/0/21918/coverbig.jpg?v=d9f26c18c4ff5eb4e519770824e13c67)
Evelyn Hawkins tak pernah membayangkan, hidupnya berubah kacau hanya dalam hitungan jam. Kekasihnya, Victor, menghilang tanpa jejak di hari pernikahan mereka. Ketika segalanya tampak runtuh, muncul Vincent, saudara kembar Victor, menawarkan diri menjadi "suami alternatif." Namun, bisakah Evelyn menerima lelaki asing yang wajahnya begitu mirip cinta pertamanya? Atau justru takdir menyimpan rahasia lain yang lebih mengejutkan?
Di sebuah aula besar yang terletak di samping gereja tua, suasana tampak semarak, dihiasi rangkaian bunga mawar putih dan merah muda yang melingkar di pilar-pilar tinggi. Lampu-lampu gantung kristal memancarkan sinar lembut, menciptakan kehangatan di tengah keramaian tamu yang mengenakan pakaian formal. Meja-meja bundar telah tertata rapi dengan taplak putih bersulam emas, lengkap dengan gelas-gelas kaca yang berkilauan di bawah cahaya. Di sudut ruangan, sebuah panggung kecil telah disiapkan, lengkap dengan kursi pengantin yang masih kosong.
Namun, di balik kemeriahan dekorasi itu, suasana perlahan terasa ganjil. Para tamu undangan mulai saling berbisik, bertukar pandang penuh tanda tanya. Sekelompok wanita muda berkumpul di dekat meja hidangan, suara mereka terdengar pelan tetapi menyiratkan keingintahuan.
"Kenapa sampai sekarang pengantin prianya belum datang?" bisik salah satu dari mereka sambil melirik ke arah panggung yang masih kosong.
"Pengantin pria belum datang." Kalimat itu berbisik dari mulut ke mulut, menyebar seperti api di tengah aula besar yang seharusnya penuh suka cita. Di balik keindahan rangkaian bunga mawar putih dan merah muda yang melingkar di pilar-pilar tinggi, serta kilauan lampu kristal yang memantulkan kehangatan, perlahan muncul ketegangan. Para tamu, yang semula larut dalam obrolan santai dan tawa ringan, kini saling bertukar pandang penuh tanda tanya. Di sudut ruangan, panggung kecil dengan kursi pengantin yang kosong seolah menjadi simbol ketidakpastian.
Di sisi lain, anggota keluarga besar tampak sibuk mencoba menenangkan diri. Wajah mereka menyiratkan cemas, tetapi tetap berusaha menampilkan senyum sopan di depan para tamu.
Di ruang rias yang terletak di lantai atas aula, Evelyn duduk di depan cermin besar, dikelilingi gaun putih dengan ekor panjang yang menjuntai di lantai. Ruangan itu dipenuhi bunga lili yang menebarkan wangi lembut, tetapi bagi Eve, aromanya justru terasa menyesakkan. Gemuruh suara dari bawah, walaupun samar, terus mengganggu pikirannya.
Jemarinya yang menggenggam buket bunga mulai gemetar. Pandangannya terus tertuju pada jam dinding, detik-detik bergerak terlalu lambat dan terlalu cepat sekaligus.
"Victor... di mana kamu sekarang?" gumamnya lirih, suara itu tenggelam di antara helaan napas dan isak tangis yang teredam.
Hiasan di rambut Eve mulai berantakan akibat tangannya yang gemetar merapikan riasan yang luntur karena air mata. Cahaya dari jendela besar di sisi ruangan seolah terasa suram, meski matahari masih bersinar terang.
"Ini hanya keterlambatan. Dia pasti datang... Dia akan datang," racau Eve berbicara pada dirinya sendiri
Clara, sahabat sekaligus pengiring pengantin, berjalan mendekat dengan raut cemas.
"Apa Victor sudah datang?" tanya Eve begitu melihat wajah Clara.
Clara mengelengkan kepala dengan wajah sedikit cemberut.
