Terusir dari rumah mertua karena kematian suaminya membuat Liany nyaris terlunta di jalan. Myla seorang kerabat jauhnya membawa Liany tinggal bersama mereka. Katrin ibu Myla adalah wanita karir yang super sibuk sehingga membuat Rudy Hermawan suaminya menjadi kekurangan perhatian seorang istri dan sentuhan wanita. Kehadiran Satria sosok pria misterius yang menemani proses kelahiran bayi Liany membuat rumit kisah hidup Liany. Satria hanya mencegah agar Liany tidak menjadi pelakor bagi rumah tangga Katrin yang juga memiliki hubungan khusus dengannya.
Liany menggenggam ponselnya dengan gelisah, sudah tiga hari tidak ada kabar dari suaminya. Sesibuk-sibuknya Adam pasti dia tetap mengirimkan pesan singkat. Dua malam belakangan ini dia bermimpi buruk, dilihatnya Adam berada di atas kapal yang sedang karam dan melambaikan tangannya. Jantungnya selalu berdetak kencang jika mengingat mimpinya itu.
Bunyi ketukan pintu mendadak membuyarkan lamunan Liany, bergegas dia membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Dua orang laki-laki berseragam mirip dengan suaminya tengah berdiri di depan pintunya.
"Benar ini dengan Nyonya Adam Pratama?" tanya salah satu dari mereka dengan sopan.
"Iya, benar saya Liany, istri mas Adam, silakan masuk, Pak," dengan perasaan tak menentu Liany mempersilakan kedua tamunya itu masuk.
"Siapa yang datang, Lia?" Ibu mertua Liany muncul dari balik tirai kamarnya dan mengamati kedua tamu yang mengenakan seragam kerja yang hampir mirip dengan putranya.
"Kami dari perusahaan Veco tempat putra Ibu bekerja, kami ingin mengabarkan sesuatu tentang putra ibu dan rekan-rekannya."
Mendengar hal itu Ibu Witri bergegas duduk, Liany pun ikut duduk di tak jauh dari mereka.
"Rig pengeboran lepas pantai tempat putra ibu bekerja mengalami kecelakaan, terjadi ledakan besar dan beberapa orang tidak bisa selamat, termasuk putra ibu, Adam Pratama. Jenazahnya yang terlempar ke laut baru ditemukan pagi tadi dan sudah diterbangkan menuju kantor pusat bersama lima rekannya yang lain."
"Apaaa? Bapak-bapak itu datang kemari untuk mengatakan jika anak saya Adam meninggal dunia?!" nada suara ibu Witri meninggi, tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
"Maaf, Bu, kami turut berduka, Adam termasuk dalam korban yang meninggal dunia bersama lima orang lainnya, sementara yang lainnya mengalami luka-luka. Jenazah bisa dijemput keluarga nanti malam di halaman kantor pusat."
Air mata Liany tak tertahankan lagi, udara di sekitarnya terasa menipis, tetapi dia harus kuat, dia tidak boleh terjatuh dan lemah. Kedua tamu itu mengucapkan bela sungkawa dan berpamitan untuk berkunjung ke rumah korban lainnya.
Sepeninggal kedua tamu itu, ibu Witri seketika histeris, menangis meraung seakan tidak percaya jika putra kesayangannya, kebanggaan dirinya pulang dengan tanpa nyawa. Ibu mertua Liany itu menelpon mengabarkan semua anggota keluarganya tentang kabar buruk itu dan memintanya berkumpul. Juga seorang anak perempuannya, adik Adam, Eve yang sedang bekerja di luar kota diminta pulang segera. Liany tidak mengabari siapapun, toh memang dirinya hanya sebatang kara, dirinya telah lama menjadi yatim piatu dan tidak punya kerabat dekat.
"Kau ... Kau menantu pembawa sial! Kau yang membuat putraku mendapat celaka!" cecar ibu Witri tiba-tiba pada Liany.
