/0/22539/coverbig.jpg?v=63374e31104f936221a62f24d13d87ac)
Pernikahan George dan Gisella membuat kehidupan rumah tangga Giant dan Frenda berada di ujung tanduk. George yang numpang hidup dirumah Giant, tidak mau bekerja dan hanya mengandalkan biaya dari kakak kandungnya Giant. Ibu Kandung Giant dan George yaitu Jesika Dorothy selalu membela George dan Gisella sang menantu. Frenda selalu menjadi korban eksploitasi Ibu mertua dan adik iparnya. Bukannya tegas dengan adiknya, Giant justru tak kuasa menolak setiap permintaan Maminya meskipun ia juga tak menyukai sikap adiknya yang pemalas dan senang berfoya-foya. Karena sikap Giant yang tak bisa tegas, membuat hari-harinya selalu bertengkar dengan Frenda. Bagaimana mereka akan menjalani hari-hari pernikahan mereka? Apakah Frenda akan tetap bertahan di tengah toksiknya keluarga sang suami? Atau justru Frenda akan meninggalkan keluarga itu? Tunggu jawaban di setiap babnya.
Sudah seminggu lamanya Jesika Dorothy sering termenung sendiri sambil menatap foto putra bungsunya yang baru saja menikah seminggu yang lalu. Ia merasa sedih karena putra bungsunya memutuskan untuk tinggal di rumah istrinya, Gisella Aurora Almero.
"Mami..." panggil Giant Axelo Dorothy, putra pertamanya.
Jesika menoleh dan tersenyum tipis.
"Mami kenapa? Akhir-akhir ini Giant lihat Mami lebih banyak merenung di taman. Ada sesuatu yang terjadi? Mami ingat rumah lama Mami?" Cecar Giant khawatir.
Karena pernikahan putra bungsunya, George Abner Dorothy yang ingin pesta besar dan mewah, Jesika terpaksa menjual rumah peninggalan suaminya yang menyimpan banyak sekali kenangan. Mesikupun Giant tidak setuju, tapi ia tak bisa apa-apa karena Jesika sangat menyayangi George.
"Giant janji akan mengumpulkan banyak uang untuk menebus rumah itu. Giant tau Mami sedih karena rumah itu kan?"
Jesika menggelengkan kepalanya. Ia memberikan bingkai foto George pada Giant. "Mami rindu sekali dengan adik kamu. Kenapa dia tidak ikut tinggal dengan kita saja? Kenapa dia harus tinggal dirumah Gisella? Bukan kah seharunya Gisella yang ikut dengan kita? Mama tidak bisa jauh dari adik kamu" wajah Jesika terlihat sangat sedih, matanya berkaca-kaca dan itu membuat Giant tidak tega.
"Mami, George itu sudah menikah. Dia sudah 25 tahun, sudah seharusnya bertanggung jawab dengan dirinya dan istrinya juga. George bukan anak kecil yang harus selalu berada di dekat Mami terus. Kan disini ada aku dan Frenda, sesekali George bisa datang kesini untuk menginap"
Jesika menggelengkan kepalanya. "Mami tetap mau George tinggal dengan kita. Kalau kamu tidak bisa membujuk adik kamu, biar Mami yang bicara sama dia dan Gisella. Tapi, kalau mereka mau, kamu mau kan mereka ikut tinggal dirumah kamu ini? Rumah ini besar, cukup untuk kita semua. Kamu setuju kan?"
Giant terdiam nampak tengah memikirkan semuanya.
"Giant, kamu mau kan?" Tanya Jesika tak sabaran
"Terserah Mami saja" jawab Giant pasrah di ikuti dengan helaan napas panjang.
Jesika berdiri dari duduknya. "Baiklah, Mami siap-siap dulu, Mami mau ke rumah Gisella. Mami akan minta mereka untuk pindah kesini"
Giant hanya bisa menganggukkan kepalanya saja.
"Mas... Ngapain disitu?" Frenda mendatangi suaminya. Ia baru saja pulang dari bekerja. Frenda merupakan seorang dokter senior disebuah rumah sakit terkenal di kota Guinza, tempat mereka tinggal.
"Tidak, tadi habis ngobrol sama Mami"
"Mami mana sekarang?"
"Lagi ke kamar siap-siap"
"Mau keluar sama Mami?"
