/0/3409/coverbig.jpg?v=20220201072805)
Siska menepuk bahu Arabella, "Sudah yang sabar Bell, aku rasa sih dia hanya ingin bermain-main denganmu saja jadi gak boleh ada rasa benci yang ada kamu bakal jatuh cinta sama cowok itu ckck." "Dia bukan tipeku! Emang sih kaya dan berpendidikan tapi egois, sombong, keras kepala lagi maunya menang sendiri sudahlah aku gak mau bahas tuh cowok lagi, aku lanjutkan pekerjaanku dulu agar bisa pulang dengan cepat." Arabella turun dari bangkunya untuk kembali bekerja. "Awas kemakan dengan omonganmu sendiri hehehe," teriak Siska merasa gemas dengan sikap Arabella. Berawal dari masalah kecil yang dibuat Arabella pada waktu pertemuan pertamanya dengan Fadhil, membuat dirinya berada dalam bahaya, seperti apa bahaya yang akan dihadapi oleh Arabella? Seperti apa sebenarnya sosok Fadhil itu?
Saat senja mulai menampakkan kecantikannya, merah merona melekat di langit Jakarta, kota yang padat dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi sehingga bisa sangat mudah untuk bisa menikmati keindahan senja dari atas bangunan, yang memiliki banyak kaca yang lebar dan jernih.
Di sebuah bangunan tinggi seorang laki-laki yang masih sibuk dengan layar komputer serta tumpukan berkas-berkas di depannya.
Tok, tok.p
"Masuk!" teriak laki-laki itu tanpa menoleh.
Seorang wanita pun masuk ke dalam ruangannya dengan langkah gontai dia gugup dan sedang ketakutan, "Permisi Pak, saya hendak pamit pulang duluan karena orangtua saya sedang sakit," katanya pelan sembari meminta izin berharap atasannya ini mau mengizinkannya.
"Pekerjaanmu sudah selesai?" tanya laki-laki itu yang kemudian menoleh menatap Sindy sang sekretarisnya.
Sindy lantas langsung menganggukkan kepalanya, "Sudah beres semuanya Pak," jawabnya dengan kepala yang menunduk.
"Okey, kalau gitu saya mau kamu membantu saya untuk menyelesaikan tugas kantor ini." Fadhil Rahardian nama yang tertera di atas kantong bajunya, dia memberikan 5 kertas map kepada sekretarisnya itu. "Kamu hanya periksa semua data-datanya jangan sampai ada yang terlewat karena itu data penting karyawan."
Sindy merasa tidak nyaman dengan tugas yang diberikan atasannya ini, karena jika di rumah dia akan sangat sibuk mengurus orang tuanya yang sakit. "Baik Pak, akan saya periksa nanti." Namun dia tidak berani untuk menolak perintah atasannya.
"Ya sudah silahkan pulang!" Fadhil akhirnya memberikan izin Sindy dengan memberikan tugas juga kepada sekretarisnya itu.
"Baik, terima kasih Pak." Sindy kembali melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Fadhil.
Setelah sampai di meja kerjanya, Sindy langsung menelpon seseorang. "Hallo dek."
"Iya kak, ada apa?" Terdengar suara seorang wanita yang menyahut di seberang sana.
"Kakak boleh minta tolong tidak?" Seperti biasa Sindy selalu mempercayai pekerjaannya untuk dikerjakan oleh keponakannya ini.
"Boleh dong kak, katakan saja apa yang bisa Arabella bantu?" katanya dengan semangat.
"Ini dek, kakak mau minta tolong sama kamu untuk periksa berkas kantor yang nanti kakak kirim ke tempat kerja kamu yah, soalnya Ibu sedang sakit kakak harus segera pulang untuk membawanya ke Dokter," tutur Sindy suaranya terdengar cemas dia juga tidak enak hati kepada keponakannya yang selalu dia minta tolongin.
"Oh ya sudah kalau gitu, nanti Arabella akan bantu periksa." Arabella tersenyum dia tidak pernah menolak perintah Sindy karena dia juga menyukai pekerjaannya.
Dulu Arabella mempunyai keinginan untuk menjadi sekretaris di kantor, yang dia tahu sekretaris itu kerjaannya mengecek laporan, mencatat, memeriksa berkas karyawan dan lain-lain. Baginya menjadi sekretaris di kantor itu menyenangkan dan mudah apalagi kerjanya di tempat yang ber AC.
