/0/4383/coverbig.jpg?v=f8992cfee7dd0fd8f7f126b008b47a08)
"Aku tidak rela kamu bertunangan dengan karyawan rendahan itu," ucap Aghata seraya mendekatiku. "Aku tak harus mendengarkanmu!" "Aku mencintaimu, dan tak ada orang lain yang boleh memilikinya selain aku," ucap Aghata sambil menjelajahi dadaku dengan jarinya yang nakal. "Kamu sakit?" "Aku sakit karena kau membuangku dan lebih memilih dia," tangisnya.
Jakarta, Kota Megapolitan yang selalu jadi tujuan kaum urban bertaruh nasib. Mentari pagi ini bersinar dengan anggun menampakkan kuasanya sebagai Ratu Semesta.
Seorang wanita bertubuh mungil terlihat ikut berdesakan antre hendak memasuki bussway. Badannya yang mungil memudahkannya menyusup di antara para penumpang lain. Sial! tak ada kursi kosong. Dengan berat hati, dia berdiri dengan menenteng tas kerjanya. Yah, tak apalah daripada terlambat.
Perkenalkan, namaku Freeya Aqila Hasbie Rasyid. Kata teman- temanku, wajahku yang oriental ini sangat khas. Yah, tentu saja, aku keturunan campuran Tionghoa dan Turki.
Berwajah oriental, tapi tak bermata sipit. Perawakanku yang mungil kudapat dari ibuku yang Tionghoa. Sementara rambut cokelat dan mataku yang hijau kecoklatan, kudapat dari ayahku yang Turki.
Ini adalah hari pertamaku kerja di Jakarta. Sebelum ini, aku kerja di Bandung, di sebuah perusahaan kecil. hingga F. Company merekrutku.
"Presdir, bukankah ini sama artinya Anda menjualku?" protesku dua minggu yang lalu. Mengingat aku direkrut F. Company demi perusahaan yang aku tempati mendapat suntikan dana.
"Aya, F. Company adalah perusahaan besar, kau bisa mengasah kemampuanmu di sana," terang Presdir Antoni.
Aku hanya bisa mendengus kesal. Huft! Karena melamun, aku tak sadar kalau aku sudah sampai di halte depan gedung F. Company. Benar kata Arsyila, sahabatku, F. Company memang perusahaan besar dengan gedung yang begitu megah. Dengan langkah pasti, aku memasuki lobi perusahaan.
Seorang resepsionis cantik menyambutku dengan senyum ramah.
"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?"
Kusodorkan surat panggilan kerja yang kudapat tiga hari yang lalu. Gadis itu sekilas melihatnya. Dia tampak berbincang dari intercom dan tersenyum.
"Mbak Freeya, sudah ditunggu HRD."
"Silakan naik ke lantai 8! Ruang HRD, tepat di depan lift."
"Terima kasih."
Aku berjalan buru-buru hendak memasuki lift, hingga tiba - tiba aku menabrak seseorang.
Bbbrruuukkkk!
Ceklek.
Tubuhku terhuyung membuat salah satu heelsku patah. Sial! Kupandangi punggung lelaki yang bertabrakan denganku berlalu tanpa sepatah katapun.
"Dia pergi tanpa mengucapkan maaf?" gumamku dalam hati. Sekalian kupatahkan heels yang satunya. Yah, walaupun aku jadi susah berjalan.
Tok tok tok.
Kuketuk pintu bertuliskan R. HRD.
"Masuk!"
Kkkrrreeekkkk.
Suara pintu berderit saat kubuka. Di belakang meja nampak sesosok lelaki tampan berpenampilan rapi, tersenyum kearahku. Tangannya terulur mengisyaratkan agar aku segera duduk.
"Terima kasih," ucapku sembari duduk.
"Freeya Aqila Hasbie Rasyid," baca lelaki yang namanya tertera di papan di meja bagian depan Anggara Samudra.
"Silakan tanda tangani kontaknya!" ucapnya seraya menyodorkan selembar kertas di atas map biru.
"Baca dulu!"
"Kamu terikat kontrak 5 tahun dengan perusahaan kami."
"Silakan ajukan keberatan, jika ada poin kontrak yang janggal!"
Setelah memastikan sekali lagi tak ada yang janggal, kububuhkan tanda tanganku di atas kertas putih itu.
