/0/3948/coverbig.jpg?v=6b92f5286534532421332af8b827373b)
Setelah kematian kedua orang tuanya, Maria yang berumur 9 tahun bertemu dengan Sarkon Ritchie yang berumur 17 tahun, lelaki yang mengaku teman dari ayah Maria dan ingin menerima Maria untuk mengasuhnya. Saat dia beranjak dewasa, Maria menyadari Sarkon berasal dari dunia yang sungguh berbeda dari dunianya: dunia para orang kaya, yang paling berkuasa dan bergelimang harta di antara masyarakat kelas atas kota Lenmont - dan kehidupan Maria pun berubah secara luar biasa. Terlepas dari tekad Sarkon untuk menjadi wali bagi Maria, yang ingin melindunginya menggantikan ayahnya, Maria justru jatuh cinta dengan tatapan mata biru mempesona dan kegarangan milik Sarkon itu. Tetapi apakah lika-likunya untuk mencintai sosok paling berkuasa kedua di masyarakat kelas atas Lenmont? Apakah Sarkon akan membalas cinta Maria? Ataukah Maria hanya akan menjadi pion dalam perebutan kekuasaan? Sang Kekasih Berambut Merah diciptakan oleh Elle Gobe, seorang penulis eGlobal Creative Publishing.
Matahari sore bersinar cerah di langit, memancarkan sinar keemasannya di atas kota metropolitan Lenmont, hutan beton raksasa yang dikenal dunia sebagai "Tanah Harapan dan Impian".
Dari langit, Lenmont berbentuk seperti setitik air mata raksasa yang dikelilingi oleh bentangan samudera biru.
Pada hari ini, lautan terasa lebih biru dari biasanya. Ceria, bahkan, seperti Sebuah cermin besar yang memantulkan sinar mentari. Burung-burung terbang di atas hamparan pasir mengkilap diiringi deru ombak yang berkilauan.
Di sebelah pantai, sebuah vila berdiri dengan bangga di tengah padang rumput seukuran enam lapangan sepak bola, alunan musik yang merdu terdengar dari dalam.
Sosok ramping dengan rambut panjang berwarna merah kecoklatan yang indah, tiada duanya di Lenmont, bergerak lembut dengan biola di jemari tangannya yang cantik dan menawan.
Kemudian, dia berhenti.
Dia memutar pinggulnya yang anggun dan sedikit mengernyit pada pelayannya yang berdiri di dekatnya.
"Apakah Paman Sarkon akan menyukai ini?"
Wanita berseragam, yang lebih dewasa dan lebih bijaksana dalam bersikap, balas tersenyum dan menjawab dengan jujur, "Tentu saja, Nona Maria. Kamu sudah berlatih sangat keras."
Maria yang berusia delapan belas tahun melepaskan instrumen itu dari lehernya yang memerah dan mengangkat jari-jarinya. Lepuh baru telah terbentuk di atas kapalan lamanya. Tersenyum lemah, dia memiringkan kepalanya dengan hati-hati ke kiri lalu ke kanan untuk menghilangkan rasa nyeri di lehernya.
Pelayan itu melihat lebih banyak kapalan di sepanjang lekukan lembut bahu nyonya mudanya dan menghela nafas.
"Ini akan sepadan," gumam nona mudanya pada laut yang berkilauan.
"Ya. Pasti akan sepadan, Nona Maria. Tuan Sarkon akan menyukainya, saya yakin."
Hanya dengan mendengar namanya saja sudah cukup untuk membuat bibir kemerahan itu tersenyum lebar. Senyum rahasia; menyiratkan perasaan kasih sayang yang teramat dalam untuk satu-satunya orang yang telah mengisi relung hatinya.
Satu-satunya orang yang bisa membuatnya gemetar seolah merasakan kepakan jutaan kupu-kupu yang menunggu untuk meledak dari dadanya. Kekasih tercinta yang hanya diketahui oleh hatinya.
Tapi mereka bukanlah sepasang kekasih, belum. Maria merenung sambil menggenggam busurnya dengan erat. Bukannya pria itu tidak menyukainya. Dia hanya... Dia hanya belum mengetahuinya.
Pelayan itu melihat ekspresi senang nyonya kecilnya dan tersenyum penuh kasih sayang seperti seorang kakak perempuan, seperti seorang sahabat yang pengertian.
Dia tahu rahasia di hati Maria, tentang seseorang yang selalu memenuhi pikirannya.
Sejak wanita muda itu berusia sebelas tahun, dia berulang kali mengungkapkan bahwa dia akan menikahi Sarkon, walinya, yang mengadopsinya ketika dia berusia sembilan tahun.
Pada awalnya, kata-kata Maria hanya dianggap sebagai permainan anak-anak belaka dan tidak pernah ditanggapi serius. Gadis-gadis seusianya selalu berkata ingin menikahi ayah mereka ketika sudah besar, tetapi kemudian saat dewasa mereka akan memiliki pasangannya sendiri.