Giant menggelengkan kepalanya. "Mami mau ke rumah Gisella, katanya rindu dengan Giant"
Frenda membentuk mulutnya seperti huruf o, ia sudah tidak heran lagi karena memang ia sendiri yang menjadi saksi bagaimana mertuanya itu sangat menyayangi anak bungsunya.
"Kamu mau balik kantor lagi, Mas?"
"Tidak sayang, pekerjaan ku sudah selesai"
"Mau aku masakkan makan malam apa?"
Giant nampak berpikir sambil mengusap pipi istrinya. "Kita makan diluar saja bagaimana?"
Frenda mengerutkan dahinya, "Tumben, kamu ada maunya ya?" godanya pada sang suami.
"Tidak sayang, kita sudah terlalu sibuk bekerja dan sudah jarang punya waktu berdua. Jadi, khusus malam ini aku tidak mau kamu bekerja di dapur, aku mau mengajak kamu makan malam spesial"
"Oke, baiklah. Aku akan mengenakan gaun apa malam ini?" Frenda hendal beranjak dari tempat tidur, namun Giant dengan sigap menarik istrinya untuk kembali ke dalam pelukannya.
"Kamu begitu tidak sabaran tuan putri, sebelum mencari gaun, kamu harus melayani suami kamu dulu. Aku sudah menunggu waktu ini cukup lama"
Wajah Frenda seketika memerah menahan malu. "Apaan sih, Mas. Malu..."
"Kita sudah lama menikah, masih saja kamu malu"
"Kalau anak-anak masuk gimana?"
"Tenang saja, anak-anak lagi main di taman kompeks. Kita aman sekarang" ucap Giant menutup tubuh mereka menggunakan selimut.
**
Ding.. Dong..
Jesika membunyikan bel saat tiba di depan rumah Gisella. Tak lama pintu terbuka dan menampakkan seorang asisten rumah tangga.
"Dimana Giant?" Tanya Jesika tanpa basa basi
"Ada di taman belakang, Bu. Silahkan masuk"
Dengan angkuhnya Jesika berjalan masuk ke dalam rumah orang tua Gisella, dan berpapasan dengan Brigitta Almero, Mama dari Gisella.
"Selamat sore, besan" sapa Jesika
Brigitta menatap Jesika dengan sinis. "Mau apa Anda kerumah saya? Siapa yang izinkan Anda masuk?"
"Sa... Saya, Nyonya. Ibu Jesika mau bertemu dengan Tuan George" jawab sang asisten rumah tangga.
"Kembali ke dapur sana!" titah Brigitta.
"Kamu mau ketemu anak kamu yang tidak berguna itu?" Tanya Brigitta.
"Apa maksud Anda mengatai anak saya seperti itu?"
Brigitta tersenyum sinis. "Itu kenyataannya, Anda buta? Lihat anak Anda, bekerja saja tidak, bagaimana dia bisa membiayai kehidupan mewah anak saya? Seharusnya mereka tidak menikah!"
Jesika menahan diri untuk tidak mencabik bibir dari besannya itu. "George akan segea bekerja di perusahaan milik Papanya, Anda tenang saja. Biaya hidup Gisella saya pun sanggup untuk membiayainya"
"Oh ya? Baguslah, saya mau lihat kesombongan Anda itu menjadi nyata!" Brigitta pergi begitu saja, entah kemana meninggalkan Jesika.
Jesika mengumpat kesal, untung saja Gisella anak orang kaya raya, dan keluaganya salah satu yang paling berpengaruh di Kota
"George!" panggil Jesika dengan wajah kesal
"Mami... Kenapa ga ngomong dulu mau kesini?"
"Kamu pindah saja ke rumah ikut sama Mami, ga usah tinggal disini lagi"
"Lah, kenapa begitu Mam? Aku nyaman disini, lagian aku dan Gisella sudah menikah"
Gisella yang tengah berenang pun segera naik ke atas untuk menemui mertuanya. "Ada apa sih, Mami?" Tanya Gisella heran
"Kamu ikut tinggal dirumah Mami saja ya?"
"Rumah?"
"Memangnya Mami punya rumah sekarang?" Tanya Gisella
"sayang..." lirih George menatap istrinya
"Maaf, maksud aku dirumah yang mana? Kan rumah Mami sudah di jual kemarin" jelas Gisella.
"Rumah Giant maksudnya, dia setuju kalau kalian juga ikut tinggal sama Mami. Kalian mau ya?" mohon Jesika
George menatap istrinya, "gimana sayang?"
