Warning 21+ pembaca only! Dibawah umur harus skip baca yh Blurb Bagaimana rasanya jika kamu dicium pria yang harusnya kamu benci, tapi kacaunya ciuman pria tampan itu malah kamu balas dan nikmati! Apa yang akan dilakukan Karin untuk melupakan sensasi ciuman Wilson yang enggan hilang dari pikirannya? Mampukah Wilson dan Karin melupakan ciuman terlarang mereka? Nyata-nyata ciuman itu terlarang untuk Karin nikmati karena status Karin yang masih resmi menjadi istri Steven! Aduh penasaran nggak sih? Kalau penasaran hayoo langsung dibaca yah, kalau belum penasaran silahkan masukan ke rak baca kalian dulu, kalo udah penasaran baru dibaca yah hihihi Salam kenal dan salam penuh semngat dari Author Femes
Bab 1
Karin merasa sangat bahagia ketika sampai di kampung halamannya, Bandar Lampung, kota yang paling dicintainya.
Kota Bandar Lampung itu asri, tentram, damai, tidak ada macet, pokoknya kalau secara pribadi Karin ditanyai komentarnya tentang kota pilihan mana yang bisa dijadikan referensi di seluruh dunia dengan yakin ia akan menyebutkan Bandar Lampung is the best in the world!
Seluruh keluarganya datang menjemputnya di bandara. Ia sangat merindukan mereka Karena keadaan, ia harus meninggalkan kampung halamannya. Ia merasa sedih jika mengingat saat itu.
Kesedihannya langsung menguap saat melihat keceriaan kedua keponakannya yang berlarian masuk ke dalam pelukannya. Mereka menciuminya dengan gembira dan wajahnya jadi basah karena ciuman basah mereka.
"Mereka begitu merindukanmu," kata Selina sambil menyerahkan tissue basah kepada Karin.
"Aku tahu." Karin tertawa sambil mengusap wajahnya dengan tissue pemberian Selina dan memeluk semua saudaranya dengan perasaan gembira.
Karin merasa sedikit heran melihat Chika, adik bungsunya yang murung dan tampak menyembunyikan sesuatu darinya tapi ia menahan diri untuk mencari tahu, paling tidak setelah mereka sampai di rumah.
Meskipun kepalanya sedikit berdenyut karena celotehan ribut kedua keponakannya tapi ia membiarkannya dan hanya bisa tertawa ketika salah satu di antara mereka saling mengadukan saudaranya sendiri kepada Karin.
"Pusing yah?"
Karin hanya tersenyum dan menyandarkan kepalanya lalu menggeleng sambil meraih kedua keponakannya.
Dengan tenang kedua keponakannya masuk ke dalam pelukan Karin.
"Seandainya saja mereka bisa begini setiap hari," keluh Selina.
Karin sangat sedih mendengar keluhan kakak perempuannya. Beruntunglah Selina masih bisa mendengar celotehan dan keaktifan anak-anaknya. Sementara dia?
Selina tahu, ia telah salah bicara. Ia menghela napas sambil menggenggam tangan Karin dan memberinya semangat tanpa sanggup mengatakan apa-apa.
Ia sangat merindukan Matthew, putra tunggalnya yang kini tinggal bersama suaminya. Mereka masih berstatus suami istri tapi harus hidup terpisah.
Perbedaan prinsip di antara mereka terlalu sulit untuk disatukan. Keinginan Steven untuk menuruti keinginan kedua orang tuanya tinggal bersama mereka menjadi faktor utama perpisahan mereka.
Kilas balik...
Awalnya Karin mengikuti kemauan Steven dan tinggal bersama kedua orang tua Steven tapi Karin tidak betah kalau hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja tanpa berkarir seperti biasanya.
Ia tidak terbiasa hanya seharian menunggui Steven pulang apalagi seluruh penghasilan Steven diberikan semuanya untuk diatur mertuanya tapi yang membuatnya merasa sesak, mertuanya tidak pernah memberinya uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya apalagi kebutuhan Matthew. Ia merasa tidak tahan harus terus-menerus menekan perasaannya.
Berulang kali, ia sudah mencoba membicarakan masalah ini kepada Steven tapi jawaban Steven tidak memberi jalan keluar baginya. Steven tidak mau perduli dengan semua tekanan yang ia alami! Sampai akhirnya ia tidak tahan lagi dan memutuskan untuk pulang kerumahnya sendiri.
Permintaannya langsung disetujui mertuanya dengan syarat Matthew harus tinggal bersama mereka! Hatinya langsung mencelos dan berharap Steven membelanya tapi yang membuatnya kecewa Steven tidak berani mengatakan apapun dihadapan orang tuanya!
Steven memang mencegahnya pergi tapi tanpa memberikan jalan keluar bagi keluarga kecil mereka. Yang dia mau hanya memiliki rumah tinggal sendiri, meski kecil dia rela, tidak masalah tapi Steven merasa berat kalau harus meninggalkan kedua orang tuanya.