Pelayan itu mengira Sarkon bagaikan sosok ayah bagi Maria.
Tapi Maria tidak berpikir demikian.
Sebaliknya, keinginannya untuk menikahi Sarkon, pria paling berkuasa dan berbahaya kedua di seantero Lenmont itu, berubah menjadi sesuatu yang terus bertumbuh semakin kuat dari tahun ke tahun.
Dia tidak pernah merahasiakannya.
Sejak benih cinta itu tertanam dalam dirinya, setiap hari dia menunjukkan kasih sayangnya secara terang-terangan dan sepenuh hati yang jelas dilihat semua orang di rumah. Dia mengimpikan balasan perasaan yang sama dari Sarkon, sebagaimana seorang wanita yang sedang jatuh cinta pada umumnya.
"Apakah dia akan kembali untuk makan malam hari ini?" Suara Maria bergema memenuhi ruangan dingin itu, membawa pelayan itu kembali ke perpustakaan tempat mereka berlatih biola selama empat jam terakhir.
"Tentu saja," jawab pelayan itu dengan sungguh-sungguh. "Kau tahu dia akan kembali. Sesibuk apapun, dia akan selalu pulang untuk makan malam denganmu."
Maria mengalihkan pandangannya ke perairan biru berkilauan di luar sana. Mereka mengingatkannya pada mata biru tua yang indah itu.
Sesosok wajah membanjiri pikirannya.
Hidung mancung itu, lekukan bibir yang sempurna, rahang yang berbentuk dan kuat-itu hanya milik Sarkon. Sarkonnya.
Senyum itu tiba-tiba saja berubah menjadi serius.
Maria telah melihat cara Sarkon memandangnya belakangan ini. Ada yang berubah. Dia melihatnya dengan cara yang berbeda ...
Kemarin, seperti biasa mereka menghabiskan waktu berjalan-jalan di taman selepas makan malam. Tiba-tiba saja, Maria mengusulkan agar mereka berdua pergi menuju pantai.
"Kita masih sempat melihat matahari terbenam. Ayo cepat!" Dia berkicau dengan penuh semangat pada wajah datar yang menatapnya.
Sarkon tidak pernah menunjukkan emosinya bahkan sejak pertama kali mereka bertemu. Awalnya, Maria menangis ketakutan setiap kali dia bertatapan dengannya.
Sekarang, dia sudah terbiasa dengan itu.
Ia menatap dengan berseri-seri pada wajah yang dingin dan serius itu, dia meraih tangan Sarkon dan menariknya ke arah suara ombak yang menerjang. Sarkon hanya terdiam mengikutinya seperti biasanya.
Saat kakinya menelusuri pasir pantai yang lembut, dia melihat sepatu kulit hitam mengkilap milik Sarkon melangkah pelan di sampingnya dan terkikik.
Angin berhembus melewati mereka, bermain-main dengan rambut ikal berwarna merah kecoklatan miliknya dan mengepakkan gaunnya dengan ganas seperti layar perahu.
Dia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sembari berbalik ke arah matahari kuning kejinggaan yang bersandar di cakrawala pada lautan yang berkilauan. Sambil meletakkan tangan di atas matanya seperti atap, dia mengagumi pemandangan yang luar biasa di depan matanya.
"Ini sangat indah, bukan?"
Sarkon tidak menjawabnya.
Maria menoleh ke kiri dan membeku.
Bermandikan cahaya hangat malam hari, pria yang memposisikan diri sebagai walinya, pria yang dia lihat sebagai pelindungnya, pria yang telah menyerbu mimpinya setiap malam, berdiri di hadapannya seperti patung perunggu yang indah dengan setelan serba hitamnya.
Tatapan bola mata kristal biru itu menusuk ke dalam hatinya. Dia melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya di sana - keinginan yang begitu kuat, dia hampir tak bisa bernapas.
"Nona Maria," suara pelayannya menyadarkannya kembali pada biola di tangannya.
"Y-ya?" Dia menjawab sedingin yang dia bisa.
"Tuan Sarkon sudah kembali."
Maria berbalik. Dia tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya. "Benarkah?" Kemudian, matanya melihat ke bawah, dan dia tersentak ngeri, "Aku tidak mau terlihat seperti ini! Aku harus berganti baju, Sophie."
Sophie membalas nyonya kecilnya dengan senyuman penuh pengertian. "Tentu saja."
Kedua wanita itu bergegas melintasi koridor panjang yang dihiasi dengan permadani mahal dan mahakarya seni serta patung yang mengarahkan mereka menuju sebuah pintu kayu ek besar.
Maria lebih cepat dari pelayannya dan buru-buru membuka pintu. Tanpa menunggu bantuan seperti biasanya, dia bergegas ke lemari pakaiannya dan mengambil gaun warna biru langit cerah yang ditaburi bintang-bintang.
Sambil memegang gaun itu di depan badannya, Maria tersenyum pada Sophie melalui bayangannya di cermin, "Dia akan terpesona."