"Ibu, tolong jangan berkata seperti itu, Lia salah apa sama Ibu, sampai Ibu tega berkata begitu?" tangis Liany tak terbendung lagi, kematian suaminya sudah membuat nyawanya terasa ikut pergi separuhnya ditambah perkataan ibu mertuanya yang sungguh menambah pilu Liany.
"Aku tidak sudi melihat mukamu lagi! Pergi dari rumahku!" teriak Ibu Witri dengan penuh emosi.
"Baik, Bu, Liany akan pergi tapi tolong biar Liany lihat dulu mas Adam yang terakhir kalinya, Liany mohon, Bu," Liany duduk bersimpuh sambil memegang kaki ibu Witri meminta belas kasihannya.
"Baik ... baiklah perempuan sial, kau boleh menunggu jasad anakku pulang, setelah ini jangan harap kau memiliki tempat di rumah ini dan juga santunan kematian putraku!" hardik ibu Witri sambil melepas tangan Liany dengan sepakan kakinya kasar.
Suara tangis terdengar bersahutan ketika keluarga besar ibu Witri mulai berdatangan, juga Eve adik ipar Liany yang terlihat sangat emosional.
"Pembunuh kau! Perempuan sialan! Kau penyebab kakakku tidak panjang umur, pergi kau... pergi!" Eve menjambak rambut Liany dengan keras dan mendorongnya, andai para tetangga tidak memeganginya Liany sudah terjatuh di teras rumah. Pekikan kecil dan gumaman dari para pelayat terdengar, banyak yang menaruh rasa kasihan pada Liany terlebih para tetangga yang tahu jika selama ini Liany diperlakukan semena-mena oleh ibu mertua dan adik iparnya. Bahkan gaji Adam yang besar tidak pernah dipegang oleh istrinya melainkan ibunya Adam.
Liany tak bisa duduk dekat jenazah suaminya, ibu RT merangkulnya untuk duduk di dekatnya sambil memberikan tisu. Liany menangis dalam diam, tak ada kata-kata dan taka da perlawanan. Di sudut ruangan ibu-ibu mulai bergunjing dengan sikap kasar Eve dan ibu Witri pada menantunya itu.
"Kamu yang sabar, yaa Nak, ini semua sudah kehendak Allah, yang kuat yaa, Nak," hibur ibu RT sambil mengelus bahu Liany. Perempuan muda itu hanya sanggup mengangguk dengan butiran air mata yang berjatuhan.
Setelah pemakaman, beberapa keluarga masih berada di rumah, mereka akan menggelar takziah selama tiga malam. Liany tak ubahnya seperti pembantu di rumah itu menuruti semua perintah ibu Witri dan Eve yang masih saja menampakkan rasa kesal kepadanya dibanding rasa duka mereka.
"Berapa santunan yang akan kita terima, Bu?" tanya Eve perlahan yang tertangkap telinga Liany saat membuat teh bagi keluarga besarnya.
"Sekitar dua ratus juta ada mungkin itu, katanya bisa dicairkan dalam waktu tiga hari atau seminggu," jawab ibu Witri sambil menyiapkan gelas.
"Ibu akan kasih juga Liany?"
"Ehhh ... enak aja! Gak ada ... gak akan Ibu kasih! Perempuan bawa sial, coba kalau kakakmu menurut nikah sama Selly mungkin sekarang kakakmu itu masih ada!" sergah ibu Witri.
"Jangan lah begitu Mba Wit, gak kasihan kamu sama menantumu itu? Gajinya Adam selama ini kau pula yang pegang lha sekarang uang santunan kamu mau ambil sendiri, tega kamu," tegur salah seorang kerabat ibu Witri, perempuan kurus berbalut gamis hitam longgar itu tak sengaja mendengar kata-kata ibu Witri.
"Heleh ... jangan kau sok ikut campur dengan urusan keluargaku, sudah kau bayar hutangmu itu kah? Sok sok pula mau peringati aku!" bentak ibu Witri yang sukses membungkam perempuan itu.
