/0/3182/coverbig.jpg?v=3710f979d753a2aeb47fff0c4fe21681)
Mungkinkah seorang gadis berusia delapan tahun memiliki kenangan akan kehidupan sebelumnya? Apa yang akan Anda lakukan jika suatu hari, setelah bangun di atas ranjang, Anda menemukan diri Anda berusia delapan tahun lagi dan Anda teringat akan semua rasa sakit dan penghinaan yang Anda derita di tangan orang-orang yang pernah Anda anggap dekat? Dalam kehidupan sebelumnya, sang putri kerajaan, Yun Shang mengalami trauma baik secara mental maupun fisik. Dia adalah seorang istri yang telah dikhianati suaminya, seorang ibu yang telah menyaksikan kematian tragis anak tunggalnya, dan seorang saudara perempuan yang telah mengalami kekejaman kakak perempuannya. Sekarang kembali ke usia delapan tahun, mengetahui apa yang dia tahu tentang orang-orang itu, bagaimana dia akan membalaskan dendamnya? Silakan lihat sendiri!
Di Istana Putri di Ibu Kota Kekaisaran Ning, seorang wanita berlutut di tanah di hadapan menara paling tinggi yang ada di tempat itu. Dia tidak merasakan dinginnya udara malam atau gerimis deras yang turun dengan tanpa ampun.
Wanita itu tampak cantik, dengan kulit putih dan rambut hitam sehalus sutra, tetapi matanya tampak hampa. Dia sedang menggendong seorang bayi dalam pelukannya. Dia tampak khawatir ketika melihat wajah bayi itu membiru karena sulit bernapas. Setiap napas yang dia ambil tampak seolah-olah akan menjadi napas terakhir baginya.
"Tolong kembalilah, Putri Yun Shang. Menantu Kaisar tidak akan bertemu denganmu." Lian Xin sedang menjaga pintu masuk menara. Dia telah menjadi pelayan istana Putri Yun Shang yang paling terpercaya sejak sang putri masih kecil.
Langit malam itu terbelah ketika hati Yun Shang hancur, membasahi dirinya dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Sambil menggertakkan giginya, dia menarik jubahnya. Dia ingin melindungi bayinya agar tidak basah terkena air hujan. Kapan itu dimulai? Yun Shang berpikir dalam lamunannya. Kapan semua orang yang dia percaya mulai mengkhianatinya satu demi satu?
Wajahnya masih bersih dari air mata. Mungkin semua air matanya sudah mengering? Dia telah menangis dengan begitu sedih di masa lalu sehingga sekarang, bahkan ketika dia merasakan rasa sakit paling parah yang bisa dia rasakan di hatinya, dia tidak bisa meneteskan air mata lagi.
Yun Shang bersujud di hadapan Lian Xin sebanyak tiga kali dan berkata, "Kamu telah menjadi pelayanku selama lebih dari sepuluh tahun, Lian Xin. Aku selalu memperlakukanmu dengan baik selama ini. Sekarang, kumohon. Aku hanya ingin bertemu dengan Menantu Kaisar dan memintanya untuk mengirim seorang tabib untuk menyembuhkan bayiku. Ini adalah bayiku dan juga bayinya ...." Suara Yun Shang terdengar serak.
"Putri Yun Shang, tidak ada gunanya memohon padaku. Menantu Kaisar telah memerintahkan agar tidak ada siapa pun yang mengganggunya." Lian Xin berdiri di bawah atap dan menatap wanita yang sedang berlutut itu. Seringai jijik muncul di sudut bibirnya. 'Hanya itu yang pantas kamu dapatkan, Yun Shang.' ucap Lian Xin dalam hati.
Yun Shang menggenggam tangan kecil bayi yang dingin di pelukannya itu sambil berpikir. Semua rasa pahit dan amarahnya memuncak menjadi tak tertahankan. Dia bangkit dan berlari ke arah Lian Xin. Sang pelayan sama sekali tidak menduga tindakannya itu. Dia mempersiapkan tubuh untuk menghadangnya, tetapi sang putri adalah wanita yang kuat. Dia jatuh dan berteriak, "Ah!" Yun Shang mengambil kesempatan itu untuk membuka pintu menara dan berlari ke atas.