Ia merasa sangat kecewa. Ia merasa Steven tidak lagi mencintainya! Akhirnya ia mengalah dan pergi dari rumah.
Masa kini
Lebih kurang satu jam lamanya perjalanan dari bandara kerumahnya. Karin tersenyum ketika melihat bangunan tingkat empat yang menjulang dihadapannya. Rumahnya memiliki sedikit halaman yang kini sudah berubah menjadi kolam ikan yang imut!
Lucu juga menurutnya karena sebelum ia pergi, halamannya masih luas dengan rerumputan.
"Siapa yang punya ide?" tanya Karin sambil menunjuk ke arah kolam.
"Papi," jawab
Karin mengangguk-angguk. "Gimana usaha penginapan? Lancar?"
"Penuh," jawab Papi tiba-tiba nongol.
"Puji Tuhan!" sahut Karin sambil memeluk papinya. "Mami nggak datang, Pi?"
Papinya mendengus. "Dia mah orang sibuk, mana sempet liat-liat Papi."
Mami dan papi memang sudah tinggal terpisah. Papinya dan adik bungsunya tinggal bersamanya sementara maminya tinggal bersama Selina, kakak perempuannya.
Alasan Karin membawa papi tinggal bersamanya dan mami di rumah lamanya karena Karin sudah capek mendengar pertengkaran dan kecemburuan-kecemburuan di antara mereka yang tidak pernah ada habis-habisnya.
Rupanya keputusan Karin membawa papinya tinggal bersamanya adalah keputusan yang tepat, di samping keadaan emosi papinya menjadi lebih stabil dan tidak tertekan lagi, sekarang papi sudah mulai berpikir mengembangkan lagi jiwa bisnisnya dengan membuka bisnis penginapan di samping ruko Karin.
Rumah itu terhubung langsung dengan ruko yang sekarang mereka tempati. Rukonya memiliki 2 pintu utama. Satu pintu digunakan untuk masuk ke showroom bridal milik Karin yang sekarang dikembangkan oleh adiknya, Chika. Sementara pintu satunya lagi mengarah ke tingkat selanjutnya yang dibuat studio foto. Sedangkan untuk tingkat 3 dipergunakan untuk rumah persekutuan. Lebih kurang seperti gereja tetapi lebih mengarah ke perkumpulan PA (Persekutuan Alkitab ). Di dalam kegiatan ini sesama jemaat bisa saling sharing tentang masalahnya apapun juga, mulai dari masalah keluarga, keterikatan obat-obatan, atau apapun juga dan mereka bisa dibina dan diajarkan untuk bisa lebih dekat dengan Tuhan agar tidak jatuh lagi dalam dosa yang sama.
Sebelum membeli tempat ini, Karin sudah berkomitment untuk membentuk dan membangun Mezbah Tuhan di rumahnya, dan yang jelas sih, setan-setan nggak pernah tuh mau ngelirik untuk ngeganggu tempat tinggalnya.
Tingkat 4 dipergunakan untuk tempat tinggal Karin bersama keluarga kecilnya.
Kamar Karin masih tertata rapi dan foto pernikahannya dengan Steven masih terpajang dikamarnya.
Dia tidak menyangka kehidupan rumah tangganya akan berakhir pahit seperti ini!
Steven selalu mempergunakan Matthew untuk membujuk Karin agar mau mengalah dan tinggal bersama-sama di Surabaya dengan mereka tapi Karin merasa tidak sanggup kalau harus hidup tanpa bekerja, bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Ia sudah terbiasa untuk hidup mandiri dan tidak terbiasa meminta-minta.
Keluarganya dulu hidup sangat sederhana. Itulah yang membuat Karin terus memotivasi dirinya untuk terus maju dalam berusaha dan bekerja sehingga ia bisa membeli tempat tinggal sekaligus tempat usaha yang menguntungkan. Ia juga bisa membantu kedua orang tuanya dalam menjalani masa-masa tua mereka dengan lebih nyaman lagi dalam segi materi.
Meskipun mereka telah berpisah lama tapi dalam hati yang paling dalam, ia mengakui meskipun Steven telah mengecewakan hatinya, ia masih sangat mencintai Steven.
Ketika memutuskan berpisah dari Steven, Karin merasa separuh napasnya diambil dari raganya. Ada kehampaan ketika ia harus menjalani hidup tanpa Steven dan juga anaknya.
Selama ini, kehidupan rumah tangga mereka sangat baik-baik saja juga dibumbui dengan kehidupan seks yang hebat dan mereka bisa saling mengisi satu sama lain, Karin merasa sempurna sebagai wanita saat bersama Steven tapi keadaan berubah saat mereka harus pindah ke Surabaya karena orang tuanya sedang sakit. Sampai pulihpun mereka tidak diperbolehkan kembali ke rumah orang tua Karin di Bandar Lampung, tempat mereka merajut keluarga kecil mereka.