"Aku pikir-pikir dulu deh, aku harus bicara juga sama Mami dan Papi, kalau mereka setuju aku sih ga masalah. Asalkan disana kamar kita besar kan?"
"Tentu saja, kalian akan tidur di kamar utama"
"Bukannya itu kamar Mas Giant, Mi? Memangnya dia dan kak Frenda mau pindah?"
"Mau, itu biar Mami yang urus yang jelas kalian pindah kesana. Mami tunggu kedatangan kalian, kalau begitu Mami pulang dulu"
"Ga makan malam disini saja, Mi?"
Jesika kembali berbalik. "Memangnya boleh?" Tanya Jesika
"Tentu saja boleh" jawab George. "Iya kan sayang?" Tanyanya menatap istrinya.
Gisella hanya mengangguk saja.
"Tapi, besan Mami sepertinya ga suka dengan kedatangan Mami disini. Lebih baik Mami pulang saja"
"Mami Brigitta berangkat ke Singapore, Mi. Tenang saja, hanya ada aku dan Gisella dirumah"
"Oh ya? Ya sudah, Mami makan malam disini saja. Pusing juga kalau makan malam dirumah Giant terus"
**
@Ruang Makan Keluarga Almero
"Kapan Mami kamu pulang?" Tanya Jesika menatap Gisella
"Besok sih kayaknya, Mami hanya acara arisan aja sama teman-temannya di Singapore"
"Hanya acara arisan sampe ke Singapore?"
"Iya, memangnya Mami ga pernah acara arisan keluar negeri?"
"Belum pernah si. Nanti kamu bawa Mami kesana ya?"
"Oke.." jawab Gisella singkat.
Perjamuan makan malam di Keluarga Almero memang tidak perlu diragukan lagi. Banyak sekali makanan lezat yang terhidangkan, membuat Jesika kalap mata.
"pelan-pelan saja makannya, Mi. Tidak akan ada yang bisa habiskan juga" tegur George merasa malu dengan tingkah Maminya. Padahal mereka pun berasal dari keluarga Kaya juga, tapi kenapa Maminya bisa bersikap begitu di depan Gisella.
"Biarkan saja, mungkin Mami sudah lama tidak makan makanan seperti ini" ucap Gisella tersenyum mengejek
"benar sekali menantu ku, semenjak Papinya mereka meninggal Mami memang kesulitan untuk mengelola keuangan dan ga bisa makan makanan mewah terus"
"Aku paham sih. Tapi, dirumah Mas Giant apa ga disediakan makanan lezat?" Tanya Gisella.
"Semuanya masakan Frenda, dan Mami juga bosan"
"Bagaimana aku bisa tinggal disana? Sedangkan disini saja Mami Brigitta menyiapkan koki profesional untuk masak"
"Semua bisa Mami atur, kalian tenang saja"
Isabella Levronika- gadis yatim piatu yang tinggal di panti asuhan, menemukan cinta pertamanya yang merupakan suaminya akibat perjodohan yang terjadi antara mendiang orang tuanya dulu. Isabella pikir dirinya akan bahagia, namun siapa sangka ia ternyata menikahi pria yang terkenal sering bergonta ganti wanita. Apakah Isabella akan bertahan dengan pernikahannya? Atau ia justru menyerah dan melayangkan gugatan perceraian?
"Saya bisa membantumu untuk mendapatkan uang puluhan juta hanya dalam waktu satu minggu" ujar seorang pria. "Bagaimana caranya? Ajar saya, saya sangat membutuhkan uang" "Ada syaratnya!" "Apapun itu akan saya lakukan!" mohon Maudy. Maudy terpaksa mengikuti keinginan pria itu untuk bekerja di lokalisasi miliknya yang berada di kota Alka demi mengobati Ibunya yang sedang sakit parah, di tambah dengan utang piutang yang semakin menumpuk. Disana lah Maudy memulai kehidupan malamnya dan jatuh cinta dengan pria penjual bakso. Akankah bos Maudy mengizinkannya untuk menjalin cinta bersama pria miskin? Akan sangat banyak Lika liku yang akan Maudy hadapi kedepannya.
Ava menarik nafas panjang sebelum melepas penutup terakhir tubuhnya. Dan kali ini, yang hadir hanyalah ketelanjangan yang membebaskan, ketelanjangan yang membebaskannya dari pakaian kepalsuan yang menutupinya selama ini. Ava memejamkan mata, menikmati udara sore dan dingin air yang mengalir membasahi tubuhnya. Sore itu ia merasa menyatu dengan alam.
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"