"Oh, tidak, tidak, tidak. Kamu tidak diizinkan untuk naik ...." Lian Xin mengerutkan kening dan menyentuh bagian tubuhnya yang sakit. "Huh! Menurutmu, apa yang akan kamu capai dengan naik ke atas seperti itu?" teriak Lian Xin ke arah sosok sang putri yang semakin menjauh. "Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa Menantu Kaisar dan Putri Hua Jing akan mengirimkan tabib untuk anakmu?"
Yun Shang berlari menaiki tangga. Begitu dia menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir, dia mendengar suara Hua Jing," Emm ..." "Ah ..." "Jangan sentuh itu. Ah ..." "Jingran ..."
Yun Shang merasa pusing. Tangannya terasa sangat lemah sehingga dia merasa hampir tidak bisa menggendong bayinya. Dia harus bersandar pada pegangan tangga kayu untuk menopang dirinya sendiri.
Akhirnya, dia menemukan kekuatan untuk menaiki anak tangga terakhir. Dia membuka pintu dengan sikunya dan mengatupkan rahangnya untuk menahan rasa sakit yang dia rasakan saat itu.
"Siapa yang berani masuk ..." Suara seorang pria yang terengah-engah menggema melalui dinding batu ruangan itu. Yun Shang secara refleks melangkah mundur ketika dia melihat dua sosok telanjang yang ada di tempat tidur.
"Keluar!" Mo Jingran meraung dengan marah begitu dia melihat Yun Shang berdiri di ambang pintu.
Yun Shang membuka mulutnya, tetapi mendapati dirinya tidak bisa mengatakan apa-apa. Setelah menarik napas beberapa kali dengan susah payah, dia berhasil berbisik, "Huan'er sakit. Tolong carikan tabib untuknya, Tuanku."
"Hm." Mo Jingran mempertimbangkan permintaannya itu sejenak. Sebelum Mo Jingran bisa memarahinya lagi, wanita yang berbaring di bawah tubuhnya mengusap dadanya dengan nakal. Dia melihat senyumnya yang tampak agak liar dan membalas senyuman itu. Wanita itu berkata, "Jingran, jika adikku ingin melihat kita, biarkan saja. Mengapa kita tidak mengikatnya ke kursi saja agar dia bisa menyaksikan kita bermesraan?"
Mulut Mo Jingran melengkung membentuk seringai dingin. Dia meninggalkan tempat tidur untuk mencari sebuah tali. "Letakkan Huan'er di atas meja. Setelah kamu menonton, aku akan mengirim tabib untuk mengobati penyakit Huan'er."
Yun Shang terdiam sejenak, merasa ragu-ragu. Mengetahui bahwa dia tidak memiliki jalan keluar lain, dia akhirnya mengangguk dengan hampa. Tidak ada seorang pun di Istana Putri yang akan mendukungnya sekarang. Yun Shang meletakkan bayinya di atas meja dan duduk di kursi yang terletak di samping tempat tidur. Mo Jingran menghampirinya dan mengikat kedua tangannya dengan tali.
Ketika Mo Jingran kembali ke tempat tidur, wanita telanjang itu mengulurkan kakinya dan melingkarkannya di pinggangnya. Jemari kakinya membelai punggungnya dengan lembut. Api gairah seketika menyala di mata Mo Jingran. Dia bergerak dengan kuat dan wanita di bawahnya mengerang ketika dia memasukinya.
Wanita itu menatap Yun Shang. Dia memperlihatkan senyumnya yang paling menawan dan berkata, "Lihatlah, adikku. Biarkan kakakmu ini mengajarimu cara memuaskan seorang pria."
Mo Jingran tertawa terbahak-bahak, sebelum kembali menggerakkan pinggulnya dengan irama yang cepat.
Dalam sekejap, desahan dan erangan penuh gairah memenuhi seluruh ruangan itu.
Yun Shang merasa seolah-olah hatinya sedang diiris berkali-kali. Dalam lamunannya, dia bahkan bisa mendengar suara luka yang sedang dicambukkan pada hatinya itu.
