Evelyn Hawkins tak pernah membayangkan, hidupnya berubah kacau hanya dalam hitungan jam. Kekasihnya, Victor, menghilang tanpa jejak di hari pernikahan mereka. Ketika segalanya tampak runtuh, muncul Vincent, saudara kembar Victor, menawarkan diri menjadi "suami alternatif." Namun, bisakah Evelyn menerima lelaki asing yang wajahnya begitu mirip cinta pertamanya? Atau justru takdir menyimpan rahasia lain yang lebih mengejutkan?
Di sebuah aula besar yang terletak di samping gereja tua, suasana tampak semarak, dihiasi rangkaian bunga mawar putih dan merah muda yang melingkar di pilar-pilar tinggi. Lampu-lampu gantung kristal memancarkan sinar lembut, menciptakan kehangatan di tengah keramaian tamu yang mengenakan pakaian formal. Meja-meja bundar telah tertata rapi dengan taplak putih bersulam emas, lengkap dengan gelas-gelas kaca yang berkilauan di bawah cahaya. Di sudut ruangan, sebuah panggung kecil telah disiapkan, lengkap dengan kursi pengantin yang masih kosong.
Namun, di balik kemeriahan dekorasi itu, suasana perlahan terasa ganjil. Para tamu undangan mulai saling berbisik, bertukar pandang penuh tanda tanya. Sekelompok wanita muda berkumpul di dekat meja hidangan, suara mereka terdengar pelan tetapi menyiratkan keingintahuan.
"Kenapa sampai sekarang pengantin prianya belum datang?" bisik salah satu dari mereka sambil melirik ke arah panggung yang masih kosong.
"Pengantin pria belum datang." Kalimat itu berbisik dari mulut ke mulut, menyebar seperti api di tengah aula besar yang seharusnya penuh suka cita. Di balik keindahan rangkaian bunga mawar putih dan merah muda yang melingkar di pilar-pilar tinggi, serta kilauan lampu kristal yang memantulkan kehangatan, perlahan muncul ketegangan. Para tamu, yang semula larut dalam obrolan santai dan tawa ringan, kini saling bertukar pandang penuh tanda tanya. Di sudut ruangan, panggung kecil dengan kursi pengantin yang kosong seolah menjadi simbol ketidakpastian.
Di sisi lain, anggota keluarga besar tampak sibuk mencoba menenangkan diri. Wajah mereka menyiratkan cemas, tetapi tetap berusaha menampilkan senyum sopan di depan para tamu.
Di ruang rias yang terletak di lantai atas aula, Evelyn duduk di depan cermin besar, dikelilingi gaun putih dengan ekor panjang yang menjuntai di lantai. Ruangan itu dipenuhi bunga lili yang menebarkan wangi lembut, tetapi bagi Eve, aromanya justru terasa menyesakkan. Gemuruh suara dari bawah, walaupun samar, terus mengganggu pikirannya.
Jemarinya yang menggenggam buket bunga mulai gemetar. Pandangannya terus tertuju pada jam dinding, detik-detik bergerak terlalu lambat dan terlalu cepat sekaligus.
"Victor... di mana kamu sekarang?" gumamnya lirih, suara itu tenggelam di antara helaan napas dan isak tangis yang teredam.
Hiasan di rambut Eve mulai berantakan akibat tangannya yang gemetar merapikan riasan yang luntur karena air mata. Cahaya dari jendela besar di sisi ruangan seolah terasa suram, meski matahari masih bersinar terang.
"Ini hanya keterlambatan. Dia pasti datang... Dia akan datang," racau Eve berbicara pada dirinya sendiri
Clara, sahabat sekaligus pengiring pengantin, berjalan mendekat dengan raut cemas.
"Apa Victor sudah datang?" tanya Eve begitu melihat wajah Clara.
Clara mengelengkan kepala dengan wajah sedikit cemberut.
"Kemana dulu sih dia? Kenapa sampai sekarang belum terlihat juga batang hidungnya?"
"Entahlah, Clara. Aku juga tidak tahu. Mungkin sedang terjebak macet. Atau... mungkin dia hanya sedikit terlambat."
"Terlambat? Ini kan pernikahan dia, Eve! Tidak ada alasan dia terlambat. Ini... tidak masuk akal!" Clara memanyunkan bibir sambil mengerutu kesal. "Sudah coba kau hubungi?"
Mendengar pertanyaan Clara membuat Eve menyambar ponselnya yang tergeletak di atas meja dengan cepat dan segera menghubungi nomor Victor.