Lelaki itu menyodorkan sebuah tanda pengenal. Ada fotoku di sana.
"Aku Anggara Samudra."
"Kamu bisa panggil aku, Gara!"
"Selamat bergabung di F. Company!"
Gara mengulurkan tangannya yang langsung kujabat dengan penuh semangat. Kusunggingkan senyum termanisku.
"Mari! Kutunjukan ruanganmu!"
"Iya."
Aku mengekori Gara yang melenggang sembari menunjukkan ruanganku.
Divisi Pengembsngan Proyek berada di lantai 40. Di ruangan ini, ada sekitar 12 orang.yang tampak berkutat dengan laptop masing-masing. Mereka serempak berdiri saat melihat Gara dan aku masuk.
"Selamat pagi."
"Pagi ... !"
"Perkenalkan, dia adalah Ketua Divisi Pengembangan Proyek yang baru, Freeya Aqila Hasbie Rasyid," kata Gara dengan suara tegasnya.
"Selamat datang dan selamat bergabung."
"Terima kasih."
"Mohon kerja samanya," ucapku dengan sedikit menunduk.
Mereka satu per satu menyalamiku dan memperkenalkan diri. Seorang gadis cantik menyalamiku dan memelukku.
"Aku Kinar. Kamu akan duduk bersebelahan denganku," ujarnya.
"Panggil saja aku, Aya!"
"Oke."
Kinar menatap ke arah bawahku saat dia menyadari jalanku yang aneh. Aku tersenyum kecut menyembunyikan rasa maluku.
"Kenapa?"
"Patah saat aku tabrakan sama orang tadi di depan lift. Daripada aneh, ya sekalian kupatahkan saja yang satunya," terangku.
"Tenang! Aku pesankan sebentar."
***
Di ruangan Direktur F. Company, ruangan yang sebagian besar bersekat kaca ini terlihat tenang. Di belakang meja, duduk seorang lelaki tampan dengan perawakan tinggi atletis tengah memainkan sebuah papan nama dari kayu berlapis kaca, bertuliskan CEO DEMAS FABIAN.
Aku berdiri mematung. Huh! Aku mendengus, bukankah dia lelaki yang menabrakku tadi? Dia CEO yang membeliku?
Terus kumainkan jemariku sembari menunggu dia selesai memeriksa CV milikku. Dia menatapku dengan tatapan yang tak kusukai. Dia bangkit dan ganti duduk di atas meja.
"Freeya Aqila Hasbie Rasyid, Ratu
Presentasi, benar?"
Aku hanya mengangguk.
"Berapa lama kerja di perusahaan sebelumnya?"
"Bukankah sudah tertera di CV? Ngapain nanya?" gumamku dalam hati.
"2 tahun," jawabku datar.
"Tahu kan, kenapa aku merekrutmu?"
"Tahu."
Aku masih ogah-ogahan menjawabnya. Entah kenapa, aku begitu kesal dengan lelaki di depanku ini.
Aku merasa seperti budak belian. Dia memicingkan mata ke arahku. Aku balas menatapnya. Disodorkannya setumpuk berkas kepadaku. Tanganku hampir saja kewalahan.
"Revisi! Sebelum jam 3 sudah harus ada di mejaku!" perintahnya dingin.
"Hah! Yang benar saja? Anda bercanda?" protesku geram.
"Oh! Protes? Akan aku tambah pekerjaanmu!" ancamnya.
"Tapi ini penindasan!"
"Anda menukarku dengan suntikan dana untuk perusahaan Tuan Antoni!"
"Tapi, bukan berarti Anda bisa memperlakukanku seperti budak belian!"
"Berlaku semena-mena!"
"Semena-mena? Aku tidak suka ada orang yang berani membalas tatapanku," semprotnya.
"Keluar! Dan kerjakan perintahku!" bentaknya.
Tanpa ba bi bu, aku langsung membalikkan badan. Dalam hati, aku mengumpat.
"DASAR TIDAK WARAS!" baru sampai di pintu, suara beratnya menghentikanku.
"Kenapa sepatumu?" Dia bertanya dengan nada dingin.
"Menurutmu?" tanyaku dengan sedikit menekan gigiku.
"Ada lelaki tidak bertanggung jawab menabrakku. Dia berlalu begitu saja tanpa ucapan maaf."
"Saya permisi!"