'Jadi, ini adalah Menantu Kaisar yang aku pilih untuk diriku sendiri dan wanita yang bersamanya adalah kakak perempuanku yang selalu aku sembah dan hormati.'
Beberapa waktu berlalu, cukup lama untuk membakar habis dua batang dupa menjadi abu. Yun Shang memandangi bayinya yang masih terbaring di atas meja. Wajahnya kini tampak lebih pucat dan matanya tidak berbinar lagi. Dia mulai khawatir. Air mata akhirnya jatuh ke pipinya, "Tolong, Menantu Kaisar dan Kakak. Tolong selamatkan bayiku. Dia sekarat, kumohon ..."
"Kamu sangat menyebalkan. Mengapa kamu berisik sekali?" Mo Jingran tiba-tiba menoleh dan berteriak kepada Yun Shang. Setelah turun dari tempat tidur untuk kedua kalinya, dia berjalan menghampiri Yun Shang, tetapi kemudian berhenti untuk melihat bayi yang terletak di atas meja, "Sekarat, 'kan? Jika dia sekarat lalu mengapa kamu membawanya ke sini?"
Setelah mengatakan itu, Mo Jingran menggendong bayi itu, membuka jendela, dan melemparnya keluar.
"Tidak ... !" Yun Shang sangat terkejut sehingga dia berdiri dari kursinya secara refleks. Dia lupa bahwa dirinya telah diikat. Tali yang mengikatnya menarik tubuhnya dengan kencang dan dia jatuh ke tanah.
"Bayi ... bayiku ... bayiku!" Terlepas dari rasa sakit yang dia rasakan, Yun Shang berteriak. Jeritannya terdengar begitu memilukan sehingga siapa pun yang mendengarnya bisa merasakan kesedihannya.
Ketika mendengar suara langkah kaki mendekat, Yun Shang mengangkat kepalanya. Orang itu adalah kakaknya. Dia memegang sebuah pedang di tangannya. Yun Shang menarik napas dalam-dalam ketika kakak perempuannya itu mengarahkan pedang itu ke wajahnya. "Astaga! Aku tidak tahu apa yang salah denganku hari ini. Wajahmu seindah dan sehalus bunga. Aku benar-benar ingin tahu apa jadinya jika aku mengirisnya di beberapa bagian."
Yun Shang marah. Terlepas dari ejekan dan cemoohan yang terpancar jelas di mata Hua Jing, Yun Shang memohon, "Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau pada wajahku, Kakak. Tapi biarkan aku hidup." Suaranya sangat serak, layaknya burung gagak.
Hua Jing berkedip dan mengangkat pedangnya. Ujung pedang itu mengenai wajah Yun Shang. Yun Shang merasakan rasa sakit yang tajam. Bersama dengan itu, kebencian yang luar biasa seketika tumbuh di hatinya. Tapi kemudian, dia memikirkan tentang bayinya. Dia mengatupkan rahangnya untuk menahan desis rasa sakit yang hampir keluar dari mulutnya.
Hua Jing langsung merasa jengkel dengan sikapnya itu, "Tidak merengek sedikit pun? Membosankan sekali!" Dia memotong tali yang mengikat tangan Yun Shang dan kembali ke tempat tidur.
Yun Shang segera berlari menuju pintu secepat yang dia bisa dengan kakinya yang sakit itu. Akan tetapi dia terpeleset dan jatuh berguling menuruni tangga. Di dasar menara, dia bangkit dan berlari keluar gerbang, sama sekali tidak memperhatikan luka-luka yang ada di tubuhnya.
Bayinya tergeletak di tanah. Dia tidak mengeluarkan suara apa pun dan tubuhnya tidak bergerak. Ada darah yang mengalir dari kepalanya. Hujan membasuh darah itu menjadi tetesan-tetesan kecil yang kemudian menggenang di sekitar kepala kecilnya. Yun Shang menggendong bayinya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Tidak apa-apa. Huan'er kecilku baik-baik saja. Ibu akan membawamu menemui Tabib Kekaisaran. Tunggu ya. Ibu akan mengantarmu ke sana sekarang. Huan'er kecilku, kamu akan baik-baik saja ..." Sambil menggendong bayinya di tangannya, dia bergegas keluar dari halaman.