Karin merasa sendirian karena Steven merasa serba salah. Hanya Matthew penghiburnya saat berada di rumah orang tua Steven tapi itupun kebanyakan Matthew selalu diajak jalan-jalan oleh mertuanya.
Dia merasa sangat kesepian. Dia juga menyalahkan dirinya sendiri kenapa begitu tertutup dan tidak bisa berlama-lama untuk mendekatkan diri dengan keluarga Steven. Ia tidak mengerti kenapa mertuanya selalu saja bersikap sinis dan selalu menyalahkannya apapun yang ia lakukan.
Apapun yang ia lakukan selalu salah dan kurang! Tidak ada satupun yang bisa ia lakukan yang bisa menyenangkan mertuanya. Ia merasa frustrasi dan putus asa menghadapi semua tekanan yang ia alami selama tinggal bersama orang tua Steven.
Ia terbiasa menghasilkan uang dan tidak terbiasa meminta kepada orang lain. Meskipun ia sudah berumah tangga dengan Steven, Karin tetap terbiasa mencari penghasilannya sendiri.
Ia memiliki usaha penyewaan gaun pengantin, studio foto dan wedding organizer yang cukup sukses dan diakui di Bandar Lampung.
Keputusan Steven untuk menuruti keinginan kedua orang tuanya dan memisahkan dia dengan anaknya membuat Karin sakit hati dan semakin tidak respek dengan sikap orang tua Steven. Terlebih lagi sepertinya Steven lebih memilih hidup bersama kedua orang tuanya dibanding membentuk keluarga mandiri bersamanya. Karin seperti mau mati rasanya karena mengalami hal itu.
Kebahagiaan yang ia rasakan bersama keluarga kecilnya tiba-tiba terenggut begitu saja darinya.
Dia marah dan meratapi keadaannya tapi ia tahu semua itu tidak akan mengubah apapun dan malah akan menghancurkan dirinya!
Ia mulai bangkit dan mulai membuka dirinya kepada lingkungan bisnisnya. Terlalu banyak kenangan manis di rumah itu, maka ketika Dani teman satu kuliahnya menawarkan kepada Karin untuk memimpin salah satu perusahaan percetakan milik orang tuanya, Karin menerimanya dengan konsekuensi ia harus meninggalkan Bandar lampung.
Bacaan dewasa 21++ Anak di bawah umur jangan baca Blurb Setelah sekian lama menjanda, pada akhirnya karena pengaruh minuman keras, Mira menghabiskan malam yang panas dengan Rendi, pria yang dipilihnya di hari ulang tahunnya. Pagi harinya dia sadar dan langsung kabur tanpa melihat wajah pria yang memberinya kenikmatan yang bertubi-tubi semalam. Seiring berjalannya waktu Mira berusaha melupakan sensasi yang terus membayang di benak dan mengganggu malam-malamnya tanpa berniat mengulanginya lagi. Tragedi terjadi saat dia tahu kalau calon besannya, ternyata pria yang telah membuatnya mendesah di atas ranjangnya selama ini. Mampukah Mira dan Rendi melupakan malam panas yang terjadi di antara mereka atau melanjutkan di belakang anak-anak mereka? Simak kisah selengkapnya sampai tamat yah
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....
Li Mei terbangun dan menyadari bahwa dia tidak sedang berada di rumahnya. Di mana ini? Bukankah tadi dia terjatuh dari tangga? Kenapa dia tidak berada di rumah sakit dan malah berada di dalam rumah reyot seperti ini? Dan … siapa pula laki-laki tampan yang tidur di sebelahnya ini? "Kalau kamu sudah tidak tahan dengan pernikahan kita, tunggulah beberapa hari lagi. Aku pasti akan menceraikanmu. Jangan berusaha bunuh diri lagi," ucap Bai Changyi menatapnya dengan muram. Bercerai? Kenapa dia mau bercerai dari suami yang tampan seperti ini? Bai Chanyi menatapnya dengan kebingungan? Bukankah perceraian adalah hal yang paling Li Mei inginkan selama ini? "Aku tidak ingin bercerai, aku hanya ingin menjadi kaya!" Bisakah Li Mei mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang pengusaha kaya di era kuno bersama suaminya? IG : @summerrainwriter FB : Summer Rain
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Kerap kali dihina dan ditekan dalam keluarga, membuat Karmila bangkit dengan caranya sendiri. Saat ini dia bukan lagi wanita lemah yang hanya bisa menuntut belas kasih dan nafkah dari sang suami. Pun penghinaan ibu mertua serta keluarga iparnya menjadikan pelecut dirinya agar bisa maju dan hidup lebih baik. Suami baik, mertua baik, biar aku saja yang jahat. Akan kubuktikan pada kalian, bahwa aku bisa menjadi wanita sukses dengan jalan yang tak disangka-sangka. Bagaimana perjuangan Karmila yang merajut harapan dan cita demi anak-anaknya dengan memanfaatkan barang-barang bekas, menyulapnya jadi kreasi yang indah dan bernilai jual tinggi. Akankah dia berhasil mencapai semua mimpinya?
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."