Tidak sampai selang beberapa menit Eve mendekat ponselnya ke telinga, wanita itu melemparkan pandangan yang sulit diartikan kepada Clara sembari mengeleng lemah.
"Tidak diangkat."
"Coba kamu hubungi lagi," bisik Clara menyarankan.
Eve mengangguk singkat. Ia menekan panggilan telepon dan kembali mendekatkan ponsel ke telinganya.
"Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi."
Eve mendesis kesal, tiap kali ia mendengar suara operator yang menjawab sambungan teleponnya. Wajahnya nampak gusar. Tanpa sadar ia mengigiti ujung kuku, untuk meredakan kegelisahan di hatinya.
"Victor please, jawab panggilan telponku. Kamu ada dimana sih sekarang, Sayang? Kenapa kamu belum juga datang?"
Berulang kali sudah Eve menghubungi sang kekasih, namun tak ada satu panggilan telpon pun diangkat olehnya.
Clara menatap Eve yang berjalan mondar-mandir dihadapannya. Ia dapat memahami kenapa sahabatnya itu nampak gelisah ketika menyadari nomor ponsel Victor tidak aktif.
"Mungkin kamu bisa duduk dulu dengan tenang, Eve. Aku yang pusing melihatmu."
"Bagaimana aku bisa duduk dengan tenang? Victor tidak ada di sini, Clara! Apa yang terjadi?"
"Aku tidak tahu. Tapi kita tidak akan mendapat jawaban kalau kau terus berjalan kesana-kemari seperti itu."
"Bagaimana kalau dia tidak datang?"
"Kalau dia tidak datang, aku akan menyeretnya ke sini sendiri."
Clara mencoba meredakan kegelisahan Eve dengan berbicara santai diselipi gurauan kecil dan berhasil membuat sahabatnya itu tertawa kecil.
"Aku tahu kamu tidak serius," ujar Eve sembari menghela napas.
"Tidak. Tapi aku serius tentang satu hal. Kalau sampai dia tidak muncul, awas saja. Ini akan menjadi masalah besar buatnya, bukan masalahmu."
"Aku takut ini akan jadi masalahku juga," ucap Eve nyaris tak terdengar.
Clara menatap Eve sebelum berbicara dengan lembut.
"Kau sudah melakukan semua yang bisa kau lakukan, Eve. Sekarang, biarkan waktu yang berbicara."
"Lantas aku harus bagaimana sekarang?"
Sebelum Clara sempat menjawab, pintu ruang rias pengantin terbuka dengan tiba-tiba. Eve berbalik dengan harapan besar di wajahnya, tetapi yang muncul bukanlah Victor. Eve terlonjak, melihat lelaki paruh baya yang kini tengah menatapnya dengan tajam.
"Ayah," lirih Eve.
"Kenapa kamu malah duduk-duduk disini?"
"Aku sedang mencoba menghubungi Victor, Yah. Enggak tahu kenapa perasaan Eve mendadak nggak enak banget," terang Eve meminta pemakluman.
"Bagaimana? Apa yang di katakan lelaki itu?"
"Ponselnya nggak aktif, Yah."
Terdengar suara mengeram yang keluar dari mulut Aaron. Menyadari situasi yang terjadi, Clara memilih keluar dari ruangan itu.
"Gimana sih? Sebenarnya kalian jadi niat nikah nggak?"
Lelaki yang dipanggil ayah oleh Eve itu mulai mengerutu kesal.
"Sekarang bagaimana? Semua tamu sudah hadir dan acara sebentar lagi akan dimulai."
Eve terdiam membisu. Ia tak tahu harus berkata apa untuk menenangkan hati sang ayah.
"Jangan permalukan ayah, Evelyn."
Kata-kata dingin ayahnya membuat tubuh wanita itu gemetar. Eve tertunduk dalam, menyembunyikan raut wajah yang mulai berlinangan air mata. Belum lagi wajah memerah sang ayah yang menahan amarah, makin membuat Eve tak berani mendongak.
"Maaf."
Hanya sepenggal kata itu yang mampu keluar dari mulut Eve yang bergetar.
"Apa dengan kata maaf, semua masalah ini bisa selesai?"
"Tolong bersabarlah sedikit lagi, Yah. Eve yakin Victor sebentar lagi akan datang."
"Mau sampai kapan kita terus menunggu disini, Evelyn? Sudahlah. Sekarang lebih baik kamu keluar! Semua para tamu undangan sudah datang sejak tadi," geram Aaron dengan wajah memerah.
"Tapi, Yah."
"Tidak ada tapi-tapian. Cepat kamu temui mereka sekarang juga. Tidak ada gunanya kamu duduk dan hanya menunggu lelaki yang hingga kini keberadaannya tak tahu ada dimana."