"Kemana dulu sih dia? Kenapa sampai sekarang belum terlihat juga batang hidungnya?"
"Entahlah, Clara. Aku juga tidak tahu. Mungkin sedang terjebak macet. Atau... mungkin dia hanya sedikit terlambat."
"Terlambat? Ini kan pernikahan dia, Eve! Tidak ada alasan dia terlambat. Ini... tidak masuk akal!" Clara memanyunkan bibir sambil mengerutu kesal. "Sudah coba kau hubungi?"
Mendengar pertanyaan Clara membuat Eve menyambar ponselnya yang tergeletak di atas meja dengan cepat dan segera menghubungi nomor Victor.
Tidak sampai selang beberapa menit Eve mendekat ponselnya ke telinga, wanita itu melemparkan pandangan yang sulit diartikan kepada Clara sembari mengeleng lemah.
"Tidak diangkat."
"Coba kamu hubungi lagi," bisik Clara menyarankan.
Eve mengangguk singkat. Ia menekan panggilan telepon dan kembali mendekatkan ponsel ke telinganya.
"Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi."
Eve mendesis kesal, tiap kali ia mendengar suara operator yang menjawab sambungan teleponnya. Wajahnya nampak gusar. Tanpa sadar ia mengigiti ujung kuku, untuk meredakan kegelisahan di hatinya.
"Victor please, jawab panggilan telponku. Kamu ada dimana sih sekarang, Sayang? Kenapa kamu belum juga datang?"
Berulang kali sudah Eve menghubungi sang kekasih, namun tak ada satu panggilan telpon pun diangkat olehnya.
Clara menatap Eve yang berjalan mondar-mandir dihadapannya. Ia dapat memahami kenapa sahabatnya itu nampak gelisah ketika menyadari nomor ponsel Victor tidak aktif.
"Mungkin kamu bisa duduk dulu dengan tenang, Eve. Aku yang pusing melihatmu."
"Bagaimana aku bisa duduk dengan tenang? Victor tidak ada di sini, Clara! Apa yang terjadi?"
"Aku tidak tahu. Tapi kita tidak akan mendapat jawaban kalau kau terus berjalan kesana-kemari seperti itu."
"Bagaimana kalau dia tidak datang?"
"Kalau dia tidak datang, aku akan menyeretnya ke sini sendiri."
Clara mencoba meredakan kegelisahan Eve dengan berbicara santai diselipi gurauan kecil dan berhasil membuat sahabatnya itu tertawa kecil.
"Aku tahu kamu tidak serius," ujar Eve sembari menghela napas.
"Tidak. Tapi aku serius tentang satu hal. Kalau sampai dia tidak muncul, awas saja. Ini akan menjadi masalah besar buatnya, bukan masalahmu."
"Aku takut ini akan jadi masalahku juga," ucap Eve nyaris tak terdengar.
Clara menatap Eve sebelum berbicara dengan lembut.
"Kau sudah melakukan semua yang bisa kau lakukan, Eve. Sekarang, biarkan waktu yang berbicara."
"Lantas aku harus bagaimana sekarang?"
Sebelum Clara sempat menjawab, pintu ruang rias pengantin terbuka dengan tiba-tiba. Eve berbalik dengan harapan besar di wajahnya, tetapi yang muncul bukanlah Victor. Eve terlonjak, melihat lelaki paruh baya yang kini tengah menatapnya dengan tajam.
"Ayah," lirih Eve.
"Kenapa kamu malah duduk-duduk disini?"
"Aku sedang mencoba menghubungi Victor, Yah. Enggak tahu kenapa perasaan Eve mendadak nggak enak banget," terang Eve meminta pemakluman.
"Bagaimana? Apa yang di katakan lelaki itu?"
"Ponselnya nggak aktif, Yah."
Terdengar suara mengeram yang keluar dari mulut Aaron. Menyadari situasi yang terjadi, Clara memilih keluar dari ruangan itu.
"Gimana sih? Sebenarnya kalian jadi niat nikah nggak?"
Lelaki yang dipanggil ayah oleh Eve itu mulai mengerutu kesal.