Setelah tiga malam takziah dan tidak memerlukan tenaga Liany lagi, dengan kasar Eve melemparkan tas-tas milik Liany ke luar rumah. Sungguh tidak ada yang dapat mencegah perbuatan kejam itu. Para tetangga hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah ibu dan anak yang sedang mengusir janda putra mereka. Ibu RT bergegas membantu mengambilkan tas Liany dan memintanya tinggal sementara di rumah mereka.
"Tidak apa, Bu, saya akan ke rumah bibi saya saja di pinggiran kota terima kasih atas tawarannya," tolak Liany halus. Dia tidak ingin menjadi beban orang lain. Ibu Rt memasukkan amplop ke dalam kantong jaket Liany,
"Ini sumbangan dari beberapa warga, melihat perlakuan ibu Witri dan anak gadisnya itu, kami sepakat tidak akan memberikan uang duka ini kepada mereka. Kami memang menunggu waktu yang tepat untuk memberikannya kepadamu. Semoga kelak kehidupanmu labih baik lagi, yaa Nak." Ibu Rt memeluk Liany sesaat. Rasa kasihan dan haru atas kesabaran Liany membuat matanya berkaca-kaca. Hingga Liany hilang di ujung jalan perempuan paruh baya itu masih berdiri di tempatnya.
Liany benar-benar ingin menangis sekarang, rumah bibinya yang dulu sempat mengasuhnya ketika kecil sudah rata dengan tanah. Ada bekas kayu yang telah berubah menjadi arang kehitaman tanda api besar pernah melalap rumah ini. Dengan menenteng dua tas di tangannya Liany kembali berjalan, kali ini tanpa arah dan tujuan. Gerakan halus di perutnya membuatnya semakin bersedih. Hingga,
"Liany! Kamu Liany kan?" seorang wanita muda turun dari mobil mewahnya dan memastikan jika dirinya adalah Liany yang dikenalnya.
"Myla? Iya, aku Liany dan kamu Myla kan?" tanya pun berganti ke gadis yang tampak modis dan canti itu.
"Yaa ampun mau kemana kamu? Bawa tas berat begini, mana lagi hamil, suami kamu mana?"
"Iya, Myla, aku sedang hamil enam bulan, suamiku ...." Dengan suara gemetar Liany bercerita singkat dengan apa yang menimpanya.
"Ayo ikut denganku, pasti mama tidak akan keberatan kamu tinggal bersama kami!" seru Myla sambil mengambil alih tas-tas Liany dan memasukkannya di mobil.
"Tante Katrina apa kabar?" tanya Liany menyebut nama mama Myla.
"Mama, baik-baik saja dan semakin sibuk, perusahaannya berkembang sangat pesat."
"Om Rudy?" tanya Liany lagi, terakhir mereka bertemu saat itu Liany dan Myla masih kelas dua SMU.
"Papa, baik juga, dan yaah sama-sama sibuk."
Liany membayangkan bibinya yang cantik dan lemah lembut itu juga suami kedua bibinya, om Rudy seorang pria yang ramah, baik hati dan ... rupawan.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Wajah Ningsih kusut. Dia telah mengambil keputusan yang mengubah hidup dengan mengandung bayi untuk pria tak dikenal, untuk memenuhi biaya operasi ibunya, tidak menyadari apa yang akan terjadi di masa depan untuknya. Lima tahun telah berlalu dan dia telah menjadi dokter anak terkenal. Saat dia melangkah keluar dari bandara dengan tujuan dan impian besar, takdir menyambutnya dalam wujud seorang anak laki-laki – yang ayahnya tidak lain adalah pria aneh, Charles, yang telah membantu Ningsih menyelamatkan ibunya. Bahkan sebelum Ningsih bisa menelan kebenaran, dia bingung dengan kedatangan tak terduga seorang pria dengan bayi perempuan, yang mengaku sebagai putrinya. Apa yang akan Ningsih lakukan? Apakah ada lebih banyak rahasia dari masa lalunya yang menunggu untuk membawanya dalam perjalanan yang kacau balau?
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!