Sayangnya Arabella kini bekerja menjadi seorang pelayan di sebuah restoran makanan yang cukup terkenal dan disukai banyak orang.
Sindy sudah mengirim berkas kantor itu kepada pos untuk dikirim ke tempat kerja Arabella, dia selalu percaya keahlian keponakannya itu dalam bekerja.
"Alhamdulillah selesai juga," ujar Fadhil sambil menyandarkan kepalanya pada kursi, rasa lelah seringkali tidak membuat dia mengeluh karena menurutnya diberi pekerjaan itu bukan untuk dikeluhkan tapi disyukuri.
Fadhil menatap jam tangannya dia harus pergi makan malam, Sindy sudah pulang duluan jadi kali ini dia akan pergi sendiri.
Sesampainya di sebuah restoran dia langsung masuk ke dalam lalu tidak tiba-tiba seorang wanita menabraknya.
"Ups sorry," kata wanita itu sambil menggigit bibir bawahnya ketakutan. "Maaf, saya benar-benar tidak sengaja saya tidak melihat jika ada Tuan." Dia terus meminta maaf sambil menundukkan kepalanya. Namun dengan cepat dia juga meraih tisu lalu membersihkan jas milik laki-laki itu.
Fadhil mengumpat dalam hati dia tidak percaya akan dipermalukan di tempat umum seperti ini, "Siapa namamu?" tanyanya dengan nada tidak bersahabat.
"Arabella Tuan," jawab Arabella masih dengan kepala yang menunduk.
Melihat ketakutan wanita di depannya dia jadi merasa iba untuk memaafkannya. "Temui saya di halaman belakang!" pinta Fadhil, dia melangkah pergi untuk mengganti pakaiannya.
Melihat kejadian itu teman kerja Arabella langsung menghampiri patner kerjanya yang dapat masalah. "Kenapa Bella?" tanya Siska memandang kepergian cowok tampan itu.
"Aku membuat kesalahan dengan menabrak cowok itu," sahut Arabella dengan cemas.
"Siapa dia? Sepertinya dia anak orang kaya Bell, wajahnya sangat tampan seperti Song Jung Ki." Siska malah tersenyum-senyum melihat cowok itu.
"Kamu mah Sis, melihat cowok ganteng dikit ajah langsung disamakan dengan aktor Korea, dia sama Oppa Song Jung Ki beda jauh okey!" Arabella mengamuk saat Oppa kesayangannya disamakan dengan cowok itu.
"Haha tapi coba lihat deh dia itu tinggi, putih dan tampan loh Bell," lanjut Siska masih memuji tamu pembelinya itu.
"Sudahlah itu tidak penting, ada hal penting yang harus aku selesaikan, tolong ganti minuman ini dan antarkan yah! Aku harus pergi menemui cowok itu." Arabella memberikan nampan kepada Siska untuk mengganti minuman yang kini tinggal setengah itu lalu dia pergi menuju halaman belakang restoran untuk kembali menemui cowok itu.
Fadhil sudah menelpon asistennya untuk mengantarkan bajunya ke tempat ini, baginya kejadian ini sangat memalukan apalagi bajunya kotor dan basah.
"Arabella, kamu harus tanggung jawab!" gumam Fadhil penuh emosi.
"Ini Tuan bajunya, dan masalah wanita yang tadi nabrak Tuan itu adalah pelayan di restoran ini dia juga seorang mahasiswa di universitas negeri orang tuanya sedang sakit-sakitan jadinya dia harus bekerja demi bisa membawa orangtuanya ke rumah sakit, itulah laporan yang saya dapatkan mengenai wanita itu," ujar asisten Fadhil telah menyelesaikan tugas bosnya untuk mencari tahu tentang wanita itu.
"Mahasiswa?" Fadhil terkejut mendengarnya.
"Benar Tuan." Asistennya kembali menyahut membenarkan apa yang Fadhil katakan.
"Menarik," gumam Fadhil mengetahui latar belakang cewek itu.
"Maaf Tuan, cepatlah ganti pakaian anda nanti masuk angin, biar saya yang akan bawa pakaian kotor anda ke kantor." Asistennya mengingatkan cowok yang kini sedang bengong itu.