"Apakah dia benar-benar akan menemui Tabib Kekaisaran?" Mo Jingran, yang telah berdiri di dekat jendela sejak beberapa saat yang lalu, menyaksikan sosok Yun Shang yang menjauh dengan ekspresi khawatir.
Tubuh yang lembut dan hangat bersandar di punggungnya. "Jangan takut, Jingran. Istana Putri sudah berada di bawah kendalimu, bukan? Dia tidak bisa pergi. Bahkan jika dia berhasil memasuki Istana Kekaisaran, dia hanya bisa mencari bantuan dari Permaisuri karena Yang Mulia sedang tidak berada di tempat. Apalagi Permaisuri adalah ibuku dan bukan ibunya ..."
Mo Jingran berbalik dan mengangkat wanita itu ke dalam gendongannya. Dia menggendongnya ke tempat tidur.
"Ah ..." teriak Hua Jing, "Jingran, kamu sangat nakal ..."
"Permaisuri, Putri Yun Shang ada di sini. Dia berlumuran darah ..." Seorang pelayan istana bergegas masuk ke kamar bagian dalam dan melapor kepada seorang wanita bangsawan anggun yang duduk di depan sebuah cermin perunggu, sedang memilih jepit rambut.
Sang permaisuri mengerutkan kening, "Bukankah Jing'er* mengatakan bahwa Yun Shang sedang menjalani masa tahanan rumah di Istana Putri?"
(*TN: Dalam bahasa Mandarin, akhiran 'er ditambahkan untuk menunjukkan kasih sayang terhadap seseorang)
"Bagaimana dia bisa berada di sini di istanaku?" Sang permaisuri baru saja selesai berbicara ketika suara isak tangis Yun Shang terdengar. "Ibu, Ibu, tolong selamatkan Huan'er. Tolong selamatkan Huan'er."
Sang permaisuri berbalik untuk melihat sesosok wanita yang basah kuyup sedang berlari menuju kamarnya dengan tergesa-gesa. Ada bekas luka yang mengerikan di wajahnya. Luka itu sangat dalam sehingga dia bisa melihat tulang wajahnya dengan jelas. Wanita muda itu membuka jubahnya untuk memperlihatkan seorang bayi yang telah mengembuskan napas terakhirnya sejak lama. Darahnya menetes ke mana-mana.
Sang permaisuri menatap Yun Shang dengan tatapan tidak senang. "Menyelamatkan apa? Dia jelas-jelas sudah tidak tertolong."
"Tidak, Ibu. Huan'er baik-baik saja. Tolong selamatkan dia. Ibu, tolong kirimkan Tabib Kekaisaran untuk menyelamatkan Huan'er." Yun Shang berlutut dan bersujud di hadapan sang permaisuri beberapa kali.
Sang permaisuri mengedipkan mata kepada seorang pelayan pengadilan yang sedang menunggu di pintu kamar. "Xiu Xin, pergilah dan panggil Tabib Kekaisaran. Dalam perjalananmu ke sana, mintalah seseorang untuk mengirimkan secangkir anggur untuk Putri Yun Shang. Dia perlu menghangatkan tubuhnya."
Pelayan itu pergi dengan tergesa-gesa. Dia kembali dengan cepat sambil membawa secangkir anggun di tangannya. Sang permaisuri berbicara kepada Putri itu dengan nada yang lembut, "Duduklah, Yun Shang. Aku telah mengirim seseorang untuk memanggil Tabib Kekaisaran. Kamu harus meminum anggur untuk menghangatkan dirimu. Akan sangat buruk jadinya jika kamu jatuh sakit sebelum Huan'er pulih. Kamu harus merawatnya."
Yun Shang mengangguk dan duduk. Dia bergumam kepada dirinya sendiri, "Itu benar. Aku tidak boleh jatuh sakit. Tidak ada seorang pun yang akan merawat Huan'er jika aku sakit. Tidak ada..." Setelah mengatakan itu, dia meraih cangkirnya dengan tangannya yang berlumuran darah. Dia mendongakkan kepalanya dan menenggak habis isi cangkir itu tanpa ragu-ragu.