Aku meninggalkan ruangan itu tanpa memedulikan dia yang masih terpaku. Hah? Hari-hari berikutnya, pastilah akan seperti neraka bagiku.
***
Pada saat jam makan siang, Kinar menyodorkan sebuah bungkusan dan nasi kotak untukku. Dengan penuh semangat kubuka bungkusan itu. Heels warna hitam yang sama persis dengan punyaku. Aku langsung memakainya. Senyumku terkembang menatap Kinar.
"Akan aku ganti," ucapku.
"Jangan membuatku malu!"
"Anggap itu hadiah perkenalan kita!"
"Terima kasih."
"Ayo makan!" ajaknya.
"Hah? Kalau aku makan, yang ada pekerjaanku tidak kelar," keluhku.
"Presdir biasanya tak sekejam ini!"
"Huuh! Entahlah."
"Mungkin dia sensi padaku."
Kupegangi kepalaku yang mulai senut-senut. Layar komputerku tampak garis-garis efek mataku yang mulai pedih.
Sial! Hari pertama kerja, aku sudah tersiksa. Dan aku harus menjalani ini selama 5 tahun?
Tepat pukul 3 sudah, kusodorkan berkas revisi di atas meja presdir dingin itu. Dia menatapku tajam. Segera kualihkan pandanganku mengitari ruangan.
"Not bad!" ucapnya.
Hhuuuhhh! Aku mengerjakannya dengan maraton. Hampir membuat kepalaku pecah dan hanya terlontar kata "not bad" dari mulutnya. Ini batu saat pelajaran Bahasa Indonesia tentang kalimat pujian, dia absen kali ya?
"Keluarlah! Eh ... bawa ini! Pelajari! ini, bahan presentasi buat besok!"
Presdir Demas menyodorkan proposal.
"Baik."
"Kalau tidak ada hal lain, saya permisi," pamitku sambil mengangguk.
"Silakan!" sahutnya tanpa menoleh ke arah tempatku berdiri.
Sumpah! Kalau aku tidak butuh pekerjaan, sudah kulempar CEO songong itu pake heels. Ini hari pertama kerja dengan kesan pertama yang AMBYYAARRR.
"Berhentilah menangis atau aku akan melakukan lebih dari sekadar menyobek bajumu, Arini." Namun, mendengar ucapan Rexy, suara tangisku malah makin mnenggema bersama aliran shower yang terus membasahi badanku dan Rexy, pria yang membiarkanku memeluknya yang masih menopang tubuhku. "Damn it, seharusnya aku memang membunuh mereka semua." Penasaran? Yuk kepoin👇
Ellen terbelalak, "YA, REYHAN SAPUTRA! KAMU SUDAH MENYENTUH AKU SEBELUM NIKAH? KURANG AJAR!" teriak Ellen sambil terus menutupi tubuhnya. Ellen menyampahserapahi pria di depannya yang entah telah melakukan apa padanya. Reyhan tertawa gemas, lalu mematikan kompornya dan mendekat pada Ellen. Ellen pun memundurkan langkahnya hingga tubuhnya terbentur tembok. "YA! YA! APA YANG KAMU LAKUKAN?" girang Ellen sambil tetap menyilangkan kedua tangannya. Reyhan menyentuh tengkuk Ellen membuatnya menggeliat geli. Reyhan menyeringai. "Mau, aku contohin?"
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
"Kita adalah dua orang yang tak seharusnya bersama," lirih Xena pilu. Morgan menarik dagu Xena dan berdesis, "Sejak awal, kita memang sudah ditakdirkan bersama." Xena Foster terkenal dengan kehidupan glamour dan selalu berfoya-foya. Bagi Xena, dirinya tak perlu bekerja susah payah, karena selama ini gadis itu selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Hidup Xena memang selalu menjadi idaman para gadis di luar sana. Sempurna dan tak memiliki celah kekurangan. Namun, siapa sangka semua itu berubah di kala Xena bertemu dengan Morgan Louise—sosok pria tampan yang mampu menggetarkan hatinya, bahkan membangkitkan hasrat memilikinya. Morgan telah berhasil, membuat Xena tergila-gila pada pria itu. Sayang, perasaan cinta Xena telah terjebak pada kenyataan pahit tentang Morgan Louise. Kenyataan yang telah menghancurkannya. Bagaikan di ambang jurang, mampukah Xena bertahan? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono