/0/2414/coverbig.jpg?v=5344f268fdb2c83b9d105d9a760ddd04)
Kimberly Aldama seorang gadis yang manis, berwajah cantik, memiliki senyuman manis dan memiliki gigi seperti gigi kelinci. Kimberly memiliki empat kakak-kakak laki-laki dan juga kakak-kakak sepupu. Semuanya sangat menyayanginya dan memanjakanya. Kimberly adalah permata keluarga Aldama dan keluarga Fidelyo. Kedua keluarga besarnya itu sangat menjaganya. Mereka tidak ingin terjadi sesuatu terhadapnya terutama keempat kakak-kakaknya.
Suasana di kediaman Fathir Aldama tampak berisik. Dimana dua orang pelayan sedang menyiapkan sarapan pagi untuk majikannya di dapur.
"Bibi. Apa sarapannya sudah siap?" tanya Nashita selaku Nyonya di dalam rumah tersebut yang melangkahkan kakinya menuju dapur.
"Sebentar lagi, Nyonya. Tinggal menu makanan untuk nona muda Kimberly saja," jawab salah satu pelayan tersebut.
Nashita membantu pelayan tersebut dengan menata makanan yang sudah selesai dimasak di atas meja. Ketika Nashita tengah menata makanan di atas meja, tiba-tiba putri bungsunya datang menghampirinya dalam keadaan masih mengantuk.
"Pagi, Mom." Kimberly menyapa ibunya sembari mendudukkan pantatnya di kursi.
"Pagi juga, sayang." Nashita membalas sapaan dari putri cantiknya itu, lalu tangannya mengusap lembut rambut putrinya. "Masih mengantuk, hum?" tanya Nashita tersenyum.
"Hm." Kimberly menjawab dengan anggukkan kepalanya.
"Kalau masih mengantuk kenapa bangun? Ini kan baru pukul enam pagi, sayang."
"Enggak tahu. Tiba-tiba pengen bangun pagi aja."
Nashita tersenyum gemas mendengar penuturan dari putri bungsunya. Kemudian Nashita beranjak menuju kulkas. Nashita membuka kulkas tersebut dan mengambil dua kotak susu pisang kesukaan putri kesayangannya itu. Setelah itu, Nashita kembali menghampiri sibungsu.
"Ini untuk membuat semangat putri Mama kembali lagi." Nashita berucap sembari meletakkan dua kotak susu pisang di hadapan putrinya.
Mata Kimberly berbinar-binar saat melihat minuman kesukaannya ada di hadapannya. Kimberly mengangkat kepalanya yang sedari tiduran di atas meja dan tangannya sebagai bantalnya.
"Susu pisang kesukaanku!" seru Kimberly dan langsung menyeruput habis susu pisang tersebut. Sementara Nashita tersenyum bahagia melihatnya.
"Pelan-pelan minum, sayang. Tidak akan ada yang memintanya."
Setelah habis satu kotak. Kimberly meninggalkan meja makan dan menuju ruang tengah dengan membawa satu kotak susu pisang yang masih utuh. Nashita yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum melihat kelakuan kesayangannya itu. Dan setelahnya, Nashita kembali dengan tugasnya menyiapkan dan menata makanan di atas meja.
Beberapa menit kemudian terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Mereka adalah Fathir Aldama, Jason Aldama, Uggy Aldama, Enda Aldama dan Riyan Aldama.
Saat mereka menuruni anak tangga, mata mereka melihat sosok gadis manis, cantik, imut dan menggemaskan yang sangat amat mereka sayangi sedang tertidur di sofa ruang tengah dengan layar tv yang menyala. Mereka tersenyum bahagia melihat pemandangan indah itu. Lalu mereka pun memutuskan untuk menghampiri kesayangan mereka itu.
Kini mereka telah berada di ruang tengah dan sudah duduk di sofa. Uggy meraih remot yang di pegang oleh Kimberly, lalu mematikan tv tersebut. Mereka memandangi wajah damai Kimberly yang tengah tertidur.
"Kenapa Kimberly tidur disini?" tanya Uggy bingung.
"Kimberly tidak tidur disini dari semalam kan, Kak?" tanya Riyan.
Jason duduk di samping adik perempuannya. Tangannya mengusap lembut rambut adiknya dan mencium keningnya. Detik kemudian Kimberly pun membuka kedua matanya.
"Kakak Jason," ucap Kimberly.
Jason tersenyum melihat wajah cantik adiknya. "Maafkan kakak, ya yang sudah membuat kamu kebangun."
Kimberly tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak apa-apa, Kak!"
"Kenapa kamu tidur disini, hum?" tanya Fathir.
Kimberly menolehkan wajahnya melihat kearah Ayahnya. "Aku tadi kebangun pukul enam pagi, Dad! Lalu aku langsung turun ke bawah dan melihat Mommy yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Aku bosan dan juga mengantuk. Makanya aku tidur disini." Kimberly menjawabnya.
Mereka tersenyum mendengar penuturan dari Kimberly, kesayangan mereka.
"Oh iya. Bukannya hari ini adalah hari pertama kamu masuk sekolah kan?" tanya Enda.
"Iya, Kak Enda." Kimberly menjawabnya.
"Apa kamu sudah menyiapkan semuanya?" tanya Uggy.
"Sudah. Sudah lengkap semua, Kak Uggy!"
"Ya, sudah. Hari pertama kamu masuk sekolah. Biar kakak yang antar!" seru Enda.
"Baiklah."
"Kimberly, sayang." Fathir memanggil putrinya.
"Iya, Dad!"
"Daddy sudah belikan mobil baru untukmu. Apa kamu tidak ingin mencobanya?"
"Nanti saja saat pulang dari sekolah, Dad! Hari ini Kak Uggy sudah janji akan mengantarku ke sekolah." Kimberly memperlihatkan senyuman manis di bibirnya. Mereka yang melihatnya tersenyum bahagia.
"Ya, sudah kalau begitu. Sekarang kamu kembali ke kamar dan bersiap-siaplah!" seru Jason.
"Baiklah," jawab Kimberly.
Setelah itu, Kimberly bangkit dari duduknya dan langsung pergi meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya di lantai dua.
Kini semuanya sudah berkumpul di meja makan, termasuk sibungsu kesayangan keluarga Aldama.
"Kimberly sayang. Makan yang banyak ya!" seru Nashita kepada putrinya.
"Aish, Mommy! Kalau aku makan banyak. Nanti badanku bisa jadi gendut. Memangnya Mommy mau punya anak gendut?" Kimberly mempoutkan bibirnya.
Mereka semua tersenyum mendengar aksi protes dari Kimberly.
"Kalau kakak tidak masalah kalau kamu jadi gendut. Gendut kan lucu. Apalagi kalau kedua pipi kamu itu bertambah bulat. Kan bisa diunyel-unyel setiap hari!" seru Riyan.
"Yah. Itu benar, Yan! Kakak setuju banget," ucap Enda menambahkan.
"Ya, udah! Aku gak jadi makannya." Kimberly seketika merajuk dan mendorong piringnya ke depan, lalu menyandarkan punggungnya di kursi. Jangan lupa bibirnya yang masih manyun.
Mereka semua terkejut saat Kimberly yang merajuk. Kalau sudah seperti ini, akan bakal susah menyuruh kesayangan mereka untuk makan kembali. Jason dan Uggy memberikan plototannya pada Enda dan Riyan.
"Tanggung jawab tuh. Bujukin Kimberly untuk kembali makan," ucap Jason.
"Harus berhasil," sela Uggy.
"Iya, iya!" jawab Enda dan Riyan bersamaan.
"Hei, Kim. Makan lagi ya. Maafkan kakak. Kakak kan cuma bercanda." Enda berusaha membujuk adiknya.
"Tidak mau," jawab Kimberly.
"Ayolah, adek kakak yang manis, baik hati dan cantik. Makan lagi ya. Pleaseee!" Riyan berbicara sembari melipat tangan di depan adik perempuannya.
"Tidak mau. Kenapa sih maksa?" sahut Kimberly yang makin mengerucutkan bibirnya.
"Kimberly makan ya sayang. Dikit juga gak apa-apa. Asal perutnya terisi." Fathir ikut membujuk putrinya.
"Tidak mau. Seleraku udah hilang gara-gara Kak Enda dan Kak Iyan."
"Terus kamu mau makan apa sayang? Apa Mommy bikin sereal saja dan ditemani sama susu pisang?" tanya Nashita.
Kimberly menatap wajah ibunya dengan mata yang berbinar. Dengan cepat Kimberly menganggukkan kepalanya. Sedangkan Fathir, Jason, Uggy, Enda dan Riyan tersenyum gemas dan juga bahagia melihatnya.
Walau sibungsu tak menghabiskan sarapan paginya. Padahal sibungsu baru dua sendok menyuapi makanan itu masuk ke dalam perutnya. Tapi mereka bersyukur dengan sibungsu hanya memakan sereal dan susu pisang. Paling tidak ada yang masuk ke dalam perutnya.
"Ini makanlah." Nashita menyodorkan semangkuk sereal dan satu gelas susu pisang pada putru bungsunya.
"Terima kasih, Mom!"
"Sama-sama, sayang!"
Kimberly pun langsung melahap sereal tersebut dengan semangatnya. Mereka semua tersenyum melihatnya.
Saat Kimberly sedang menikmati serealnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi.
DRTT!
DRTT!
Kimberly mengambil ponselnya di saku jaket sekolahnya. Dan dapat dilihat olehnya nama 'Sinthia' di layar ponselnya. Kimberly pun langsung menjawabnya.
"Hallo, Sin."
"Hallo, Kim. Kamu dimana?"
"Aku masih di rumah. Tepatnya masih sarapan. Ada apa?"
"Buruan datang ke sekolah. Sebentar lagi akan diadakan ospek untuk siswa dan siswi baru. Akan ada hukumannya bagi siswa dan siswi yang datang terlambat."
"Apa?!" teriak Kimberly. "Ya, sudah! Aku akan segera berangkat."
PIP!
Kimberly langsung mematikan panggilan tersebut.
"Kak Enda. Ayo, buruan antar aku ke sekolah. Tadi Sinthia barusan bilang kalau sebentar lagi seluruh siswa dan siswi baru akan segera berkumpul di lapangan. Siapa yang terlambat akan dihukum?" ucap Kimberly.
"Hei, tenang saja! Tidak akan ada yang berani menghukum adik manis kakak ini. Kamu lupa kalau di sekolah itu ada kakak-kakak sepupunya kamu, hum?" hibur Enda
"Kamu gak lupakan Billy, Triny dan Aryan. Mereka sekolah di sana. Mereka tidak akan membiarkan kamu terkena hukuman." Jason ikut menghibur adiknya.
"Mereka semua senior di sana," kata Riyan.
"Lalu bagaimana dengan Sinthia, Santy, Rere dan Cathrine? Aku tidak mau mereka dihukum karena terlambat, Kak!" ucap dan tanya Kimberly.
"Tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Percayalah!" Riyan menghibur adiknya sambil mengusap lembut kepalanya.
"Ya, sudah! Kita berangkat sekarang!" seru Enda.
"Mom. Dad! Aku berangkat ke sekolah dulu." Kimberly berpamitan dengan kedua orang tuanya.
"Kimberly, sayang. Tunggu dulu," panggil Nashita.
"Ada apa, Mom?" tanya Kimberly.
"Kamu lupa satu hal," jawab Nashita.
"Lupa?" Kimberly berucap sembari berpikir. "Apa sih, Mom? Aku benar-benar tak tahu."
"Hah!" Nashita menghela nafasnya. "Ini." Nashita menunjuk kedua pipinya.
Kimberly mengerutkan keningnya. "Memang kenapa dengan pipinya Mommy?"
"Ya, Tuhan! Kenapa putri bungsuku menjadi lemot begini, sih?" batin Nashita.
Sementara Fathir, Jason, Uggy, Enda dan Riyan tersenyum geli melihat keduanya.
"Sebelum berangkat sekolah kan biasanya kamu selalu mencium kedua pipi Mommy, sayang." Nashita akhirnya mengatakan hal itu kepada putrinya.
"Hehehehe. Aku lupa, Mom!" Kimberly menjawabnya disertai kekehannya. Setelah itu, Kimberly pun menghampiri sang ibu. dan memberikan mencium ke dua pipi ibunya.
"Kakak juga mau dong," rengek Jason, Uggy dan Riyan pada adiknya.
Kimberly menghampiri kakak pertama, kakak kedua dan kakak keempatnya itu, lalu memberikan kecupan ke dua pipi kakak-kakaknya itu.
"Daddy, bagaimana? Apa Daddy juga kebagian?" Fathir tidak mau kalah.
"Huff." Kimberly menghembuskan nafasnya. Sedangkan mereka hanya tersenyum gemas melihat wajah imut dan cantik sibungsu kesayangan mereka. Kimberly menghampiri ayahnya, lalu mencium ke dua pipi Ayahnya itu.
"Sudahkan? Boleh aku berangkat sekarang?" tanya Kimberly memasang wajah memelas.
"Silahkan, Princess." Nashita, Fathir, Jason, Uggy dan Riyan menjawabnya sembari tersenyum hangat.
Setelah itu, Kimberly pun pergi meninggalkan kelimanya dan disusul oleh Enda di belakang.
"Dad Mom, Kak Jason, Kak Uggy, Riyan. Kami berangkat!" teriak Enda.
"Hati-hati!" teriak Nashita, Fathir, Jason, Uggy dan Riyan.
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."