpa memedulikan dia yang masih terpaku. Hah? Hari-hari berikutnya, pastilah akan seperti neraka bagiku.
***
Pada saat jam makan siang, Kinar menyodorkan sebuah bungkusan dan nasi kotak untukku. Dengan penuh semangat kubuka bungkusan itu. Heels warna hitam yang sama persis dengan punyaku. Aku langsung memakainya. Senyumku terkembang menatap Kinar.
"Akan aku ganti," ucapku.
"Jangan membuatku malu!"
"Anggap itu hadiah perkenalan kita!"
"Terima kasih."
"Ayo makan!" ajaknya.
"Hah? Kalau aku makan, yang ada pekerjaanku tidak kelar," keluhku.
"Presdir biasanya tak sekejam ini!"
"Huuh! Entahlah."
"Mungkin dia sensi padaku."
Kupegangi kepalaku yang mulai senut-senut. Layar komputerku tampak garis-garis efek mataku yang mulai pedih.
Sial! Hari pertama kerja, aku sudah tersiksa. Dan aku harus menjalani ini selama 5 tahun?
Tepat pukul 3 sudah, kusodorkan berkas revisi di atas meja presdir dingin itu. Dia menatapku tajam. Segera kualihkan pandanganku mengitari ruangan.
"Not bad!" ucapnya.
Hhuuuhhh! Aku mengerjakannya dengan maraton. Hampir membuat kepalaku pecah dan hanya terlontar kata "not bad" dari mulutnya. Ini batu saat pelajaran Bahasa Indonesia tentang kalimat pujian, dia absen kali ya?
"Keluarlah! Eh ... bawa ini! Pelajari! ini, bahan presentasi buat besok!"
Presdir Demas menyodorkan proposal.
"Baik."
"Kalau tidak ada hal lain, saya permisi," pamitku sambil mengangguk.
"Silakan!" sahutnya tanpa menoleh ke arah tempatku berdiri.
Sumpah! Kalau aku tidak butuh pekerjaan, sudah kulempar CEO songong itu pake heels. Ini hari pertama kerja dengan kesan pertama yang AMBYYAARRR.
"Berhentilah menangis atau aku akan melakukan lebih dari sekadar menyobek bajumu, Arini." Namun, mendengar ucapan Rexy, suara tangisku malah makin mnenggema bersama aliran shower yang terus membasahi badanku dan Rexy, pria yang membiarkanku memeluknya yang masih menopang tubuhku. "Damn it, seharusnya aku memang membunuh mereka semua." Penasaran? Yuk kepoin👇
Ellen terbelalak, "YA, REYHAN SAPUTRA! KAMU SUDAH MENYENTUH AKU SEBELUM NIKAH? KURANG AJAR!" teriak Ellen sambil terus menutupi tubuhnya. Ellen menyampahserapahi pria di depannya yang entah telah melakukan apa padanya. Reyhan tertawa gemas, lalu mematikan kompornya dan mendekat pada Ellen. Ellen pun memundurkan langkahnya hingga tubuhnya terbentur tembok. "YA! YA! APA YANG KAMU LAKUKAN?" girang Ellen sambil tetap menyilangkan kedua tangannya. Reyhan menyentuh tengkuk Ellen membuatnya menggeliat geli. Reyhan menyeringai. "Mau, aku contohin?"
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Anne mengikuti kontrak tertentu: dia akan menikah dengan Kevin dan melahirkan anaknya pada akhir tahun. Kalau tidak, dia akan kehilangan semuanya. Namun, itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Menghadapi penghinaan hari demi hari, dia sudah kehabisan kesabaran. Kali ini, dia tidak mau menyerah. Pada hari kecelakaan Kevil, Anne mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya. Meskipun dia hidup, dia akan segera menghilang di hadapan dunia. Nasib mereka terikat sekali lagi setelah bayi mereka tumbuh. Anne mungkin telah kembali kepadanya, tetapi dia bukan lagi wanita yang sedang mengejar cinta Kevin. Sekarang, Anne siap berjuang untuk putranya.
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Memiliki wajak cantik dan tubuh sempurna justru mengundang bencana. Sherly, Livy dan Hanny adalah kakak beradik yang memiliki wajah cantik jelita. Masing-masing dari mereka sudah berkeluarga. Tapi sayangnya pernikahan mereka tak semulus wajah yang dimilikinya. Masalah demi masalah kerap muncul di dalam hubungan mereka. Kecantikan dan kesempurnaan tubuh mereka justru menjadi awal dari semua masalah. Dapatkah mereka melewati masalah itu semua ?
Joelle mengira dia bisa mengubah hati Adrian setelah tiga tahun menikah, tetapi dia terlambat menyadari bahwa hati itu sudah menjadi milik wanita lain. "Beri aku seorang bayi, dan aku akan membebaskanmu." Pada hari Joelle melahirkan, Adrian bepergian dengan wanita simpanannya dengan jet pribadi. "Aku tidak peduli siapa yang kamu cintai. Utangku sudah terbayar. Mulai sekarang, kita tidak ada hubungannya satu sama lain." Tidak lama setelah Joelle pergi, Adrian mendapati dirinya berlutut memohon. "Tolong, kembalilah padaku."
21++ BANYAK ADEGAN BERBAHAYA TIDAK UNTUK DITIRU! "Kamu hamil!" ucap Ayden, kekasih Delisha. "A-apa?" tanya Delisha polos. "Kamu hamil!" tegas Ayden lagi. "T-tapi." "Kita sering melakukannya, dan kita main tanpa pengaman." "J-jadi?" "Aku mau putus! Terserah mau diapakan anak itu, umurku masih 16 tahun. Aku mau bebas." Ayden meninggalkan Delisha yang mematung, tidak tahu apa yang harus ia lakukan, dan apa yang akan ia hadapi ke depan disaat usianya masih sangat belia 14 tahun.