"Ah tidak perlu, saya akan memberikannya kepada cewek itu sebagai tanda maafnya, silahkan kembali urusanmu dengan saya sudah selesai," kata Fadhil sambil melepas jasnya.
Setelah mengganti pakaiannya, Fadhil kembali duduk dibangku yang tersedia di sana, dia menyuruh asistennya untuk pulang karena dia sangat tidak suka jika pergi ke mana pun harus diikuti oleh bodyguard atau asistennya.
"Permisi," ujar Arabella ketika sudah sampai di depan cowok itu.
"Ini cuci pakaian saya dan kembalikan besok ke kantor saya ini kartu pengenal saya agar kamu bisa masuk nantinya," ujar Fadhil seraya menyerahkan jasnya kepada cewek itu.
Arabella memasang wajah cemberut melihat perlakuan Fadhil terhadapnya, "Okey saya akan cuci jas anda sebagai pertanggungjawaban saya atas kesalahan ini, kalau gitu saya permisi." Ketika Arabella hendak pergi tiba-tiba tangannya dicekal oleh cowok itu membuatnya berhenti melangkah dan kembali membalikan badannya.
"Tunggu! Saya belum selesai berbicara, ini kamu harus tanda tangan surat kontrak ini atau jika tidak mau kamu akan kehilangan pekerjaan kamu ini," ancam Fadhil mulai bermain-main dengan cewek di depannya ini, bukan Fadhil namanya jika tidak pandai dalam hal ini.
Ketika Fadhil melepaskan tangannya dia langsung mengambil lembaran kertas di atas meja itu, matanya menatap Fadhil tajam. "Apa-apaan ini semua yang tertera dalam surat ini hanya menguntungkan pihak pertama saja," batin Arabella.
Kemudian Arabella kembali meletakan lembaran kertas itu, "Saya tidak mau menandatangani kontrak ini, memangnya dia pikir dia siapa berani mengatur hidup saya," gerutunya sambil pergi meninggalkan Fadhil.
Seketika Fadhil dibuat melongo oleh kelakuan cewek itu, dia juga mendengar apa yang cewek itu katakan meskipun samar-samar. "Kurang ajar beraninya dia bersikap tidak sopan kepada saya," katanya penuh emosi.
Ya Arabella belum tahu siapa Fadhil yang sebenarnya, dengan sikapnya barusan membuat dia berada dalam bahaya tentu saja Fadhil tidak akan melepaskan cewek yang berani kurang ajar kepadanya apalagi selama ini dia tidak pernah mendapatkan penolakan dari cewek-cewek diluar sana, hanya Arabella gadis biasa yang sudah berani menolaknya.
Turky adalah salah satu tempat yang ingin dikunjungi oleh Aisyah, sejak kakaknya masuk ke universitas intanbul dia jadi ingin bisa berkuliah di sana juga bersama kakaknya karena itu dia selalu bersemangat dalam belajar dan menghafal al-quran yang menjadi hobbynya namun semua itu tidak lepas dari didikan orangtua yang selalu menututnya untuk mencontoh sang kakak. Aisyah juga mempunyai 3 orang sahabat yang selalu menemaninya yaitu: Hawa, Fatimah, Raya namun tiba-tiba persahabatan mereka hancur sebab terjadinya penghianatan, siapakah diantara ke tiga sahabat Aisyah yang berkhianat? Penasaran langsung saja yuk baca ceritanya!
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Kehidupan Leanna penuh dengan kesulitan sampai Paman Nate-nya, yang tidak memiliki hubungan kerabat dengannya, menawarinya sebuah tempat tinggal. Dia sangat jatuh cinta pada Nate, tetapi karena Nate akan menikah, pria itu dengan kejam mengirimnya ke luar negeri. Sebagai tanggapan, Leanna membenamkan dirinya dalam studi andrologi. Ketika dia kembali, dia terkenal karena karyanya dalam memecahkan masalah seperti impotensi, ejakulasi dini, dan infertilitas. Suatu hari, Nate menjebaknya di kamar tidurnya. "Melihat berbagai pria setiap hari, ya? Bagaimana kalau kamu memeriksaku dan melihat apakah aku memiliki masalah?" Leanna tertawa licik dan dengan cepat melepaskan ikat pinggangnya. "Itukah sebabnya kamu bertunangan tapi belum menikah? Mengalami masalah di kamar tidur?" "Ingin mencobanya sendiri?" "Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik bereksperimen denganmu."
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.