Sophie tidak bisa menahan senyumnya. "Ya, dia tidak akan bisa mengalihkan pandangannya darimu."
Maria terkikik bangga.
"Mari kita berpakaian, Nona. Saya akan menata rambut Anda."
Ada ketukan lembut di pintu. Sophie pergi untuk menjawabnya.
Kain sutra lembut menempel sempurna di kulitnya, memamerkan lekuk tubuhnya di tempat yang tepat. Maria melirik ke potongan leher V yang rendah dan bagian atas payudaranya yang membusung dan menyeringai.
Sophie muncul di cermin lagi.
Maria tersenyum lebar pada bayangannya, "Bagaimana penampilanku?"
Sophie mencoba tersenyum, tetapi Maria tahu. Bahunya terkulai, membujuk pelayan itu untuk mengutarakan pikirannya.
"Apakah ada yang salah? Apakah sesuatu terjadi pada Paman Sarkon?"
Sophie menggelengkan kepalanya, "Dia baik-baik saja, Nona."
Maria mengusap dadanya dengan lega.
"Tapi Pak Sarkon sedang bersama seorang tamu. Seorang wanita."
"Seorang wanita? Apakah kamu tahu siapa dia?" Maria merasakan campuran ketidakpastian dan kecemburuan.
Dia berbalik. Sophie menggelengkan kepalanya meminta maaf. "Albert tidak mengatakan apapun kecuali bahwa Tuan Sarkon mengharapkan Nona hadir dalam lima menit. Tamu itu tidak boleh dibiarkan menunggu."
Maria melebarkan matanya tidak percaya. Mulutnya menjadi kering.
Itu terdengar seperti perintah. Perintah pertama yang pernah ia dapat dari Sarkon. Selama sembilan tahun mereka hidup bersama, tidak pernah sekalipun dia memerintahnya atau mendesaknya melakukan apa pun.
Dia juga tidak pernah membawa tamu wanita ke rumah.
Apa hubungannya dengan Sarkon?
Rasa panik yang aneh melanda Maria. Kemudian, perasaan takut muncul di dadanya. Mata zamrudnya melebar menatap lantai berkarpet krem saat pikirannya mencari-cari alasan yang paling masuk akal.
Mungkin dia hanya mitra bisnis. Tenang, Maria.
Maria menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dia melihat bayangannya di cermin.
Sebuah suara kecil di kepalanya menyuruhnya pergi ke Sarkon dengan segera. Maria tersenyum pada Sophie.
"Ayo pergi."
"Tapi Nona, rambutmu."
"Biarkan saja," Maria berbalik dan meluncur menuju pintu. "Paman Sarkon benar. Kita seharusnya tidak membuat tamu kita menunggu."
***
Seperti biasa, mata Maria secara naluriah tertuju ke Sarkon.
Karena perawakannya yang atletis dan tinggi badannya, dia mengingatkan Maria pada seorang raksasa.
Tapi raksasa berusia dua puluh enam tahun ini memancarkan karisma yang mematikan dan memiliki daya tarik seperti model majalah. Pria-pria di semua sudut kota Lenmont mengikuti gaya setelannya dengan atasan pendek klasik dan gaya quiff keren, sementara para wanita saling bersaing satu sama lain hanya untuk mendapatkan perhatian darinya selama lebih dari lima menit.
Tak satu pun dari wanita itu berhasil.
Kecuali, tentu saja, Maria.
Tapi semua itu akan berubah.
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. "Berhentilah menggangguku!" kata mantan pacarnya. "Hatiku hanya milik Jenni." "Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?" kata seorang tokoh besar misterius.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Bayangkan menikah dengan seorang pria miskin hanya untuk menemukan bahwa dia sebenarnya tidak miskin. Katherine tidak tahu apa lagi yang harus diharapkan setelah dia dicampakkan oleh pacarnya dan akhirnya menikah dengan pria lain keesokan harinya. Suami barunya, Esteban, tampan, tetapi dia pikir kehidupan pernikahannya tidak akan istimewa sama sekali. Dia terkejut ketika menemukan bahwa Esteban sebenarnya sangat lengket. Anehnya, semua masalah yang dia temui setelah pernikahan diselesaikan dengan mudah. Ada sesuatu yang ganjil. Dengan curiga, dia bertanya padanya, "Esteban, apa yang terjadi di sini?" Sambil mengangkat bahu, Esteban menjawab, "Mungkin keberuntungan ada di pihakmu." Katherine memercayainya. Bagaimanapun, dia telah menikah dengan Esteban ketika pria itu akan bangkrut. Dialah pencari nafkah keluarga mereka. Mereka terus menjalani hidup sebagai pasangan sederhana. Jadi, tidak ada yang mempersiapkan Katherine untuk kejutan yang dia terima suatu hari. Suaminya yang sederhana tidak sesederhana itu! Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar menikah dengan seorang miliarder. Sementara dia masih memproses keterkejutannya, Esteban memeluknya dan tersenyum. "Bukankah itu bagus?" Kathrine punya sejuta pertanyaan untuknya.