Seringai keji seketika muncul di wajah sang permaisuri, "Gadis baik. Hal yang paling aku benci adalah orang-orang yang menodai Istana Qiwu-ku. Beraninya kamu membawa anak mati ke sini?! Betapa sialnya ..."
Yun Shang tercengang. Dia bingung dengan perubahan suara sang permaisuri yang mendadak itu. Sebelum dia bisa memahami apa yang berubah, rasa sakit yang tajam tiba-tiba menjalari perutnya. Rasa sakit itu benar-benar menyakitkan sehingga dia bahkan tidak bisa berdiri tegak.
"Permaisuri. Sepertinya obatnya mulai bekerja." Suara lembut yang datang dari sisinya itu terdengar tidak asing baginya. Yun Shang berbalik untuk melihat pemilik suara itu. Lian Xin! Apakah dia juga melayani sang permaisuri?
"Ibu ..." Yun Shang mengerutkan kening, "Ibu ..."
"Aku bukan ibumu. Ibumu sudah lama meninggal." Sang permaisuri berbicara dengan nada yang sangat dingin, membuat Yun Shang ketakutan. "Aku tidak berniat untuk membunuhmu, mengingat bahwa kehidupan adalah sesuatu yang jauh lebih menyakitkan daripada kematian. Tapi sayang sekali kamu telah mengotori Istana Qiwu-ku."
Yun Shang tidak bisa menahan tawanya setelah mendengar ucapan sang permaisuri. Meskipun rasa sakit yang luar biasa masih menjalari perutnya, dia tetap berbicara, "Aku memang wanita yang paling bodoh di dunia. Aku memercayaimu, Hua Jing, dan Mo Jingran. Tidak pernah terpikir olehku bahwa orang yang aku percaya akan memperlakukanku seperti ini. Betapa jahatnya kamu ..." Dia tertawa pahit sebelum melanjutkan, "Aku, Yun Shang, lebih baik mati daripada memaafkanmu. Aku tidak akan pernah memaafkanmu."
Dia meludahkan seteguk darah sebelum akhirnya jatuh ke lantai, "Jika ada kehidupan setelah kematian, aku pasti akan menemukan kalian semua. Aku akan membalas dendam, balas dendam..." Baru setelah dia mengembuskan napas terakhirnya, bayi itu jatuh dari pelukan Yun Shang.
Seorang pelayan membungkuk untuk memeriksa napas Yun Shang. Ketika dia merasa tidak ada udara yang keluar lagi dari hidungnya, dia berkata, "Dia sudah mati, Permaisuri."
Sang permaisuri tertawa dan berbalik. Dia mengambil sebuah jepit rambut berbentuk burung feniks yang terletak di meja riasnya. Dia menyematkannya di rambutnya dan berputar untuk melihat bayangannya di cermin. "Mati? Kalau begitu, seret tubuhnya ke rumpun lebat di daerah pinggiran barat. Beri makan anjing-anjing itu."
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
"Ugh," Lenguhan keluar dari bibir perempuan yang tengah terpejam itu. " Yes, honey. Moan again !" Geram pria itu. " Akh, you make me crazy" Alana tidak tau jika setiap malam selalu ada orang yang menyelinap masuk ke dalam apartment mewah nya, menyentuh saat dia tidur dan pergi setelah puas tanpa dia tau keberadaan nya. Yang Alana rasa, semua itu hanya mimpi nya. -- " Rasanya aku ingin mengecup dan memberikan tanda di setiap inci tubuh kamu. mengurungmu dan menjadikan kamu hanya untuk ku. " " Pria gila. " " Yes, that's me"
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
BERISI BANYAK ADEGAN HOT! Rey pemuda berusia 20 tahunan mulai merasakan nafsu birahinya naik ketika hadirnya ibu tiri. Ayahnya menikah dengan wanita kembar yang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang molek. Disitulah Rey mencari kesempatan agar bisa menyalurkan hasratnya. Yuk ikuti cerita lengkapnya !!