Suara bernada penuh ketegasan yang keluar dari mulut Aaron sudah cukup membuat Eve gemetar hingga sebulir air menetes di kedua matanya. Bahkan saat Aaron sudah berbalik badan dan pergi meninggalkannya, Eve hanya bisa menangis tersedu-sedu.
BERSAMBUNG ...
Kris (kapten tim basket yang populer) diam diam suka pada Cathy (cewe cantik yang pintar dikelasnya) tapi (sifat Cathy yang dingin dan cuek membuatnya susah untuk mendekatinya). Suatu hari ada anak baru bernama Jun (teman masa kecil Cathy) yang mendekati Cathy, sehingga Grace (anak cheerleader yang sudah lama naksir Kris) memanfaatkan kesempatan untuk merebut Kris, sehingga Kris harus memilih antara Grace atau Cathy.
Dewi tidak pernah menyangka, takdir mempertemukannya dengan Alex Catalano, bosnya yang dingin dan penuh rahasia. Pernikahan yang terpaksa karena kehamilan tak disengaja membawa Dewi ke dalam dunia penuh luka dan cinta bertepuk sebelah tangan. Saat Lucas, adik Alex, hadir dengan ketulusan, Dewi dihadapkan pada pilihan: bertahan demi cinta yang sulit, atau membuka lembaran baru. Akankah Dewi memberi Alex kesempatan kedua, atau memilih jalan lain?
Karena ketauan one night stand oleh sang ayah, Dave terpaksa di nikahkan dengan Rachel. Dave yang baru mengenal Rachel itu jadi membenci istri dadakannya. Ia menganggap Rachel telah merengut kebebasan dan segala hal yang dimilikinya. Padahal Rachel sendiri telah memiliki kekasih sebelum menikah dengan Dave. Lalu, apa yang akan terjadi pada pernikahan Dave dan Rachel kedepannya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Demi mendapatkan uang untuk kesembuhan suami tercintanya, Renata rela membagi tubuhnya dengan Dion yang merupakan atasannya sendiri. Dikira hanya melayani semalam, Renata malah diminta untuk melayani Dion beberapa hari ke depan. Dion berdalih kalau uang satu milyar tidaklah sedikit sehingga harus dibayar selama beberapa hari. Siapa sangka dari seringnya bercinta, Dion dan Renata malah saling jatuh cinta, Vera dan Andika yang merupakan pasangan Dion maupun Renata harus menelan kenyataan pahit jika pasangan mereka telah berselingkuh.
BERISI BANYAK ADEGAN HOT! Rey pemuda berusia 20 tahunan mulai merasakan nafsu birahinya naik ketika hadirnya ibu tiri. Ayahnya menikah dengan wanita kembar yang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang molek. Disitulah Rey mencari kesempatan agar bisa menyalurkan hasratnya. Yuk ikuti cerita lengkapnya !!
Bagi yang belum cukup umur, DILARANG KERAS Membaca Cerita ini, karena banyak sekali adegan Dewasa. Mohon Bijak Dalam Membaca.⚠️ Menceritakan seorang anak muda, yang terjerumus kedalam lubang hitam, hingga akhirnya, pemuda tampan kecanduan seks dengan Guru dan keluarganya sendiri.
Warning konten pemersatu bangsa area 21+ pilihlah bacaan dengan bijak, tanggung jawab ada pada diri masing2. Penulis hanya berusaha menyajikan bacaan yang ringan dan menghibur. 🙏🏻 Hai saya Aldi 35 tahun yang saat ini bekerja sebagai arsitek dan design consultant. Sebagai persiapan masa pensiun, saya membangun sebuah bangunan kos yang juga sekaligus rumah saya di sebuah lokasi yang sangat bagus. Berisi 30 kamar yang dikhususkan untuk wanita kini semua kamar tersebut sudah penuh oleh penyewa. Saya berhubungan baik dengan semua gadis-gadis penghuni kos, bahkan sangat baik sehingga saya seringkali dengan ikhlas membantu masalah terbesar mereka. Seperti kata petuah jika kau memberi dengan ikhlas maka niscaya kau akan menerima balasannya 10 kali lipat bahkan berlipat-lipat. Mungkin itu yang saya rasakan sejak mereka semua mulai memperhatikan dan memenuhi kebutuhan hidup saya sehari-hari. Termasuk kebutuhan yang tidak bisa saya penuhi sendiri, yaitu kebutuhan di atas ranjang. Ini perjalanan saya, Aldi Reynaldi.