"Sekarang bagaimana? Semua tamu sudah hadir dan acara sebentar lagi akan dimulai."
Eve terdiam membisu. Ia tak tahu harus berkata apa untuk menenangkan hati sang ayah.
"Jangan permalukan ayah, Evelyn."
Kata-kata dingin ayahnya membuat tubuh wanita itu gemetar. Eve tertunduk dalam, menyembunyikan raut wajah yang mulai berlinangan air mata. Belum lagi wajah memerah sang ayah yang menahan amarah, makin membuat Eve tak berani mendongak.
"Maaf."
Hanya sepenggal kata itu yang mampu keluar dari mulut Eve yang bergetar.
"Apa dengan kata maaf, semua masalah ini bisa selesai?"
"Tolong bersabarlah sedikit lagi, Yah. Eve yakin Victor sebentar lagi akan datang."
"Mau sampai kapan kita terus menunggu disini, Evelyn? Sudahlah. Sekarang lebih baik kamu keluar! Semua para tamu undangan sudah datang sejak tadi," geram Aaron dengan wajah memerah.
"Tapi, Yah."
"Tidak ada tapi-tapian. Cepat kamu temui mereka sekarang juga. Tidak ada gunanya kamu duduk dan hanya menunggu lelaki yang hingga kini keberadaannya tak tahu ada dimana."
Suara bernada penuh ketegasan yang keluar dari mulut Aaron sudah cukup membuat Eve gemetar hingga sebulir air menetes di kedua matanya. Bahkan saat Aaron sudah berbalik badan dan pergi meninggalkannya, Eve hanya bisa menangis tersedu-sedu.
BERSAMBUNG ...
Kris (kapten tim basket yang populer) diam diam suka pada Cathy (cewe cantik yang pintar dikelasnya) tapi (sifat Cathy yang dingin dan cuek membuatnya susah untuk mendekatinya). Suatu hari ada anak baru bernama Jun (teman masa kecil Cathy) yang mendekati Cathy, sehingga Grace (anak cheerleader yang sudah lama naksir Kris) memanfaatkan kesempatan untuk merebut Kris, sehingga Kris harus memilih antara Grace atau Cathy.
Dewi tidak pernah menyangka, takdir mempertemukannya dengan Alex Catalano, bosnya yang dingin dan penuh rahasia. Pernikahan yang terpaksa karena kehamilan tak disengaja membawa Dewi ke dalam dunia penuh luka dan cinta bertepuk sebelah tangan. Saat Lucas, adik Alex, hadir dengan ketulusan, Dewi dihadapkan pada pilihan: bertahan demi cinta yang sulit, atau membuka lembaran baru. Akankah Dewi memberi Alex kesempatan kedua, atau memilih jalan lain?
Karena ketauan one night stand oleh sang ayah, Dave terpaksa di nikahkan dengan Rachel. Dave yang baru mengenal Rachel itu jadi membenci istri dadakannya. Ia menganggap Rachel telah merengut kebebasan dan segala hal yang dimilikinya. Padahal Rachel sendiri telah memiliki kekasih sebelum menikah dengan Dave. Lalu, apa yang akan terjadi pada pernikahan Dave dan Rachel kedepannya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
WARNING 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. Angel memiliki seorang ayah tiri yang tampan rupawan, dia sangat menyayangi ayah tirinya seperti ayah kandungnya sendiri. namun seiring berjalannya waktu, rasa sayang Angel pada ayah tirinya berubah menjadi perasaan lain. Apa yang harus dia lakukan saat suatu malam ayah tirinya datang padanya dalam keadaan mabuk dan menyatakan perasaannya? apalagi, Angel tidak kuasa menahan godaan ayah tirinya dan berakhir tidur bersama. Ibu Angel yang mengetahui ada gelagat aneh dari suaminya terhadap Angel, mulai mengakui hal yang membuat Angel sangat terkejut. Ayah tirinyalah yang menyebabkan ayah kandung Angel meninggal. Apa yang harus Angel lakukan?
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?